Tuesday

Cerita seks: Supir taksi punya pelanggan yang cantik

Distrian Pagi hari itu sudah berangkat mengendarai sebuah mobil, Pria 30 tahun itu adalah seorang supir Taksi. “Rian, tumben nunggu disini”, “Iya bro, coba suasana baru” Pria yang sering dipanggil Rian itu tampak bercakap dengan teman seperjuangannya yang baru saja lewat. Distrian memang tidak biasanya berhenti dan menunggu penumpang didaerah tengah kota, karena biasanya ia memilih untuk menunggu penumpang dipinggir kota yang dekat pasar dan mall. Ditengah kota ini malah banyak tempat penginapan dan juga taman kota. Ia mulai berkenalan dengan beberapa pedagang dan juga beberapa  orang yang sering berkeliaran disekitar daerah tengah kota itu, sudah beberapa hari berlalu, dan tampak sudah banyak penumpang yang menggunakan pelayanan taksinya.
“Mas, Taksi..” Seorang perempuan mendekati taksi milik Distrian. Distrian yang bersandar dimobil taksinya itu segera membuka pintu belakang mobil itu, dan perempuan itu masuk kedalam, pria itu lalu menuju kursi depan dan bersiap mengemudikan taksinya. “Mau kemana mbak?”, “Ke ****** mas”, “Oke mbak” Distrian sempat kagum, penumpangnya itu ternyata cantik sekali, mungkin lebih muda beberapa tahun darinya. Segera Distrian mengemudikan mobilnya dan mengantar perempuan itu. Beberapa menit  kemudian Taksinya sudah sampai ditempat tujuan. “Brapa mas?”, “50 ribu mbak”, “Mahal kali, kalau jadi pelanggan tetap dapet diskon nggak?”, “Ya gak bisa mbak, kan tarifnya udah diatur dimeterannya ini“, “Ya udah mas, ini” Perempuan itu menyodorkan uang, setelah diterima Distrian, perempuan itu segera turun. “Makasih mbak”, “Eh mas, besok ketempat yang tadi bisa?”, “oh, saya selalu disana mbak”, “Oke, besok tunggu Disana mas”, “Siap mbak”. Perempuan itu pergi meninggalkan Distrian. Sempat difikiran supir taksi itu bagaimana cantiknya perempuan itu, sambil ia terus melanjutkan pekerjaannya.

Keesokan harinya, Distrian sudah menunggu ditempat biasanya. Ternyata perempuan kemarin itu sudah kembali menemuinya. “Taxi mbak?”, “Iya mas” Kembali Distrian mengantarkan perempuan itu. “Alamatnya tetep yang kemarin itu mbak?”, “Beda lagi mas, jalan aja kealamat kemarin, nanti aku bilangin kalau berhenti”, “Siap mbak” Kembali Distrian mengemudikan taksinya ditemani perempuan cantik itu. Dalam perjalanan, Distrian jadi tertarik untuk menanyakan nama penumpang cantik itu. “mbak, boleh Tanya?”, “hmm? Tanya apa mas?”, “Namanya siapa mbak?”, “Saya Nuriska mas”, “Oh, saya Distrian”, “panggilannya siapa mas?”, “panggil Rian aja mbak”, “Oke deh…” Sempat terpasang senyum diwajah mereka berdua. Beberapa menit kemudian, Distrian harus menghentikan mobilnya, “Stop situ mas” Segera taksi itu menepi, “Turun sini mbak?”, “mas Rian tunggu bentar, saya panggil seseorang”, “oke mbak” Perempuan itu mengeluarkan handphonenya, dan segera menelpon seseorang. “Halo? Iya om ini Riska…iya ini udah didepan…udah saya carikan taksi…iya om, saya tunggu” Tak lama menunggu, tampak seorang pria mendekati taksi, dan kemudian masuk dikursi belakang menemani RIska. “Hai Riska..”, “Hai juga Om…cup” Nuriska mencium om-om itu, sempat Distrian kaget mengetahui hal itu. “Hehe, Yuk mas lanjut”, “Kemana tujuan selanjutnya mbak?”, “Kembali ketempat tadi mas” Rian sempat bingung, namun ia segera menuruti kemauan Riska itu. Dalam perjalanan kembali ketengah kota, Distrian mau tak mau mendengarkan Nuriska bercakap cakap dengan om-om itu, “Hehe, ya gitu deh om…”, “Kamu memang cantik ya, persis kayak difoto itu”, “Masak sih om? Kayaknya cantikan yang asli dari pada yang difoto? Hehe”, “Bisa aja kamu, hehe” Distrian sempat berfikir kenapa Perempuan muda itu sangat akrab dengan om om itu. Beberapa menit kemudian taksi milik Distrian sudah tiba ditempat semula. “ini mas, kembaliannya ambil aja”, “w…wah, terima kasih om..eh pak”, “Sip, yuk cantiik ikut om” Nuriska lalu turun bersama om-om itu. Dalam mobil taksinya itu Distrian melihat Nuriska berjalan menuju hotel didekat sana bersama Om-om itu. Distrian mulai berfikir yang tidak tidak, namun ia kembali melanjutkan pekerjaannya sendiri.
Keesokan harinya lagi, Distrian sudah ditempat biasa, ia berharap Nuriska menemuinya lagi. Tak diduga, bukannya Nuriska yang datang, malah Om-om yang kemarin bersamanya itu yang menemui Distrian. “Eh mas ini lagi, antarkan saya pulang ya, kerumah saya, tau kan? yang kemarin itu”, “Oh, iya pak, siap…” Segera Distrian mengantarkan Om-om itu menuju rumahnya kemarin. Kembali ditengah perjalanan Distrian tertarik menanyakan pertanyaanya kepada penumpangnya itu, “m..Pak, boleh saya Tanya sesuatu?”, “Silahkan mas, pasti Tanya soal Nuriska toh?”, “w..wah, bapak tau jalan fikiran saya”, “Iya lah, Si Nuriska itu tadi saya tinggal dikamar hotel” Distrian sempat shock, pikiran negatifnya mulai kembali teringat dari kejadian kemarin. “oh, jadi mbak Riska itu…”, “Dia cewek panggilan mas, mumpung ada uang Aku nikmati aja sehari bercinta dengan cewek cantik itu, hahaha” Distrian berusaha agar tidak tampak kaget dan menjawab pernyataan Om-om itu, “o..ooh, begitu ya pak, pasti bapak ini puas sekali…”, “Betul mas, wah, luar biasa nikmat deh memeknya Nuriska” Distrian tak berfikir Om-om itu akan menjawab dengan begitu lepas. Distrian memilih diam dan mengantar Om-om itu, tak lama taksinya sudah tiba dikediaman penumpangnya itu. “Ini mas”, “Terima kasih pak”, “Loh kembaliannya mana?”, “Eh, maaf pak, ini…”, “Kemarin kan soalnya ada Nuriska, sekarang beda cerita, haha, yuk mas”, “iya pak…” Distrian kemudian meninggalkan tempat itu. Diperjalanan Distrian berfikir cukup dalam, ia tak mengira cewek secantik Nuriska itu adalah cewek panggilan yang sering memuaskan hasrat seks para pria berduit.
Beberapa hari kemudian, Distrian tidak menemukan Nuriska menumpang taksinya, kembali muncul pertanyaan dikepalanya. Namun disuatu hari, saat malam itu Distrian akan pulang, namun ia melihat Nuriska mendekati taksinya. “Hai mas Rian, lama tak jumpa..”, “Eh, mbak Riska, taksi mbak?”, “Iya dong, masak mau diem disini sama mas Rian, haha”, “Mungkin aja kalau mbak Riska mau ya gak papa, hehe, kemana ini mbak?”, “Pulang kerumahku mas”, “Oke deh mbak” Distrian mengantar Nuriska pulang. Dalam perjalanan, Rian sempat diberi petunjuk jalan dimana rumah perempuan cantik itu. Distrian sempat memperhatikan sepertinya Nuriska tampak kelelahan. “mm…mbak, kok tumben keliatan lemes gitu..”, “Kepo yam as Rian? Haha”, “Ya maaf, pasti habis kerja ya?”, “I…iya mas, capek” Distrian kemudian diam dan memilih mengemudi dengan tenang, sambil sesekali melihat Nuriska dari spion tengah mobilnya itu. Beberapa menit kemudian Ia sudah menepikan taksinya dan Nuriska segera turun setelah membayar tariff taksi itu. “Sampai ketemu lagi mas Riaan”, “i..iya mbak, terima kasih” hari itu berbeda, Rian melihat Senyum yang sangat manis ditunjukan Nuriska saat berpamitan padanya. Distrian dalam perjalanan pulangnya sempat tersenyum sendiri, memikirkan si Nuriska itu.
Besok paginya, Distrian sudah stay ditempat nongkrongnya menunggu penumpang. Pagi itu ia sudah kaget melihat Nuriska menemuinya, karena tak pernah sebelumnya perempuan cantik itu menemuinya dipagi hari. “Mbak Riska? Tumben pagi pagi udah kesini” Tampak nuriska diam saja, perempuan itu langsung masuk kedalam taksi milik Distrian. “Kemana ini mak Riska? Pulang?”, “Iya mas…” Distrian tau ada yang tidak beres karena Nuriska tidak secentil dan tampak sedikit lebih tenang. Segera saja Distrian mengantar Nuriska pulang. Distrian selalu menyempatkan waktu melirik si cantik Nuriska, sempat Nuriska menyadari kalau Distrian itu meliriknya, namun Distrian segera kembali fokus mengemudi, meski pandangannya tak seperti biasa, Distrian tetap terpesona kecantikan pelanggan setianya itu. Setelah tiba dirumah Nuriska, perempuan itu segera turun, namun tak mengeluarkan uang. “M..mbak, anu… itu…”, “bayarnya mas? Mm… ngutang dulu boleh mas?”, “Waduh, gimana ya mbak?” Distrian menggaruk lehernya, dan Nuriska kemudian mendekati pria yang duduk dikursi pengemudi itu. “mm… Mas Rian, turun bentar deh, ikut aku kedalam rumah”, “Eh, tumben mbak”, “Uangnya…didalem soalnya”, “Gitu ya, ya udah deh…” Distrian menurut, ia turun dari taksinya dan menguncinya, kemudian mengikuti Nuriska kedalam rumah itu. Distrian mengetahui rumah itu sangat sepi, “Kok sepi sekali mbak?”, “Lagi keluar temenku, duduk dulu deh mas” Distrian kemudian duduk disofa bersama Nuriska, pria itu sempat merasa canggung, karena tak seperti ditaksinya, kini ia sudah bersebelahan dengan sicantik itu. Distrian jadi malu mengetahui Nuriska itu sedang memandanginya, “mm…. mbak Riska, anu…”, “Apa mas Rian?”, “ndak, itu loh…apa…mmm…” Distrian makin bingung, Nuriska yang cantik sekali itu tersenyum kepadanya. “Brapa sih bayarnya mas?” Nuriska merapat kesebelah Distrian, membuat pria itu jadi makin bingung. “Ya.. kayak biasanya itu mbak”, “Kalau aku gak punya uang, gimana mas?”, “mm…iya sudah mbak, gak papa, besok besok kan juga ketemu lagi..”, “Hehe, beneran kan mas?”, “Iya beneran, kalau gitu saya mau berangkat lagi aja mbak” Belum sempat berdiri, Nuriska meraih tangan Kiri Distrian itu, dan merangkulnya dengan erat. “Mas Rian disini aja… temenin Riska” Distrian menelan ludah, sambil berusaha tetap tenang. “gimana ya mbak? Aku kan musti…”, “Ayolah mas, Hari ini… Aku gak ada yang nyari… Tadi dibatalin ketemuannya, hiks” Distrian kaget, ternyata Nuriska itu benar benar cewek panggilan, “Jadi…mbak Riska ini beneran kalau kerjanya…”, “Tuh tau…hehe…”, “Terus, kalau aku disini… mbak Riska mau…”, “Mas, itu liat deh” Nuriska menunjuk kekanan, Distrian menoleh, namun tidak ada apa apa. “Nggak ada apa ap…mmf!” Saat menoleh kembali kehadapan Nuriska, Distrian sudah disambar mulutnya oleh bibir merah Nuriska, Pria itu kini berciuman dengan Nuriska.
“mm…cup…mmm…” Nuriska melumat mulut pria itu, sambil lidahnya sudah bergerak gerak, membuat Distrian kebingungan, Pria itu melihat wajah cantik nuriska itu sudah sangat dekat dengannya, Distrian masih membuka matanya, tak seperti Nuriska yang menutup matanya sambil menikmati cumbuan itu. “mm…mbak..mm..”,” ayo mas bales ciumanku…mmm…” Distrian menurut, mau tak mau ia harus membalas permainan lidah Nuriska itu, kini ia dengan nikmat bercumbu dengan perempuan cantik itu. Beberapa saat kemudian, Nuriska berhenti, lalu berdiri dihadapan Distrian. “Hehe, Mas Riaan, aku cantik gak sih?” Nuriska bergerak layaknya model majalah dewasa dihadapan Distrian, pria itu malah melongo, ia tak pernah berfikir kalau si cantik Nuriska akan mempertontonkan kecantikannya langsung didepan matanya. “mm…mbak Riska cantik banget kok, dari pertama ketemu… sampai sekarang juga… makin cantik kok”, “Makacih mas ganteng… hehe” Distrian tak pernah dipanggil ganteng oleh siapapun, kecuali orang tuanya sendiri. “Ah, bisa aja mbak…” Nuriska lalu menunduk dan mendekat menghadap Distrian lagi. “Mas Riaan, aku udah ngebet pengen ngeseks nih, Mas Rian mau kan ngeseks saya aku?” PIkiran Distrian meledak, Berciuman saya tak pernah terfikirkan, malah sekarang diajak ngeseks, DIstrian tak bisa menolak permintaan perempuan cantik itu, apalagi saat Nuriska menunduk, belahan dadanya itu membuat Distrian makin tertarik.
“mm…gimana ya mbak? Kasian mbak Riskanya juga… gak ada yang nemenin”, “iiih, gak usah sok cool deh, huuh, dasar, biasanya sering goda goda ditaksi gitu, haha”, “iya iya, aku mau deh”, “Yeeees, cup… yuk mas, sini sini kekamar…” Distrian gembira setengah bingung, kini ia dibawa Nuriska menuju kamarnya. Nuriska segera melompat keatas kasur, lalu dengan posisi menantang, perempuan cantik itu mengajak DIstrian untuk segera memulai adegan asyik itu. “Hehe, ayo mas Riaan, Bukain pakaianku doong…hehe” Distrian hatinya meleleh, mendengar godaan itu dari si cantik Nuriska, tanpa ragu ia mendekati Nuriska. DIstrian perlahan mendaratkan tangannya dikedua bahu sicantik Nuriska. Karena Nuriska memakai baju yang tak menutup lengannya, Distrian tinggal menurunkan baju itu dari atas buah dada sicantik itu. Perlahan bajunya diturunkan, Distrian kembali menelan ludah setelah baju itu sudah terlepas. Kemudian ia sempat terdiam, karena kagum melihat tubuh mulus milik Nuriska itu, perut dan buah dada yang masih ditutupi bh saja sudah membuatnya terangsang. Nuriska kemudian melepas bhnya tanpa menunggu DIstrian, “Mas Riaan, check my mountain please.. hehe” Distrian tak mengerti ucapan Nuriska, tapi ia tau sicantik itu ingin buah dadanya yang bundar dan menggemaskan itu untuk segera dimainkan. Segera kedua tangan Distrian mendarat digunung kenyal milik Nuriska, Distrian menghela nafas panjang, ia baru pertama menyentuh langsung gundukan indah itu. “Wow, mbak Riska… aku… uuh, gemesnya…” Distrian mengelus dan menggoyang kedua buah dada milik Nuriska itu dengan nikmat, Nuriska kini sudah tersenyum gembira, tidak salah ia memilih supir taksi langganan. “oouh…mmf…terus mas… enak deh…hmmf” Distrian hatinya terus berdetak kencang, sambil kini meremas buah dada montok ditubuh mulus Nuriska itu. Distrian tak kuasa melihat wajah cantik itu menatapnya dengan penuh hasrat. Distrian melesatkan kepalanya kearah buah dada itu, lalu segera ia mencium dan menjilati gundukan kenyal dan sintal itu. Distrian mencium keringat Nuriska yang malah membuatnya makin tertarik untuk menelusuri tubuh indah sicantik itu. Distrian kini menjilat dan mengelus tubuh bagian atas milik Nuriska itu, dari bahu, ketiak, perut, dan buah dada milik Nuriska itu tak bisa ia tinggal begitu saja, lidahnya tak bisa berhenti bergerak menikmati keindahan tubuh Nuriska.
“Aaahn…mmf…Geli deh…mas Rian suka jilat jilat yach..ooh…sshh…aahn” ,”mm…m..aah…tubuh mbak Riska wangi dan nikmat untuk ditelusuri, huh, sungguh mempesona…mmm..cup”, “aaahn…ooh…uuhf” Nuriska mendongakan kepalanya keatas, saat DIstrian mencium lehernya. Tak lama, Nuriska sudah tak tahan, ia mendorong Rian, lalu membuka celana pria itu. “Gantian dong mas, aku mau juga… jilat jilat yang enak, hehe” Penis tegak milik Distrian segera ditangkap oleh Nuriska, dan mulai dikocok dengan nikmat. “Auuh mbak, wow, aku… belum pernah diginiin sama perempuan”, “Asyiik, masih perjaka nih mas Rian?”, “Bisa dibilang begitu..hehe..uuuh” Nuriska jadi liar mengetahui Distrian masih belum pernah bercinta, namun sudah sehebat itu menjamah tubuhnya. Segera penis tegak itu dikocok dengan hebat, tak lama Nuriska memasukkan kepala penis Distrian itu kedalam mulutnya. LIdahnya bukan main liar, menjilat kepala penis milik DIstrian itu dengan cepat, lidah perempuan itu berputar putar dan menjilat kepala penis Distrian yang basah oleh cairan bening. Distrian yang keenakan itu memegang kepala Nuriska, dan menggerakkannya, kini Nuriska mengulum penis besar pria itu dengan cepat mulutnya sudah dipenuhi penis besar itu. “mm…mm…ofhg…mm..slruup..mmm..”, “oooh, luar biasa, uuuh” Distrian tak kuasa menikmati sensasi yang pertama kali ia rasakan itu.
Croot crooot crooot, Nuriska kaget seketika saat mulutnya sudah terisi cairan putih yang keluar dari penis Distrian. “oghf..mm..gleegk..uhuk uhuk…mmf…wow… hehe”, “Ouuh, uuh”, “Asyiik, keperjakaan mas RIan aku yang ambil, hehe, ayo mas kita lanjutkan, hehe” Nuriska lalu melepas semua pakaiannya yang tersisa, Kini Perempuan cantik itu sudah telanjang bulat, tubuh mulus nan mempesona itu membuat Distrian sudah kembali terangsang. Nuriska merebahkan tubuhnya dikasur, sambil membuka selangkangannya. Lubang diantara paha mulus itu tampak sudah basah kuyub. “Mas Riaan, Bantuin Riska ya… Memekku minta dijilati juga, kan mas RIan hebat kalau disuruh jilat jilat, hehe” Tak perlu menjawab, Distriian mendaratkan kepalanya atas selangkangan tak berbulu itu, lalu lidahnya segera bergerak gerak, dengan liar menikmati cairan dalam lubang vagina Nuriska. “mm..mm…mm… slruup.. mmm …mmm… wow… sedap ya mbak memeknya…mm..” Nuriska tak mengira Distrian begitu hebat menjilati lubang kewanitaannya, “Aaahn…aaahn…oooh…hebat banget mas…aaahn” Beberapa menit berlalu, Nuriska sudah tak kuat menahan geliat lidah Distrian dilubang vaginanya. Perempuan itu mendorong kepala Distrian, menghentikan aksi jilatan mautnya. “Udah mas, bisa sehari mas RIan jilatin memekku nanti, haha”, “hehe, maaf ya cantik, Aku gemes dan seneng banget bisa menikmati memeknya mbak Riska”, “Udah mas, sekarang masukan punya nya mas RIaan, puasin aku yaach”  Nuriska tersenyum sambil mengangkat tangannya seraya meminta Distrian menyetubuhinya. Segera Rian melepas pakaiannya yang tersisa, lalu melesat mendekati Tubuh indah Nuriska.
Penisnya yang tegak kembali itu ditempelkan diatas lubang vagina Nuriska, tanpa berargumen, Distrian mendorong penisnya masuk, “Wow, mas…auh… besarnya…Aaahn! Oooh!” Penis Distrian mengisi penuh memek sicantik Nuriska itu. Distrian sempat Diam diatas tubuh Nuriska, ia sedang merasakan penisnya yang diselimuti dinding vagina Nuriska itu sedang membuat sensasi ternikmat dalam hidupnya. “Waaah, nikmatnya mbak… waoow” , Nuriska memeluk Distrian, buah dadanya menempel ditubuh Pria itu. “aahn…ooh…ayo mas…gesekin mas…aaahn” Distrian menurut, perlahan ia gerak kan bokongnya, sehingga penisnya terdorong keluar masuk mengoyak vagina Nuriska yang sudah tidak perawan itu. Tubuh Sicantik Nuriska itu ikut bergoyang seiring hentakan penis besar milik Distrian. Sleeb sleeb sleeb, Distrian terus menusuk vagina nikmat itu, “ssh…Riska yang cantik…kamu memang terbaik…oooh… nikmatnya memek kamu…”, “Uuhf…ssh…aahn..aaahn…ooh… terus mas ganteng…lebih cepet..aaaahn” Distrian mempercepat interfal tusukannya, kini penis besarnya mengoyak lubang vagina Nuriska itu dengan hebat, maju mundur keluar masuk tanpa henti. “Aaahn…eih eih…ooh…super deh mas RIaan…aaaahn” kaki Nuriska menyilang diatas tubuh Distrian, membuat mereka berdua semakin rapat bersetubuh dikasur yang ikut bergoyang itu. Distrian tak menyangka pagi itu ia sudah bersetubuh dengan pelanggan setianya yang cantik dan sungguh nikmat itu. Bermenit menit Distrian menusuk vagina cewek panggilan itu, diiringi desahan dan suara indah tabrakan penisnya itu.
“Oooh, Mbak Riska…aku…mau keluar nih…”, “Lepas dulu mas… ssh… sini biar aku hisap penismu..” Distrian berhenti, lalu berdiri dan menghadapkan penisnya kearah Nuriska. Penis itu langsung dilahap mulut nuriska, tanpa perlu menunggu, penis itu sudah muncrat isinya, Crooot crooot crooot, Nuriska tak kuasa menahan cairan sperma dalam mulutnya. “Ofghhf..hooek…mmf..uhuk uhuk..oooh..aaah…mm…” Nuriska sempat memuntahkan sperma dari mulutnya yang penuh, meski sudah menelan sisanya. Perempuan cantik itu lalu kelelahan di atas kasur. “m..mbak Nuriska…gak papa kan?”, “uhuk…mmf…gak papa kok mas… aku seneng malah..hehe..uhuk..mmf” Nuriska tampak meneteskan air mata, tentu karena tenggorokannya tadi dipenuhi sperma milik Distrian, meski kini sudah ditelan dan masuk kedalam perutnya. Distrian kemudian memeluk Nuriska, sambil mengelus rambutnya. “Udah kan mbak? Aku udah puasin mbak Nuriska kan?”, “iya kok mas Rian, makasih ya…”, “Gak usah bayar deh soal taksinya tadi, ini udah lebih dari cukup bagiku…”, “hehe, emang itu mauku mas, cup” Nuriska mencium kening Distrian, kemudian mereka berdua tersenyum lepas, dan kemudian tertidur dikasur itu.
SEtelah beberapa jam tertidur, Distrian segera bangun, berpakaian lagi, lalu membangunkan Nuriska. “mbak Riska, aku pergi dulu ya…”, “Loh kok pergi, Nuriska sendiri dong..”, “Kalau boleh nanti aku mampir lagi deh, kan mbak Riska juga tiap hari ketemu saya”, “hehe, iya deeh, hati hati mas yaa, nanti kita ngeseks lagi kan? haha”, “Terserah mbak Riska deeh, hehe, terima kasih mbak..” Distrian meninggalkan Nuriska yang beristirahat itu. Kembali ia mengemudikan taksinya, sambil tersenyum puas.
Kini Distrian benar benar senang, ia jadi semakin dekat dengan Nuriska, karena sangat sering bertemu, juga sering sekali bercinta lagi. Distrian kemudian memilih menikahi Nuriska, pria itu tak mau perempuan secantik itu dinikmati orang selain dirinya, dan pelak nanti Hidupnya diharapkan bisa lebih baik, dan lebih bermartabat.

5 comments: