Sunday

Cerita seks: Permintaanku dituruti si Cantik Zenita

Hari itu Fahmi baru saja menyelesaikan shift kerja pagi itu, pria 26 tahun itu baru saja menerima gaji diawal bulan itu. Fahmi bekerja disebuah Perusahaan yang cukup berkembang, tentu gaji yang ia peroleh cukup besar, 3 juta rupiah, padahal ia baru 3 bulan itu bekerja disana. Dengan gembira Fahmi pulang kerumahnya, segera ia menaiki motornya dan bergegas pulang. Ditengah perjalanan, Fahmi berhenti dipertigaan, lampu merah menghentikan laju motornya. Tiba tiba ada seorang cewek menyebrang jalan lalu mendekatinya, tampak masih mengenakan seragam SMA. “Mas mas, bisa minta tolong?” Fahmi benar benar bingung, kenapa tiba tiba cewek SMA itu mendekatinya, padahal ia tidak kenal, “minta tolong ngapain?”, “Aduh, nanti deh mas, aku numpang boncengan boleh mas?”, “Iya udah cpet naik, udah mau hijau itu” Segera cewek SMA itu naik kemotor Fahmi. Setelah lampu hijau, kini Fahmi mengendarai motornya, dan membonceng seorang cewek SMA.
Dalam perjalanan, cewek SMA itu menyuruh Fahmi berhenti, “mas, mas stop dulu aja, kesitu” Fahmi menurut, ia memarkir motornya, lalu ia mulai bercakap cakap dengan Cewek SMA itu. “Mas, kenalin aku Zenita”, “Aku Fahmi, kamu mau minta tolong apa dek?” Fahmi sempat memperhatikan Zenita itu ternyata cantik dan manis juga wajahnya. “Gini mas, m… mas sekarang free kan?”, Fahmi jadi heran, apa maunya cewek SMA itu, “aku baru pulang kerja sih, ada apa memangnya?”, “Gini mas, mm…mas bisa minta tolong…jadi wali murid ku gak?” Fahmi menambah tanda Tanya difikirannya, “Memang buat apa dek?”, “Gini mas, aku kena sangsi sama guruku, jadi gak boleh ikut ujian minggu depan sebelum orang tua atau wali muridku dateng kesekolah”, “hmm, emang kamu kenapa sih?”, “Udah ntar mas Fahmi liat sendiri deh, gimana mas? Mau gak?”, “mmm…gimana ya?” Fahmi berakting bingung, ia menggaruk kepalanya dengan tangan kiri sambil melirik keatas. Zenita tiba tiba meraih tangan kanan Fahmi dan merangkulnya, “Ayo lah mas, nanti kalau udah beres mas Fahmi mau minta apa aja ntar Zenita kasih deh” Fahmi sempat kaget dan senang, Zenita merangkul tangannya itu sambil buah dada cewek SMA itu menyenggol dan menggencet tangannya, padahal baru saja bertemu.
“mm..Boleh deh, beneran aku boleh minta apa aja?”, “Iya deh mas, minta apa aja boleh, tapi sekarang temenin aku kesekolah yaaa”, “Iyaa, ayo deh” Kemudian kembali Fahmi dan Zenita naik kemotor, kini mereka menuju tempat Zenita sekolah.
Setibanya disekolah, zenita kemudian mengajak Fahmi masuk kedalam sekolah. “Mas, jangan lupa loh, jadi wali muridku, nanti kalau bisa mas Fahmi urus deh sama gurunya itu, terserah mas deh, pokoknya beres”, “Iyaa, aman”. Sedang berjalan disekolah itu, banyak murid yang sedang istirahat itu meneriaki Fahmi dan Zenita, “Cieee, bawa om om nih yee”, “Zee bawa brondong tua kesekolah niih, hahaha” Fahmi sempat malu, apalagi Zenita. Setiba disebuah ruangan, Fahmi dan Zenita segera masuk kedalam. “p..Permisi pak Budi”, “Oh, zenita, lalu ini..”, “Ini wali murid saya pak”, “Oh, namanya siapa pak?”, “Saya pak Fahmi, Wali muridnya Zenita”, “Memangnya orang tuanya zenita…”, “Kedua orang tuanya sedang keluar, ada keluarganya yang meninggal”, “Astaga, maaf, ya sudah silahkan duduk” Zenita sempat kaget, Fahmi bisa juga berbohong. “jadi begini Pak Fahmi, Zenita mengalami sedikit masalah yang bisa membuatnya tak bisa mengikuti ujian minggu depan”, “Masalahnya apa pak? Mohon maaf dipercepat saja, saya ada kegiatan lagi setelah ini soalnya pak”, “jadi Zenita ini SPPnya nunggak  3 bulan pak, saya tidak ingin terulang seperti tahun lalu, masalah ini tak diselesaikan dan membuat Zenita tidak bisa naik kekelas 3 SMA” Fahmi seketika kaget, ternyata urusan uang. “M..mohon maaf pak, kira kira… 3 bulan itu berapa sppnya?”, “750 ribu pak” Jeglar, Fahmi seperti disambar petir, saat ia melihat Zenita, cewek SMA itu malah memasang wajah tak bersalah dan tersenyum dengan manis kehadapan Fahmi. “Oh, itu…Iya pak, jadi waktu tahun lalu itu… Keluarganya Zenita sempat bangkrut pak”, “Loh, bukannya kata orang tuanya dulu karena uangnya dipakai zenita untuk…”, “Itu hanya alasan, pak, jadi, saya mohon maaf, saya juga sebenarnya tak ingin mengatakan hal itu pak” Zenita menutup mulutnya rapat rapat sambil menahan tawanya, ia heran kenapa Fahmi itu begitu ahli berbohong. “Ternyata begitu ya pak, aduh, saya ikut prihatin”, “apalagi sekarang ada keluarganya yang meninggal, jadi… benar benar kesulitan finansial terjadi dikeluarganya”, “Saya tau pak Fahmi, tetapi…”, “Begini saja pak Budi, bagaimana kalau saya berikan 500 ribu sekarang, dan untuk sisanya pak Budi bisa menunggu keluarga Zenita mendapat uang”, “Mohon maaf pak Fahmi, maksud saya bukan begitu…”, “Saya tau pak, ini uang dari saya demi keluarga Zenita, saya sebagai wali muridnya juga harus bisa memecahkan masalahnya” Fahmi mengeluarkan uang 500 ribu dihadapan pak Budi itu. “Kalau begini,  mungkin…cukup segini saja pak, sisanya biar sekolah ambil dari uang khas, kami juga turut prihatin dengan apa yang terjadi”, “Terima kasih banyak pak Budi, saya sangat senang, sekolah ini memang terbukti kualitas dan kearifannya” uang itu dibawa pak budi, lalu Fahmi bersalaman dengan Pak Budi menandakan akhir masalah itu. Segera Fahmi dan Zenita keluar dari ruangan. Setelah berjalan melewati beberapa ruangan, Zenita dan Fahmi tertawa dengan senangnya. “Hahahaha, Mas Fahmi gila deh, hebat banget gombalannya”, “hahaha, tapi kamu ini dasar yaa.. pasti uang orang tuamu kamu pakai buat foya-foya ya?”, “ya…ya gitu deh mas, hehehe”, “Dasar kamu ini, untung tadi aku bisa mengatur strategi”, “Hebat deh mas Fahmi” Zenita tiba tiba memeluk Fahmi, kembali buah dadanya menggencetnya, “Hei hei, disekolah ini, kamu ini”, “eeh, sorry mas, reflek, haha”, “Haduh, uang 500 ribuku melayang”, “Maaf ya mas, Sebagai gantinya sekarang mas Fahmi mau apa? Aku turutin deh”. Fahmi sempat berfikir, ia melihat kearah Zenita itu, cantik dan putih kulitnya. “m…gimana kalau, setelah sekolah ikut aku keluar aja ya, gimana?”, “Oooh, keluar kemana mas, boleh boleh”, “Nanti deh gampang, sore nanti kamu tunggu dimana deh?”, “Dipertigaan tadi aja mas, gimana?”, “Oke deh, sip, kamu lanjutin deh belajarnya”, “Iya, see you later” Fahmi lalu pergi meninggalkan sekolah itu dan segera pulang.
Dirumahnya fahmi masih memikirkan apa yang nanti akan ia minta dari Zenita. Ia masih membayangkan Zenita yang cantik itu, tapi tak lama ia sadar, 500 ribunya itu lebih membuatnya bingung, baru saja ia menerima uang itu, harus seketika berkurang. Fahmi mulai berfikir yang aneh aneh, ia sampai berani berfikir untuk menikmati tubuh Zenita yang cantik itu. Segera ia beristirahat, dan bersiap untuk sore nanti.
Sore harinya Fahmi sudah bergegas menuju pertigaan tempat ia bertemu Zenita. Beberapa menit menunggu, akhirnya anak SMA itu datang menemui Fahmi yang sudah menunggunya, anak SMA itu memakai tanktop dan celana pendek, membuat Fahmi semakin yakin untuk melakukan siasatnya. “Hai mas Fahmi..”, “Zenita? Wow…”, “Cantik kan kak? Iya dong zenitaa…” Zenita bergerak seperti model mempertontonkan kecantikannya itu. “Hehe, Sini naik”, “Kemana nih mas?”, “Ayo udah, nanti aku jelasin, makan dulu yuk”, “pas banget mas lagi laper, yuk” Zenita tampak tak curiga, segera cewek SMA itu naik keatas motor dan kembali dibonceng oleh Fahmi, namun tujuan yang dikehendaki oleh fahmi adalah restoran kesukaannya. Beberapa menit perjalanan, mereka segera tiba direstoran itu. “Wah, gak salah pilih deh mas Fahmi”, “Sering kesini ya Zee?”, “Kadang kadang mas, lucu deh kalau mas Fahmi panggil aku pakek Zee, haha” Kemudian Fahmi dan Zenita segera mengambil tempat duduk, lalu memesan makanan. “Aku bayarin ya mas”, “Jangan, aku yang bayarin deh”, “Loh, kan harusnya mas Fahmi minta aku buat…”, “Itu nanti, ini masih belum minta kok aku” Zenita mulai menaruh tanda Tanya dalam fikirannya mengenai permintaan Fahmi nanti. Segera mereka memesan makanan, dan setelah makanan tiba segera disantap dengan nikmat. “Mm…mantep deh, enak banget mas”, “Iya, nanti bakal ada yang lebih enak, aduh, uhuk uhuk” Fahmi hampir keceplosan, sampai ia tersedak. “Pelan aja mas, haha” Segera mereka menghabiskan hidangan, setelah selesai Fahmi membayar hidangan tadi, lalu Fahmi mengajak Zenita kemotornya.
Kembali mereka menaiki motor itu, “Kemana lagi mas? Mau minta apa sih?”, “Ada deh, habis ini kok..” Segera Fahmi menjalankan motornya, beberapa menit perjalanan ditempuh, Fahmi dan Zenita lalu tiba didepan sebuah hotel. Setelah memarkir motor, Zenita mulai melepas pertanyaanya, “mas Fahmi, kok kehotel sih?”, “Katanya kamu mau aku minta apa aja?”, “Iya, wah jangan jangan mas Fahmi mau…”, “Iya, aku mau kamu temenin aku dikamar Hotel”, “Kok gitu sih mas? Pasti mas Fahmi mau yang aneh aneh”, “Katanya aku boleh minta apa aja? Kan aku udah berkorban ratusan ribu loh buat menyelesaikan masalahmu, atau mau aku kembali kesekolah dan minta uangku kembali?”, “iiih, mas Fahmi jahat,ya udah deh” Meski sempat menolak, Zenita kini mau diajak kedalam hotel itu. Segera Fahmi memesan kamar, lalu membawa Zenita kedalam. “Udah, ayo, lepas baju kamu dong zee” Zenita menyilangkan tangannya didepan buah dadanya. “Gak mau mas, katanya Cuma nemenin aja?”, “Ayolah, kan udah janji kamu mau tadi…”, Zenita memalingkan mukanya, sambil pelan pelan membuka bajunya. “Wow, huuw, sekalian bhnya dong cantik” Zenita sempat ragu, tapi akhirnya ia segera melepas bhnya itu. Buah dada cewek SMA itu tampak begitu imut dan menggoda, Fahmi benar benar ingin menikmatinya. “Sini Zee, deketan” Zenita yang menutupi buah dadanya dengan tangan itu mendekati Fahmi, pria itu lalu membuka celananya, dan mengeluarkan penisnya yang sudah tegang. “Kocokin penisku dong, sekalian diemut boleh” Zenita tiba tiba langsung duduk didepan penis Fahmi itu, ia memegang penis tegak Fahmi itu, dikocoknya dengan cepat, kepala cewek SMA itu mendekat, segera saja penis pria itu sekarang dijilat dan diemut oleh mulut manis milik Zenita. Fahmi benar benar kaget, Karena Zenita seperti sudah terbiasa mengoral penis laki-laki saja.
“Oooh, wow, Hebatnya kamu zee, kamu ini… sebenernya…”, “mmm…mmm…slruuup…mmm hehe, maaf mas, aku tadi pura pura aja, biar dapet feelnya, hehe..mm” Fahmi kaget, ternyata memang Zenita ini penuh dengan kejutan. “Ternyata, kamu ini udah sering…”, “Iya mas, aku sering ngulum penis pacarku…mmm…mmm” Zenita terus melanjutkan aksi yang ternyata sudah sering dilakukan olehnya. Fahmi jadi tenang, ia tak perlu ragu menikmati waktunya bersama dikamar hotel itu. Fahmi segera meraih kedua buah dada imut milik Zenita yang sudah ia tunggu itu. Diremasnya dengan nikmat, sambil sesekali puting merah muda Zenita itu dicubit dan diputar putar. “Aaaahn, ih mas Fahmi geli…mmm…mmm…slruup..mmm” Zenita asyik menikmati air bening yang keluar dari lubang diujung penis Fahmi. Fahmi dan Zenita sedang asyik meningkatkan gairah lawan mainnya.
“Auh, sssh, Zee, aku keluar itu..ooh” Crooot crooot, Sperma melesat masuk kedalam mulut Zenita, dan ditelan habis oleh Zenita, “Sluuup…mmm..cup…aah.. Enak yaa, beda sama maninya anak SMA”, “ooh, iya dong, eh Zenita, udah gak perawan ya?”, “Eeeh, masih perawan mas, Mas Fahmi gak boleh ambil keperawananku, pokoknya gak boleh!” Fahmi bisa memahami maksud Zenita itu. “Ya udah, sekarang kamu tiduran dikasur gih”, “Aduh mas Fahmi, kan aku gak mau keperawananku..”, “ya gak aku sentuh deh keperawananmu, yang lainnya ada” Zenita kaget, lubang pantatnya tampak jadi sasaran. “Loh, jadi…dilubang pantatku yam as?”, “Iya… gak boleh juga? Aku kesekolahmu aja minta uang kembali”, “eeh, aduh iya udah mas..” Zenita lalu melepas celana pendeknya perlahan, Wow, Fahmi seketika melongo melihat selangkangan Zenita begitu mulus dengan bulu bulu tipis diatas lubang vaginanya.
Zenita yang cantik itu lalu pergi keatas kasur, lalu merebahkan tubuhnya, Fahmi menyusul. Fahmi masih terdiam berdiri melihat zenita yang begitu cantik memerah wajahnya, tubuhnya begitu mulus dan molek, kini sudah telanjang dan siap disetubuhi. Fahmi lalu mendekatkan kepalanya keselangkangan Zenita, ia melihat lubang vagina cewek SMA itu sudah basah. “Zee, biar aku jilat ya ini… pasti pacar kamu belum pernah coba”, “i..iya mas…pelan aja mas, aku takut” Zenita tampak begitu malu, membuat Fahmi benar benar tertarik bercinta dengan cewek SMA itu. Segera Fahmi mendaratkan mulutnya diatas bibir vagina Zenita, ia cium dan ia jilat perlahan, membuat Zenita mendesah kecil, “Aahn, oh, sssh, geli mas, Aaahn” Fahmi sangat senang mendengar desahan yang menggemaskan itu.  Lidah pria itu segera masuk dan bergerak berputar putar mencicipi dinding vagina perawan itu. Zenita tiba tiba menghimpit kepala Fahmi itu dengan kedua pahanya, itu malah membuat Fahmi makin ganas. “mm…Slruuup..mmm..mm…slruup” Fahmi dengan ganas menjilat dan menghisap Vagina perawan milik Zenita itu, membuat cewek cantik itu mendesah, “uwaaaah, aaahn, mas, ouuh, mmmf, sssh… oooh” Mata si cantik Zenita itu tampak sudah penuh dengan air mata. Fahmi yang sudah puas itu berganti lubang, ia turun kan mulutnya, dan mendaratkannya dilubang pantat milik Zenita, tanpa ragu ia masukkan lidahnya, pria itu tampak tidak jijik sama sekali. “Kyaa kyaa , mas… oooh. Oooh…aaahn aahn” Tubuh Zenita itu bergerak gerak sendiri, bereaksi dengan ulah Fahmi dilubang itu. Lubang pantat itu jadi sedikit terbuka karena keganasan Fahmi.
Fahmi kemudian berhenti, ia kemudian memposisikan dirinya diatas tubuh Zenita. “Mas, jangan masukin di..”, “Nggak kok cantik, aku pasang dilubang pantat kamu, jadi aman kan?” ,” tapi…mas…Aaaahn!” Kepala penis Milik Fahmi itu sudah menempel dilubang pantat Zenita. Fahmi memeluk Zenita, lalu memandang wajahnya yang cantik itu, setelah itu ia langsung mencium gadis SMA itu. Sambil bercumbu, penis Fahmi itu terus didorong untuk mengisi lubang pantat Zenita. “mm…mm…Aaaahn…aaghf…sakit mas…oooh” mendengar kata sakit malah membuat Fahmi makin berani, ia mendorong penisnya dengan kuat, dan penisnya itu kini masuk sepertiganya dalam lubang pantat milik Zenita. Terlihat mata zenita terbelalak, tak kuasa menahan ulah Fahmi. Fahmi kemudian perhalan menggerakkan penisnya. Segera saja ia merasakan kenikmatan luar biasa, meski yang ia masuki bukan lubang vagina perawan milik Zenita. Zenita tak berhenti mendesah hebat, Fahmi segera mempercepat gerakan penisnya, maju mundur menabrak lubang pantat milik Zenita itu. “Aah..aaah…aah..ooh..sssh…mmf…mmm…auuh” Zenita meneteskan air mata, Fahmi malah menjilati air mata gadis itu, lalu mencium bibir indahnya.
Beberapa menit beraksi, Akhirnya Fahmi menyudahi aksinya, ia tak mau membuat Zenita tak menikmati adegan nikmat itu. Ia cabut penisnya, lalu diletakkan diperut Zenita. Fahmi lalu menangkap kedua buah dada yang masih dalam masa pertumbuhan itu, diremasnya dengan nikmat, sambil penis tegaknya digesek gesek kan diperut Zenita. “Aaahn, mmmf, mas…oooh…panasnya..ouuh” Suasana makin memanas, Fahmi benar benar menikmati tubuh indah milik Zenita yang cantik itu. Beberapa menit berlalu, Fahmi sudah klimaks, Croot crooot crooot, Sperma melesat dari penis Fahmi itu, tersebar keperut, buah dada, dan wajah cantik Zenita. “oooh, uuuh, mmf…aah”, “Wow, leganya aku, huft” Fahmi lalu merebahkan tubuhnya disebelah Zenita, ia mencium gadis itu, lalu menyeka air mata diwajahnya. “Sudah Zee, aku sudah selesai, gak minta lain lain lagi deh”, Zenita hanya tersenyum manis, ia tampak sudah benar benar lelah melayani Fahmi tadi.
Setelah itu Zenita beristirahat dan tertidur dikasur, dan fahmi menemaninya, sambil tetap meremas kedua buah dada sicantik itu. Saat terbangun, Zenita masih melihat Fahmi masih saja meremas kedua buah dadanya. “mmf…ya ampun mas…masih diremes terus buah dadaku”, “Lucu banget soalnya, kalo diremes ntar bisa tambah gede loh”, “Bisa aja mas Fahmi, emang pinter bohong sih, haha”,” Eeh, gak bohong tauu, kamu memang cantik, lucu dan imut, terus buah dada bisa makin gede karena diremas itu bener” Lalu mereka berdua tertawa dengan bahagia.
Setelah Kejadian dihari itu, mereka berdua jarang bertemu, sesekali mereka bertemu dipertigaan jalan itu, namun dengan berjalannya waktu, Zenita sudah lulus, dan Fahmi sudah memiliki Istri. Namun saat bertemu mereka tetap tampak begitu dekat, penuh canda tawa dan senyum bahagia.

2 comments: