Thursday

Cerita seks: Ibu Tiriku yang cantik

Pagi itu Martin sedang sarapan bersama keluarganya. "Martin, ayo cepet diabisin, keburu telat kamu kesekolah", "iya pa..." Martin si anak SMA itu baru saja mulai sarapan, sedangkan ayahnya sudah selesai makan, "Iya Martin, kalau gak telat aku jewer loh", "nn.. iya iya..." Martin kini melihat sesosok perempuan yang menjadi istri dari ayahnya, nama perempuan itu Puri. Puri adalah ibu tiri dari Martin. Setelah ibu kandungnya bercerai, ayahnya itu segera mencari istri, dan ternyata itu adalah Puri. Sarapan Martin belum selesai, ia masih berfikir, bagaimana ayahnya itu mendapat istri perempuan yang jauh jarak umurnya, perempuan itu berumur 30 tahun, sedang ayahnya Martin sudah berumur 40 tahun. "Ma... aku berangkat dulu...", "iya... hati hati pa...", "iya, Martin kamu cepet berangkat juga...", "iya pa..." Ayahnya martin itu lalu sudah segera pergi berangkat bekerja. Martin kemudian menyelesaikan sarapannya, dan berpamitan pada Puri untuk segera berangkat sekolah. "Ma... aku berangkat dulu..." Martin lalu mencium tangan ibu tirinya itu, lalu Puri membalasnya dengan mencium kening Martin, "cup... iya, belajar yang pinter ya..." Senyum perempuan itu segera mengiringi Martin berangkat menuju sekolahnya.

Martin di SMA nya itu masih kembali berfikir, tiap hari ia bersama Ayahnya dan juga ibu tirinya itu, namun kenapa ia rasa seperti Puri itu terlalu baik dan patut dibilang sangat mempesona, sempat ia berhayal, andai dirinya saja yang menjadi suami Puri itu. Bel pelajaran dimulai, memecahkan lamunan Martin. Anak SMA itu segera belajar disekolah seperti biasanya. Siang harinya, sebelum pulang sekolah, Martin dicegat teman dekatnya yang bernama Tono, "tin, sini deh, aku kasih tau sesuatu...", "apaan ton?", Tono menunjukan handphonenya pada Martin, seketika anak SMA itu terkejut. " nih... tante cantik yang lagi rame diinstagram, gimana menurut lo?" Martin masih kaget, bagaimana tidak, foto yang ditunjukan Tono itu adalah Foto Puri, ibu tirinya itu.
Memang Martin tidak memiliki akun instagram, namun ia tak pernah tau ibu tirinya itu ternyata eksis didunia instagram. "Hey, Martin, malah ngelamun, pasti terpesona ya sama tante ini? liat nih, beeh... buah dadanya montok banget!" Martin bingung, ia diantara ingin menghantam temannya yang tidak tau itu, atau mengakui memang ia juga terpesona melihat foto itu, foto Puri menggunakan kaos dan tampak mempertontonkan buah dadanya. Martin memang tau, ibu tirinya itu suka memakai pakaian yang cukup minim saat dirumah. "D..dari mana lo nemu ini akun Ton?!", "ya temen temen banyak yang ngomongin, aku ya ikut liat, eh emang gak salah mereka...", "wah, parah nih!", "parah kenapa tin? elu kenal ya?", "itu... eh, enggak ton, cuman...", "haha, emang parah nih tante, pasti banyak yang booking tuh" Martin tangannya sudah mengepal erat, dan ingin memukul Tono, tapi ia tau, temannya itu juga tidak bisa disalahkan. Martin lalu tanpa pamit tiba tiba meninggalkan Tono, "hey, tin, loh... malah pergi..." Martin segera pulang kerumah dengan penuh kesal dan tanya, ia ingin mengklarifikasi hal itu pada ibu tirinya dirumah.

Sesampai dirumahnya, ia segera masuk kedalam, lalu mencari Puri, ibu tirinya itu. "ma... mama...", "eh udah pulang martin...", "ma, pinjem handphonenya sini!", "loh, buat apa?", "udah sini!" Martin merebut handphone ditangan Puri yang duduk dikursi itu. Martin segera tersadar, benar apa yang ditunjukan Tono, Ibu tirinya itu sedang membuka akun instagram, dan sudah bersiap memposting foto cantiknya. Puri lalu merebut handphonenya dari tangan Martin, "Aduh Martin...", "Ma, kok pake share share foto gitu di instagram sih?!", "Martin, kan mama ini dirumah gak ada hiburan, ya udah iseng aja main instagram, jadi banyak temennya nih...", "tapi kan ma, waktu Martin disekolah, banyak yang bicarain foto fotonya mama...", "m...masak sih? wah, terkenal dong mama..." Martin heran, entah apa yang ada dibenak fikiran ibu tirinya itu. "Aduh ma... kan Martin jadi malu... untung gak aku hajar temen temenku yang sibuk ngeliatin foto mama, pikiran mereka itu negatif semua jadinya, aku takut..." Tiba tiba Martin berhenti berargumen, karena ia dipeluk oleh ibu tirinya itu, ia seketika terdiam. "Maafin mama ya Martin, bukan maksud mama bikin kamu kecewa, mama cuman butuh hiburan..." Martin tersenyum, ia mengerti apa yang sebenarnya ibu tirinya itu inginkan. "iya ma, aku tau, papa emang terlalu sibuk bekerja, jadi kurang memperhatikan mama, kan ada aku... jadi gak perlu yang sampai begitu ma, aku gak pengen dapat mama baru lagi..." Seketika pelukan Puri makin erat, terdengar isak tangis perempuan itu. Martin jadi bingung, ia memilih diam, sempat ia mencium bau wangi tubuh ibu tirinya itu, dan yang pasti ia sadar buah dada montok milik Puri itu menempel erat ditubuhnya. "hiks..m...maaf ya, kamu emang anak yang baik tin, hiks...", "udah ma... gak usah nangis, ada aku disini..." Beberapa saat kemudian, Puri melepas pelukannya, dan mulai menyeka air mata diwajah cantiknya. "Martin, makan yuk, kamu pasti laper hapis belajar seharian", "iya ma, yuk..." Martin pergi kekamarnya untuk ganti baju, setelah ituia menyusul Puri menuju ruang makan, dan segera makan siang.


Siang itu mereka sudah sibuk makan siang, namun yang membuat Martin sedikit heran, ibu tirinya itu jadi makin dekat dengan dirinya saja, makan pun disebelahnya, "Martin, coba, buka mulut kamu...aa" Martin segera membuka mulutnya, dan menerima suapan makanan dari Puri. Martin senang jadinya, ibu tirinya itu jadi perhatian. Setelah makan, Martin memilih membicarakan akun instagram ibu tirinya itu lagi. "Ma... instagramnya dihapus aja akunnya...", "iya deh, tapi harus ada gantinya loh ya...", "iya, tapi jangan share share foto lagi ma...", "iya papa kecil, hehe..." Martin sempat terenyuh hatinya, ia tiba tiba jadi tertarik kepada ibu tirinya itu. Namun ia berusaha menutupi itu semua, Martin dan Puri melanjutkan obrolan mereka. Hari itu Martin sadar, ibu tirinya itu sebenarnya sangat penyayang, dan memang butuh perhatian lebih.

Keesokan harinya, seperti biasa, saat sarapan pagi, Martin bersama ayahnya dan juga Puri. Martin sedikit kecewa pada Ayahnya yang memang begitu sibuk mengurus perusahaannya, berangkat pagi, pulangnya malam. "Pa, kerjanya papa lembur terus ya? kok sampai malem terus?", "Martin? tumben tanya begitu, ya kan papa direktur perusahaan, jadi repotnya dobel dobel, sampe malem kerjanya", "kasian mam...", "Martin, udah cepet sarapannya, keburu telat lagi sekolahnya", "iya ma..." Sempat suasana jadi hening sebentar. "ya sudah, papa berangkat dulu, ma, hari ini papa gak bisa pulang, mungkin besok baru pulang", "iya pa, aku dirumah aja kok, cup... jangan lupa makan", "Iya, Martin, jaga mamamu, papa berangkat dulu", "iya pa..." Ayahnya martin itu segera pergi berangkat bekerja. Martin juga sudah selesai, dan segera berangkat juga, sebelum meninggalkan rumah, ia dihentikan oleh ibu tirinya, "Martin, nanti pulangnya agak cepet kan?", "iya ma, ada apa?", "gk papa, mama tunggu dirumah ya...", "iya ma..." Segera Martin berangkat sekolah dengan senyuman. Anak SMA itu belajar dengan tenang, karena teman temannya sudah kehilangan sosok tante cantik diinstagram.

Hari sabtu itu Martin bisa segera pulang, ia tidak memilih tidak hadir dikegiatan ekstra, karena ibu tirinya tadi memintanya untuk segera pulang. Sesampainya dirumah, Martin sudah disambut oleh Puri. Ibu tirinya itu memakai tanktop yang membuat wanita itu tampak menarik, juga celana jeans panjang. Martin sudah terbiasa melihat ibu tirinya itu memakai pakaian layaknya anak anak muda, tapi ia heran, kali ini ibu tirinya itu tampak begitu menawan karena sudah memakai make up, "Martin, cepet ganti baju sana...", "emang kenapa ma?", "udah ayo ayo..." Martin segera diminta mengganti baju, segera anak SMA itu menurut, setelah mengganti pakaian yang ia pakai, Martin menyusul ibunya didepan rumah. "mau kemana ma?", "jalan jalan dong", "kemana ma?", "ketaman aja deh, kamu yang nyetir dong sayang" Martin sudah terbiasa dipanggil sayang, namun kini ibu tirinya itu memanggilnya dengan nada yang membuatnya merinding. Martin segera menaiki motornya, dan ibu tirinya itu duduk dibelakang, segera mereka menuju Taman kota. Diperjalanan, Martin sedikit bingung, ibu tirinya itu malah memeluknya erat dari belakang, seperti orang pacaran saja. "Aduh ma, jangan erat erat ah...", "udah... jangan komen..." Martin hanya bisa melanjutkan perjalanan sambil tersenyum aneh. Sesampai ditaman, Martin memarkir motornya, dan segera ia diajak jalan jalan bersama ibu tirinya yang cantik itu. Mereka sempat berbincang bincang sambil menikmati suasana taman. Martin masih memiliki banyak pertanyaan dalam fikirnya, kali itu ibu tirinya yang cantik itu merangkul erat bahu kirinya, seperti orang pacaran.

"Martin, udah punya pacar belum?", "eh, kok tanya gitu ma?", "punya gak? punya kan?", "gak punya ma...", "wah, gimana sih kamu ini... udah SMA belum pacaran", "gak penting ah pacaran itu ma...", "eh... jangan gitu, nanti kamu nyesel loh, eh anterin mama beli baju ya tin, kemall itu tuh", "yah, iya deh ma" Segera mereka pergi menuju mall didekat taman itu, Puri segera menemukan tempat yang tepat untuk membeli baju baju yang kekinian. Martin memilih menunggu didepan saja. "Eh, Martin, ngapain disini?" Martin disapa oleh seseorang, setelah ditengok, ternyata Tono teman sekelasnya itu. "Eh, ton, anu... aku...", "Buset tin! itu kan tante cantik yang diinstagram itu dulu!" Tono segera takjub melihat Puri yang cantik itu sedang sibuk memilih baju. "Aduh, ton, itu...", "gila lu tin, memang gak salah ente pilih tante tante..." Martin tiba tiba menarik temannya itu dan menutup mulutnya. "hei diem! ngomong apa sih ton!", "loh, itu tu ton, tante itu, wah buah dadanya itu..." Martin menutup mulut temannya yang ngomong asal itu. "sh sh sh, diem bentar! aku mau kasih tau", "apa sih tin?", "perempuan itu...", "wah, Martin, ada temannya yah..." Tiba tiba Puri sudah ada disebelah Martin sambil membawa tas berisi baju baru. "Aduh, iya, ini Tono...", "wah, tante, kenalin aku Tono, pasti ini tante Puri...", "iya betul, kok tau kamu?", "hehe... itu tante, aku sering liat tante di instagram", "ooh, jadi kamu tau ya..." Puri menggunakan nada yang cukup aneh sambil melihat Martin. "mm... udah selesai beli bajunya?", "udah kok martin sayang... ayo pulang deh..." Mendengar ucapan Puri, Tono seketika kaget, "w..wah, jadi tante...", "aku tinggal sama Martin, Tono kok heran banget?" Tono menengok kearah Martin lalu menengok kearah Puri, setelah itu ia sepertinya tak ingin bicara lebih. "gk papa kok, ya udah aku balik dulu tin..", "i..iya ton...", "Hati hati Tono... cup..." Tono tiba tiba dicium keningnya oleh Puri, membuat Tono dan Martin kaget. "eh... hehe, makasih tante..." setelah itu Tono segera pergi dengan senang hati. Martin berjalan menuju motornya bersama ibu tirinya itu, "ma, kok pake nyium tono segala?", "kasian toh, pandangannya keaku itu bikin gemes", "aduh ma, kan Martin udah bilang kalau...mmf!" Martin terdiam seketika, bibirnya itu dicium oleh Puri, ibu tirinya itu. "mm... naah... udah, kamu juga dapet tuh, ayo pulang" Martin jadi terdiam seketika, ia kemudian segera berkendara bersama ibu tirinya itu pulang kerumahnya.

Setelah tiba dirumah, Martin dan Puri segera masuk kerumah, ibu tirinya itu menyimpan baju yang dibelinya, lalu menemui Martin yang masih melongo diruang tengah itu. "Martin, kok diem aja?", "gak papa ma...", "kok gitu? kenapa sih tin?" Martin pecah lamunannya, ia kini melihat belahan dada montok Puri dari lubang di kaosnya itu. Puri tau Martin melihatnya persis seperti Tono tadi, membuatnya tersenyum lebar. "Martin, hehehe", "Eh, aduh, m...ma, kok suka banget sih pake pakaian gitu...", "aduh martin... gimana ya?" Puri berlagak bingung, sambil melingkarkan tangannya dibawah buah dadanya, sehingga gundukan montok itu menjulang tinggi, membuat Martin makin bingung. Puri lalu tersenyum melihat Martin, "gini gini... sini deh tin, ikut mama..." Martin ditangkap tangannya, lalu anak SMA itu diajak menuju kamar ibu tirinya itu. Mereka lalu duduk dikasur, "Martin, mama itu sebenernya kangeen banget, rasanya bercinta mesrah dengan laki laki..." Martin tiba tiba sudah merasa seperti tau apa yang mungkin terjadi. "waduh, ma... Martin..." Puri yang masih memegang tangan Martin itu mendaratkan tangan anak SMA itu dibuah dada montoknya, Martin segera menelan ludahnya. "Martin... kamu... gantiin papamu hari ini ya... plis?", Martin masih terpesona dengan raut wajah manja Puri, juga tangannya sudah gatal ingin bergerak saja. "hmm... itu... gimana ya ma... kan...mmf!" Martin lagi lagi dicium bibirnya oleh Puri, namun kini anak SMA itu harus merasakan lidah ibu tirinya itu bergerak didalam mulutnya, ludahnya juga disedot, Martin kemudian memilih mengikuti permintaan Puri. Anak SMA itu berfikir biarlah hari ini ia bermesraan dengan ibu tirinya itu, ia tau, Puri sangat rindu rasanya beradu fisik dengan laki laki. Kini Martin merasakan nikmatnya bercumbu dengan perempuan, "mm... slruup.. cup.. mm...", "mmm...mm..aah...mm... diremes dong sayang..." Tangan Martin tadi kini dipandu oleh Puri, benda kenyal milik perempuan 30 tahun itu kini sudah mulai bergoyang karena ulah tangan Martin, anak SMA itu kini mulai merasakan sendiri, bagaimana nikmatnya meremas dan menggoyang kan buah dada montok. Martin mulai menikmati kegiatan nikmatnya itu bersama ibu tirinya.

"mm...aah... bentar deh..." Puri menghentikan cumbuan Martin, perempuan itu lalu melepas bajunya, membuat Martin berdesir hatinya, dan saat Puri melepas BHnya, Martin tau penisnya tak bisa bersembunyi lagi. "hehe, gimana tin? aku masih mulus dan cantik kan?", "itu... pasti. mama memang... mempesona..." Puri tersenyum nakal, lalu ia merebahkan tubuhnya dikasur. Jari telunjuknya lalu diangkat, dan digerakkan seraya meminta Martin mendekatinya, "Ayo Martin sayang, sini sini..." Martin bergerak perlahan, mendekati Puri yang mempesona itu, buah dada montoknya itu bisa ia lihat langsung, puting coklat yang mengerucut itu membuatnya seraya haus. Martin sudah tiba diatas tubuh mulus Puri, "hehe, Ayo sayang, mau coba buah dada mama gak?" Martin tak bisa mengungkapkan rasa dihatinya, segera ia menangkap buah dada montok milik ibu tirinya itu. tangannya tanpa dipandu kini sudah asyik mengelus benda kenyal didada Puri itu, dielusnya dengan nikmat, lalu diremas seraya merasakan kenyal dan halusnya gundukan itu. Martin tak kuasa berucap, lidahnya keluh, tenggorokannya kering seketika. "aahn... hebat juga Martin, sekalian kamu latihan, nanti kalau main sama pacar kamu biar siap, hehe... aahn" Martin makin senang bermain buah dada montok itu, ia putar putar, ia tepuk tepuk dengan asyik. Tak lama puting coklat milik Puri yang sudah mengeras itu tak bisa dibiarkan saja, Martin menangkap puting Puri dengan jari jarinya, lalu diputar dan ditarik. Sungguh Martin tak bisa mengira dirinya bisa melakukan hal itu. "Aaahn...ouh", "s...sakit ya ma?", "gak kok..ssh... enak banget malah...aahn" Puri lalu menarik kepala martin, dan didaratkan diatas buah dada ibu tiri itu. Martin bisa mencium wanginya tubuh ibu tirinya itu, juga merasakan kepalanya mendarat digundukan terkenyal yang pernah ia rasakan. ia segera menjulurkan lidahnya, lalu mulai menjilati buah dada montok itu, tak lama puting keras Puri itu juga dijilati, "Aaahn...wow... ayah kamu kalah deh tin...oooh" Martin kini sudah merasakan nikmatnya memilin puting perempuan, ia tarik tarik puting kiri Puri itu dengan mulutnya, sambil tangannya meremas buah dada kanan Puri. Martin memang sepertinya begitu menikmati, apalagi Puri, ibu tiri itu tampak heran juga, suaminya kalah hebat dengan anak SMA itu. Beberapa menit menikmati buah dada kenyal milik Puri, Martin sadar penisnya sudah berdenyut hebat bergerak diatas selangkangan Puri.

"Aaahn...hmmh... udah tin..." Puri merobohkan Martin, lalu perempuan itu membuka celana anak SMA itu, penis tegaknya membuatnya melotot, langsung saja ibu tiri itu mengocok penis tegak anak tirinya itu. "wah, persis punya papamu, pasti rasanya sama...mmmhf" Martin terbelalak seketika, saat Puri tiba tiba sudah mengulum penisnya. Mulut ibu tirinya itu bergerak naik turun, membuat rasa nikmat tersendiri pada penisnya. "mm..mm...mmm..wow.. mm...", "auh..oooh" Martin tak kuasa menahan kenikmatan itu, saat ibu tirinya itu dengan cepat mengulum penisnya tanpa jeda. Beberapa menit kemudian, Croot croot croot Sperma menyembur masuk kedalam mulut Puri. "mmh...oofgh...uuhuk uhuk..mmm" Puri memuntahkan sperma Martin keluar kasur. "m...maaf ma, aku gak kuat", "gak papa kok sayang, enak kok tadi, ayo lepas semua pakaian kamu" Martin dan Puri segera melepas semua pakaian mereka. Puri lalu sudah tiduran menghadap keatas , membuat Martin kembali menegakkan penisnya itu. "Sini martin sayang..." Martin mendekat, lalu tangan anak SMA itu ditaruh diatas kedua paha Puri. "sekarang, kamu harus ngapain tin? hmm?" Puri dengan menggiarahkan memandang Martin. Martin yang terpesona melihat tubuh mulus ibu tirinya itu segera membuka lebar kedua paha Puri, lalu ia segera melihat lubang vagina basah yang dihiasi bulu halus diatasnya. "m...ma, udah basah...", "Jilatin ya martin...ooouh" Martin dengan senang hati menuruti Puri, anak SMA itu mendekatkan kepalanya, dan mulutnya sudah mendarat dibibir vagina Puri. lidahnya sudah dijulurkan dan mulai menjilati pintu masuk kenikmatan itu. "Aaahn..aahn...ouh...hmmh" Puri mendesah dengan asyik, tak salah ia memilih pasangan bercinta. "mm...slruup..mm...ah...mm..slruup" Martin dengan asyik kini sudah menikmati isi dalam vagina basah itu, cairan yang baru pertama ia nikmati itu sungguh membuatnya ketagihan. Beberapa menit itu Martin menikmati dinding basah vagina ibu tirinya itu, pemilik lubang nikmat itu hanya bisa menikmati jilatan Martin sambil meremas buah dadanya sendiri.

"Aahn...ooh...aaah!" Martin merasa cairan mengalir dari dalam lubang itu, tanpa ragu segera ia minum habis, menghilangkan dahaganya. "mmh! Sluuuurp...slruup... aaah" Setelah itu Martin sangat puas, tinggal penisnya yang masih berdenyut itu minta dipuaskan juga. "oooh... asyik banget mainnya... ayo martin, puasin mama, masukin dong..." Martin segera menurut. Anak SMA itu menempelkan penisnya dipintu kenikmatan, lalu setelah didorong dengan nikmat, segera penisnya masuk sepenuhnya kedalam vagina Puri. Kini resmi sudah Martin menyetubuhi ibu tirinya sendiri. "oooh... rasanya... enak ma...", "aaahn... iya tin, gesekin... aku mau...aaahn" Martin menggerakan penisnya perlahan, anak SMA itu ingin menikmati sensasi ternikmat, yaitu menyodok vagina basah. sleeb sleeb, penisnya bergerak maju mundur dengan nikmat, sambil dinding vagina Puri menyelimuti penis tegak Martin. Tak pernah Martin ingin merasakan menyetubuhi ibu tirinya itu, tapi kini, ia sudah memeluk Puri. Sambil menyodok vagina longgar itu dengan nikmat, Martin menjilati tubuh bagian atas milik Puri. Leher, wajah, dan buah dada Puri sudah asyik ia jilati, dengan setiap hentakan penisnya kedalam vagina ibu tirinya itu. "aaahn...ooh ...cup ... puasin mama sayang...oooh!" Martin kini memilih mempercepat sodokannya, ia kini menyetubuhi ibu tirinya dengan intens. Setiap sodokan penisnya diiringi goyangan menggairahkan buah dada montok Puri. Menit demi menti Martin merasakan nikmatnya menyetubuhi Puri ibu tirinya yang montok dan menggairahkan itu. "Aaahn...Martin sayang...oooh...", "ooh... hmmh...uuh".

Beberapa saat kemudian, Martin sudah merasa ingin menyemburkan isi penisnya. "m..ma aku mau keluar", "aaahn... taruh sini penis kamu..." Martin mengeluarkan penisnya dari vagina Puri, lalu benda tegak itu diletakkan diantara kedua buah dada Puri. Perempuan itu lalu merapatkan kedua buah dadanya menghimpit penis tegak Martin yang sudah mau meledak isinya. "Martin, keluarin semuanya...oooh... aku mau semua... oooh!" Beberapa gesekan digundukan nikmat itu, dan crooot croot crooot, sperma menyembur kewajah dan buah dada Puri, mengakhiri persetubuhan itu. "oooh, Martin..." Puri memeluk Martin dengan erat, setelah puas bersetubuh. "M..ma, makasih...", "mama yang harusnya makasih... kamu hebat...", "iya, demi mama, apa aja deh...", "hehe... nanti malam lagi ya tin", "aduh... jangan ma...", "ya udah, sekarang lagi kalau gitu...cup...mmm" Martin kini dengan pelukan erat bersama Puri sudah bercumbu lagi. Martin harus menuruti kemauan ibu tirinya itu. Kini anak SMA itu dengan asyik menggantikan tugas ayahnya, menyetubuhi ibu tirinya itu.


2 comments: