Thursday

Cerita Seks: Bercinta Dengan Saras



Vian baru selesai bekerja, ia menuju toko terdekat untuk beli rokok. Sampai ditoko, Vian malah melihat ada sesosok cewek cantik disana. "hmm... Saras...", "eh... ada mas Vian", "hehe... habis beli apa?", "ada deh mau tau aja, haha... balik dulu ya mas..." Vian tersenyum jadinya gara gara si Saras. "kang rokok atu...", "iye... nih", "sip... si Saras sering mampir ya kang?", "iye, langganan aye tuh", "haha... enak euy punya langganan cantik", "haha... elu naksir die ya ian?", "eh... enggak gitu", "udah, keliatan mah, menurut aye pantes banget kamu sama si Saras tuh", "ah yang bener kang?", "iya pantes, tapi kalo diliat liat pantesan sama aye", "ye elah akang, puter puter ngomongnya, haha" Vian memang sudah kenal lama dengan Saras, meski mereka jarang bertemu dan bercakap cakap. Vian hanya heran, dulu Saras masih biasa, kini luar biasa menurut Vian, cewek itu cantik dan menawan, layaknya model papan atas. Vian kemudian menyalakan rokoknya, dinikmati sambil berjalan pulang.


Sampai rumah Vian memilih istirahat, ia duduk santai didepan rumahnya. "mas vian...", "eeh... ada saras...", "lagi ngapain mas?", "lagi santai aja ini, kamu mau kemana?", "tadi ada yang ketinggalan di toko", "ooh, iya iya", "bentar ya mas..." Saras berjalan dengan anggun melewati rumah Vian. Vian geleng geleng saja, apa karena lama sendiri, ia melihat saras layaknya bidadari dimatanya. vian memilih tetap bersantai didepan rumah, ia menunggu Saras lewat lagi. Entah dari mana, hujan turun menderu, vian sempat berdiri untuk masuk kerumah saja, tapi ia terhenti saat melihat saras berusaha menghindari hujan, cewek itu akhirnya berhenti berjalan dan berteduh didekat Vian. "aduh Saras... kok lari lari", "kan hujan tuh mas...", "eh iya... ", "yah, kalo gini gak bisa pulang", "tunggu terang aja neng, masuk dulu kerumah", "gak papa nih mas?", "gak papa, sok atuh...", "permisi ya..." Vian mengajak saras masuk, mereka kini duduk diruang tamu. Vian tak bisa menyembunyikan senyumnya melihat si cantik Saras duduk menunggu. "Neng Saras, mau minum apa?", "aduh gak usah mas, ngerepotin aja", "loh gak papa, bentar ya..." Vian pergi kedalam, lalu ia kembali kedepan dengan membawa minuman untuk Saras. "aduh... makasih loh mas", "iya iya... hehe...", "mas Vian kok sendiri?", "oh, itu, masih pada belum pulang kerja", "ooh.. mas vian memang kerja dimana?", "di mebel dekat balai kota itu neng", "ooh... disitu...", "kalo neng saras, kerja dimana?", "lagi gak kerja mas, dulu sih sempet kerja dimall, tapi udah abis kontraknya", "hmm, gak diperpanjang kontraknya?", "nggak mas, nanti aku malah boros kalo kerja dimall, banyak yang mau dibeli, haha", Vian bercakap cakap lebih lama dengan Saras, sesekali ia gagal fokus, karena kemolekan tubuh cewek itu. "... ooh jadi dirumah kadang sendirian dong kalo ditinggal keluar kota", "iya mas, ayah ibuku sibuk nih, soalnya aku nggak kerja, eh itu udah terang mas", "oh iya tuh", "aku balik dulu ya mas Vian", "iya Saras, kalo nanti aku mampir kerumahnya saras gak papa?", "ooh iya mampir aja, aku pulang dulu..." Vian cukup senang bisa berbincang dengan Saras saat huja. tadi.

Beberapa hari berlalu, vian masih ingat tentang si cantik Saras. Suatu hari sepulang kerja, ia berkeinginan mampir kerumah Saras saja. Sampai disana, vian sudah melihat saras keluar rumah. "Saras...", "hmm? eh ada mas vian", "mau kemana kamu?", "mau beli sesuatu... Biasa...", "ooh, bareng aja kalau gitu, aku... Mau pulang juga kok", "iya kah? iya udah mas, hehe" niatnya mampir kerumah saras, malah kini ia menemani saras membeli sesuatu, ketoko langganan saras itu. "hmm? wah wah... Vian... Tumben bareng neng Saras euy", "kebetulan, tadi ketemu aja kang", "ah bisa aja vian nih... Mana ada kebetulan... Ini mah sudah direncanakan... Haha", vian senyam senyum, begitu juga si Saras. "duh apa sih kang, beli yang biasanya kang", "oke neng... Udah disiapin kok", "sip kang, ini uangnya..." vian masih tak tau apa isi bungkusan hitam yang diterima Saras. "makasih ya...", "sama sama... Loh gerimis" saras melihat langit mulai meneteskan hujan, vian tau ini ada hikmahnya. "balik yuk neng keburu deras hujannya", "iya, mari kang...", "iya... Ah sial si vian... Enak kali bisa jalan bareng neng saras pisan euy..." vian dan saras tak mendengar perkataan penjaga toko barusan. Dua orang tadi akhirnya harus berhenti, karena hujan makin deras, dan lagi sampai dirumah vian. "aduh... Saras... Kamu jadi basah semua...", "basah dikit kok mas... Gak papa" Vian terpaku lagi, melihat Saras yang bajunya basah. "ini ada handuk... Kali aja neng saras butuh", "makasih mas", "sama sama..." saras mengambil handuk itu, mulai ia gunakan, untuk mengeringkan rambutnya, juga menyeka tangan dan kakinya. vian melihat saja sudah melongo, apa yang ia lihat benar bidadari?. "mas Vian... Oii...", "eh... Iya...", "keluarganya mas vian belum pada pulang?", "iya... Masih kerja semua", "hmm, mas, maaf ya, kalo... Aku lepas bajuku gak papa kah?" Vian kaget, apa yang difikirkan saras sebenarnya? "ooh, iya gak papa... Kan bajunya neng saras udah basah...", "iya... Maaf ya mas..." saras mulai mencopot bajunya, vian makin melotot, melihat Saras makin minim pakaiannya, meski masih dibalut tanktop tubuh indah cewek itu. "mm... Saras, baju kamu taruh dulu di belakang, biar keringan dikit" saras segera menaruh bajunya yang basah, lalu kembali menemui Vian. "ya ampun mas vian... Liatnya biasa aja dong ah... Hehe..." vian jadi malu sendiri, "eh... Maaf neng, hehe...", "mas vian, tadi emang habis kerja ya?", "iya... Kebetulan lewat depan rumah kamu tadi", "ooh... Kebetulan apa emang mau mampir?", "ah neng saras... Iya maunya sih mampir tadi...", "haha... Tau gitu tadi kerumah dulu aja mas", "iya... Kan neng saras mau beli, ya saya temenin dong", "iya iya... Duh mas... Masih liatin dadaku aja ya..." vian malu lagi, apa daya memang ia tak mampu mengelak. "eh... Maaf ... Salah lagi...", "kalo ngomong liat mukaku dong mas... Hmm?" saras malah mendekat, ia pandangi si vian itu. Vian makin bingung saja karena ulah si saras itu, "eh... Neng saras...", "mas vian?", "iyah?", "pasti... Pengen banget pegang ini ya..." saras meraih tangan vian, lalu didaratkan didada cewek cantik itu. Vian tak mampu menyembunyikan ekspresinya, ia bisa menyentuh benda kenyal didada saras itu. "aduh... Neng...", "gimana mas... Hmm?... Aahn... Mas vian nakal..." Vian tak sengaja meremas buah dada Saras, lalu tangannya menghindari buah kenyal itu karena vian takut saras maraj. "m...maaf neng... Reflek tadi...", "mas Vian mau pegang lagi ndak? gak papa kok, nggak sakit pula..." Saras malah mendekat, lalu membusungkan dadanya, makin kalut pikiran Vian. entah sudah ingin sekali, akhirnya kini vian dengan kemauannya sendiri mendaratkan tangannya diatas dua buah gunung kenyal milik Saras. Benda itu lalu dielusnya dari luar, tampak saras justru diam dan menikmati juga. "neng saras... Gak papa nih?", "iyah...mmh... Ayo mas diremas...aah...mmh" Vian kalang kabut fikirnya, tangannya lama lama bergerak semaunya, saat vian masih takut saras marah. "aduh... Saras...", "mmh... Mas vian... Ternyata..nmmp...mmh...mm... Cup...mm" Vian entah kenapa malah mencium saras, lalu cewek itu malah membalas ciuman vian. "mmh... Saras...", "hehe... Asik ya mas... Apalagi pas hujan gini...mmh...cup...mm" vian hatinya berdegup kencang, ia tak sanggup menikmati sensasi pertama bercumbu dengan saras yang cantik itu. "mmh... Eh... Saras... Itu...", "kenapa mas? kan kasihan itu... Minta dielus juga..." Saras tangannya malah mengelus benda menonjol dicelana vian itu, penis tegak vian dielus, meski masih dihalangi celana, elus tangan saras membuat vian terangsang berat. Beberapa menit saras dan vian saling bercumbu, juga mengelus tubuh lawan mainnya. "mmh... Mmp...mm...cup...", "mmh...mm, eh mas vian udah terang..." Saras tiba tiba menghentikan aksinya bercumbu dengan vian, cewek itu mengambil bajunya, lalu dipakai lagi. "eh.... Saras... Itu masih gerimis loh", "hehe... Gak papa... Aku takut dicari keluarga... Makasih ya mas vian, besok besok lagi ya... Haha..." saras tersenyum manis, lalu beranjak pergi dari rumah vian. Vian dirumahnya girang tak karuan, pengalamannya bersama saras tadi baginya suatu hal paling nikmat. Vian berfikir sebaiknya ia meningkatkan intensitasnya bertemu saras, ia berharap dapat meniknmati Saras lebih jauh lagi.

Hari hari selanjutnya, Vian mulai berani mampir kerumah saras, tapi dirumah cewek itu vian bertemu keluarganya saras juga. tak seperti saat dirumahnya sendiri, vian dirumahnya saras tidak berani melakukan hal aneh aneh, ia hanya mengobrol dengan saras, sesekali juga ngobrol dengan keluarga cewek cantik itu. vian sempat menyerah, tapi ia mengumpulkan semangat lagi, ia benar benar ingin bersama saras. "...iya, banyak yang begitu pak", "ooh, tapi Vian ndak seperti itu kan?", "ah endak lah pak, saya taat aturan, haha", "bagus bagus, Saras... Lamanya...", "bentar yah... Hai mas vian..." saras akhirnya turun juga dari lantai dua rumahnya, dan menemui vian. Cewek itu berpenampilan sederhana, tapi memang cantiknya bukan kepalang. "hai saras...", "kamu ini, ditungguin Vian dari tadi loh", "hehe... Biasa yah, cewek...hehe...", "hmm, ya udah, habis ini aku sama ibumu berangkat keluar kota", "loh yah..." saras sedikit kecewa, saat vian menahan kegembiraan. "loh kenapa? kan biasanya gitu?", "loh... Uang sakunya yah? haha..." vian menahan tawanya, saras memang penuh kejutan. "dasar kamu... Iya gampang, kirain takut sendirian, kan nanti ada Vian nemenin kamu", "ooh, mas Vian mau nemenin saras dirumah?", "ya... Kalo bisa sih gitu... Hehe" tak lama ayah dan ibunya saras mulai sibuk sendiri, lalu beranjak pergi keluar rumah, meninggalkan Vian dan Saras. "hehe... Akhirnya mas...", "akhirnya kenapa neng?", "bisa berduaan lagi, hehe..." vian masih malu malu, bahkan ia tak tau cara memulai segala keinginannya. "ah apa sih neng...", "mas Vian... Sini duduk aku mau cerita", "cerita apa?" vian kini menemani saras, cewek itu menceritakan, apa yang selalu ia beli dari toko langganannya. "loh... Saras... Kamu...", "iya mas... Maaf loh baru kasih tau" vian baru tau, saras punya penyakit yang cukup lama belum sembuh, vian benar benar tak menyangka, karena dari luar si Saras terlihat baik baik saja. "ya ampun kasihan kamu ya...", "nanti juga bakal sembuh kok mas, asal harus rutin minum obat", "iya... Apa ini yang bikin kamu berhenti kerja?", "iya mas, gak bisa kerja lama lama, harus sering istirahat", "hmm, gitu ya, saras nanti gak usah ketoko lagi, nanti biar obatnya aku yang belikan" Vian malah baper, ia jadi terketuk hatinya. "ndak usah mas... Saras bisa kesana sendiri", "enggak, neng saras dirumah aja, kalo terjadi sesuatu dijalan kan bahaya, biar aku yang urusin nanti ya", "ndak usah mas, nanti...", "udah gakpapa, aku maunya neng saras cepet sembuh, biar bisa aktivitas seperti biasa...", "mas vian... jangan baper loh, haha", "maaf, emang udah lama sih bapernya..." Saras tersenyum, ia begitu senang saat vian membuatnya kembali bersemangat untuk hidup. "mas vian... Makasih ya..." saras tiba tiba memeluk vian penuh sayang. Vian tak mampu membendung rasa dihatinya. "Saras... Aku... Aku sayang kamu... Aku gak mau saras kenapa napa...",  "iya mas... Aku tau... Mas Vian udah mau mampir kesini aja aku udah seneng, aku juga sayang mas vian kok" mereka melepas pelukannya, lalu saling pandang. "maaf ya saras, mungkin aku gak pantes buat...mmp...mmh...cup...mm... Saras..." belum selesai ngomong, sudah disambar mulut vian, kembali ia bercumbu dengan saras. "mmh...cup...mmm, mas vian...mmh...aah...", "mmh...cup... bentar saras...", "ada apa mas?" vian menghentikan aksinya, "kamu... Gak papa kan?", "iya gak papa kok", "apa kamu ndak istirahat?", "tadi aku udah tau kalau keluargaku bakal keluar, jadi aku udah istirahat dari pagi, aku udah... Siap siap buat bersama mas vian hari ini..." Vian tak mengira bahkan saras sudah bersiap agar bisa asik berdua dirumah. "tapi saras...", "mas vian... Mau nggak nikahin saras?", "eh... Saras... Aku...", "mas vian gak mau? mas vian gak sayang sama saras ya?", "eh aku sayang kamu kok... Iya... Aku... Bakal nikahin kamu... Kamu... Mau jadi istriku?", "mau mas... Aku... Sayang mas vian..." lagi saras memeluk vian, rasa senang terpancar dari wajah mereka.

"makasih saras, aku bakal jagain kamu... Hidupmu gak bakal sengsara", "makasih mas vian... Hehe...cup...mmh" saras nyosor duluan, kembali ia bercumbu dengan vian. "mmh...cup...mm", "mmh...aah... Mas... Bentar..." Saras tiba tiba sibuk membuka bajunya, tak pelak tanktopnya juga. "eh... Saras...", "mas vian sayang aku kan?", "i...iya...", "kalo gitu... Hari ini kita puasin bersama ya... Anggap aja kita udah nikah mas", "tapi... Saras... Wow..." saat saras melepas bhnya, lalu buah dada mulusnya terlihat bebas, vian tak bisa menahan dirinya lagi. "mas vian...giman...aahn...mmh... Kan...uuh...mmh" vian langsung tangannya bergerak menyambut buah dada kenyal milik saras, benda itu sudah mulai dielus, dan juga diremas tangan vian. "saras...wow... Kamu emang bidadari ya...", "ahn... Mas...ah...mmh... Geli...ah..." Vian makin berani, kini bahkan vian mulutnya sudah nempel diputing saras, benda kenyal dikenyot dan dijilati dengan asik. vian mulutnya mengganggu puting kiri, dan tangan vian memilin dan memencet puting kanan, buah dada milik saras sudah sibuk digrayangi oleh vian.  "mmh...mm... Saras...mmh", "ah... Mmh... Lanjut mas... Isep sampe keluar susunya deh...aahn...mmh" vian makin hebat saja, dihisapnya puting susu saras, walau tak keluar apa apa vian sudah sangat senang. Beberapa saat asik menikmati buah dada kenyal milik saras, vian mendapati celananya dibuka oleh saras. "eh.. Saras...", "hehe... Kenapa mas? tuh kan... Wah... Udah bediri..." kini penis tegak vian sudah dalam genggaman tangan saras, benda pusaka itu mulai diurut dan dikocok dengan mantap. "aduh...uuh...aah...mmh", "gimana mas...mmh... Hebat kan saras", "iya... Wow... Luar biasa... Aah..." vian takjub, kocokan tangan saras memberi sensasi nikmat pada penisnya. "hehe...ahn... Mas vian..." vian reflek sendiri, ia sambil menikmati penisnya dikocok, tangannya sibuk mengelus bokong montok milik saras. "mmh... Kamu... Montok banget ya...", "iya dong... Buka aja celanaku mas... Ayo...aah..." vian membuka celana saras, juga celana dalamnya. Saras sudah telanjang bulat, vian kini terpaku melihat selangkangan indah milik saras. "wow... Saras...", "hihi... Kenapa mas... Mmh" kamu mulus banget... Uuh..." dielusnya paha mulus saras, lalu juga bokong montok cewek itu, vian tak percaya hari itu benar benar asik berdua dengan saras. "sini aku buka sisanya mas..." vian ikut telanjang sekarang. "uuh...eeh... Saras..." Saras merobohkan vian, kini vian tiduran tapi penisnya masih berdiri. "hehe... Mas vian, isep punya ku ya... Aku isep punya mas vian..." Saras malah kini ada diatas tubuh vian, menghadap penis tegak pria itu. "eh... Saras...uuh...mmh" Vian merasakan sensasi baru, geliat lidah saras menjilati penis vian, saras juga mengulum penis tegak itu. "mm...mmh...mm... Ayo mas... Isep punya saras juga...aah... Iya itu mas...aah... Kita lomba yuk...mmh...mmm" vian melihat jelas vagina saras didepan matanya, ia julurkan lidahnya dan mulai menjilati bibir vagina saras. Rasa yang baru membuat vian tertarik, tangannya mendorong bokong montok saras kebawah, vagina cewek itu mendarat dimulut vian, segera vian menghisap lubang senggama itu dengan liar. "mmh...mm...sluurp...mmmp...mm","aah....aah... Mmh...mmm...mmm.." Saras tak mau kalah, cewek itu mulutnya makin cepat bergerak naik turun, diemutnya penis tegak milik vian dengan hebat. Posisi 69 itu dipraktekan pasangan itu dirumah yang sepi. Mereka terus beraksi menit demi menit tanpa menghiraukan waktu dan suasana, memang kini diluar sudah hujan lagi. Diluar hujan air, didalam rumah saras hujan keringat.

"mmh...mm...mmgh!" croot croot, vian klimaks duluan, ia isi mulut saras dengan sperma. "uuh...mmh...mm...sluurp..mmp..mmm" , "mmgh...mm...gleg...aah...aah... Mas...aahn" spluurt spluurt, saras klimaks juga, cairan menyembur dari memek saras membasahi wajah vian. Dua orang itu lalu berpindah, mereka duduk sejenak. "mmmh... Maaf ya saras", "maaf juga mas, sini mas aku bersihin...mmh...mm" Saras mendekati vian, ia jilati wajah cowok itu sampai bersih dari cairan kewanitaan. "makasih saras...", "iya... Sekarang menu utama mas... Udah siap nih..." saras ganti posisi, ia kini yang tiduran, lalu ia buka selangkangannya, vagina yang terbuka terlihat dimata vian. "Saras... Beneran kamu mau...", "iya mas... Aku... Mau dihamilin suamiku dong...", "saras...", "ayo mas...nah...mmh...nngh...aaahn!" vian mendekat, disiapkan penisnya, dimasukan perlahan kememek basah saras, sleeb, bleess, penis vian masuk dengan tepat. "ooh... Saras...mmh... Aku cinta kamu...ooh" vian merasakan sensasi ternikmat, ia mulai ngentot dengan saras.  "aahn.... Mas vian sayang...aah... Pelan pelan aja ya...ah...", "iya sayang...mmh...ooh..." vian menggerakan penisnya perlahan, ia nikmati sensasi ngeseks dengan saras itu. "mmh...ooh... Yeah...mmh... Iya terus mas...nngh", "oh...uuh... Saras...mmh..mm..mm" vian bisa melihat buah dada saras bergoyang saat vian menghentakkan penisnya, segera buah bundar itu kembali diremas juga, puting susu saras sesekali diemut juga. "ahn...iyah...aah... Lagi mas... Nngh", "oh...mm... Saras... Sayangku...aah..." vian menambah kecepatan sodokan nya, memek basah saras makin cepat dihujam penis, benda keras itu bergerak maju mundur mempenetrasi dinding vagina saras yang basah. "ooh...ah..aah...aah...mmngh...uuh... Lagi...aah...iya...aah.." saras mendesah terus, apalagi saat vian makin cepat saja menggenjot cewek itu. "aah... Saras... Bener ya... Ohh... Kamu mau jadi istriku", "iya mas... Ah... Mas vian... Jadi suamiku...aah", "ooh... Makasih...saras...ooh" vian jadi merapat diatas tubuh saras, ia menyetubuhi cewek cantik itu menit demi menit, penuh cinta, adegan seks mereka jadi penuh kenikmatan. Entah mereka sadar hujan diluar sangat lebat, atau sudah fokus merasakan basahnya tubuh mereka saat bersetubuh. Vian dan saras sudah asik bersetubuh laykanya pasangan baru. "aah... Mmh..nngh", "ooh... Saras... Aku mau...", "keluarin didalam mas", "tapi...uuh", "buktikan... Mas vian mau... Jadi suamiku", "uuh... Iya istriku... Ooh...aagh" Crooot croot crot, "aah...aah...aaaagh...mmmhh" Saras merasakan sperma mengalir dalam vaginanya seperti mengalir masuk kerahimnya. "ooh... Saras...mmh" vian tiduran disebelah saras, tak lama saras mulai bisa tenang setelah menggelinjang merasakan sperma bergejolak diperutnya. "mmh... Mas vian..." saras menggenggam tangan vian, "iya saras...", "terima kasih... Aku... Seneng banget", "aku juga senang...aku... Aku cinta kamu saras", "iya... Aku juga cinta mas vian" Mereka kemudian istirahat, mereka berdua sungguh lega bisa menikmati hari bersama. Kini vian memastikan dirinya harus siap, ia memastikan akan menikahi Saras, dan membahagiakan perempuan terbaik dalam hidupnya itu.

1 comment:

  1. permisi kakak2 numpang promo ya
    yang suka main poker dan domino online, mari gabung di sini bersama kami di www.saranapelangi.com. kini hadir dengan 7 permainan yang dapat dimainkan dalam 1 website. dapatkan jackpot hingga ratusan juta setiap harinya. gak mau kalah teruskan main poker dan domino online ? ayo buruan gabung bersama kami di www.saranapelangi.com

    Saranapelangi.com adalah satu - satunya Website Dengan Player VS Player Tanpa Menggunakan Bot (tanpa ROBOT) 100% Fair Play!!!

    Hot Promo Dari SaranaPelangi!!!
    *Bonus Rollingan Sebesar 0,5%
    *Bonus Refrensi Sebesar 20%

    Tunggu Apalagi?!, Ayo Gabung Dan Main Bersama Kami!!!


    Untuk informasi lebih lanjut silahkan hubungi kami di www.saranapelangi.com atau melalui android kami.

    - BBM : 2B47BB9C
    - CALL : +855964972098
    - WEECHAT : saranapelangi
    - SKYPE : saranapelangi
    - EMAIL : saranapelangi99@yahoo.com
    - FACEBOOK : saranapelangi99@yahoo.com

    WWW.SARANAPELANGI.COM

    ReplyDelete