Monday

Cerita Seks:Kembalinya Cewek Idola

Sasa makin terkenal, makin banyak yang mengagumi juga. Hari demi hari berlalu, rumah mbah Aryo sepi, tidak seperti biasa. "Kasian ya Sasa...", "iya... gak ada alasan buat tetep disini yah..." mbah aryo sudah tiada, rumahnya masih ditinggal kosong hari demi hari berlalu. Sasa tampaknya kembali ketempat orang tuanya. Haris ikut sedih, ia jadi lama tak bertemu Sasa. Namun suatu hari, "permisi dek...", "iya...wah... mbak Sasa...", "iya ... lama gak ketemu ya Haris...", "iya mbak... hehe", "ayah kamu ada? Aku mau beli", "beli apa mbak?", "biar Haris yang ambilin" Haris senang sekali melihat Sasa, makin cantik dan juga montok saja bila dilihat lama lama. "...banyak soalnya dirumah gak ada apa apa... makanya kalau ada ayah kamu biar diantar", "ooh iya mbak Sasa bawa sebisanya, nanti sisanya biar haris yang antar mbak", "ooh gitu ya... makasih Haris...", "iya mbak..." Sasa kemudian pergi, Haris menunggu ayahnya sebelum pergi membawa pesanan Sasa. Setelah Haris bisa pergi, ia sudah membawa barang barang pembelian Sasa kerumahnya. "Haris... makasih ya...", "iya mbak... hmm... mbak Sasa tinggal disini lagi?", "sementara aja, nunggu disuruh pulang lagi, katanya aku suruh jaga rumah ini, dari pada kosong", "hmm iya betul mbak... disini aja dulu...", "hehe iya... bantu masukin barangnya kedalam dong dek", "oh iya..." Haris membantu Sasa, mengurus barang barang itu. Haris tau, ada yang berubah dari Sasa, yaitu Sasa mulai berpakaian lebih tertutup kalau keluar rumah, sedang kalau dirumah itu, tetap pakai pakaian minim seperti biasa. Sasa makin menggoda saja.
"... makasih Haris...", "iya mbak sama sama... hmm... mbak Sasa gak takut tinggal disini sendiri?", "nggak... emang kenapa?", "ooh iya udah... kalau gak mau sendirian kan nanti bisa Haris temenin...hehe...", "hmm iya... kalau Haris mau, malem tidur sini aja ya sama aku", "wah... beneran mbak?", "iya... tapi kalau gak boleh sama ayah kamu ya jangan", "ooh iya Haris bilang ayah deh... pasti dibolehin... aku pergi dulu mbak", "hehe iya makasih..." Haris bergegas pergi, ia ingin memohon ayahnya agar boleh menemani Sasa setelah ini. Tak lama setelah Haris pergi, datang tamu lain, "permisi...", "iya... ooh pak Komir...", "wah Sasa... makin... gede ya..." Datanglah seorang Komir yang Rindu hangat dan nikmat tubuh sasa. "Iya pak... lama ndak ketemu ya pak", "iya hehe... kamu tinggal disini sendiri kan?", "iya pak, gak selamanya tapi...", "hoo iya iya.. hmm... kemana Sasa?", "mau ganti baju pak" Komir malah ikut menuju kamar, "hehe... Sasa gak beli baju baru?", "baju Sasa masih banyak pak", "iya... tapi keliatannya udah kekecilan", "masa sih pak?" Sasa melepas bajunya, lalu ia rasa memang tadi agak sesak, Sasa mengambil tanktopnya, ia segera memakainya, sudah nyapret membuat buah dadanya makin menonjol. "Tuh... itu Sasa gak pake bh loh... pasti bhmu malah udah gak muat semua...", "iya sepertinya pak, Sasa tapi punya baju banyak jadi bingung", "hehe... ya kalau udah gak disini, Sasa beli baju baru, sekarang pakai yang biasa aja...bagus kok...", "aahn... hmm benar juga ya pak...aah..." Komir sudah terangsang, ia mendekat dan menangkap buah dada sasa, ia remas remas sampau keluar dari tanktopnya. "Nah... Sasa nanti disini mau nyusuin siapa? Kamu kan udah sendiri...", "iya...aah... Sasa gak tau pak...", "hehe...nah keluar deh...um...mm...sluurp...aah... kalau ada yang datang, bolehin aja minum susu kamu", "ooh...mmh...gitu ya pak...aahn...", "mm...mmh...aah... dari pada dibuang kan...hehe...sluurp", "iya betul pak...aah..." Sasa saat tak dirumah peninggalan mbah Aryo itu hampir selalu membuang susunya memang, jadi saran Komir menurutnya benar. Sasa kali itu membiarkan saja toketnya yang membesar itu dijamah dan diperah. Susu segar favorit Komir itu terus disedot dan dihisap, "mmh...sluurp...hmm... Kalau celananya nggak kekecilan juga kah Sasa?", "nggak sepertinya pak... biasanya...mmh... juga begini", "hehe iya ya...umm...mmph...sluurp..." Komir kemudian mencopot pakaiannya, ia tunjukan penisnya pada Sasa. "Pak... sudah berdiri...", "hehe iya... wah... Sasa masih ingat ya...", "iya pak...mmh... selepas Sasa gak disini...mmh... biasanya bantuin punya pamanku...", "ooh ... paman kamu suka dielus juga kemaluannya...haha...", "iya pak..mmh..." Komir senyam senyum, sasa wajahnya sudah memerah. Sasa dengan sukarela mengocok penis tegak milik Komir. "Pasti ada kan selain paman kamu...", "ada pak adik saya...aah...", "hehe... mereka juga elus kemaluanmu kan?", "iya...aah...nngh...", "gini kan...hehe... kalau gitu Sasa tenang aja disini nanti bisa melakukannya lagi seperti biasa...", "hmmh...iya...aahn..." Sasa dan Komir saling merangsang kemaluan lawan mainnya.  Akhirnya mereka telanjang semua, Komir pun mengajak Sasa tiduran dikasur, lalu ia siapkan penisnya untuk menggenjot memek sasa. "Aku masukin ya cantik...ouh.", "aah...aahn...mmh...", "uuh... akhirnya bisa lagi...ooh" Sleeb... Komir senang sekali bisa merasakan dinding vagina Sasa menyelimuti penisnya. Sasa mendesah saja saat ia mulai disetubuhi oleh komir, "aahn...aah...aah...", "Hehe... Sasa kemaluannya malah makin rapet ya... padahal sering digesek gini kan sama paman kamu", "aah... iya...aah...itu...mmh", "hehe...mmh... emang hebat ya kamu...ooh..." Komir memeluk sasa, ia genjot terus memek cewek itu, juga ia goyangkan buah dada montok yang indah milik sasa itu. Sasa belum bisa istirahat sebelum memuaskan komir. Komir melanjutkan aksinya, ia sempat mengajak Sasa menikmati posisi senggama yang lain. "Aah...aah...mmh...", "cup...mmh...hehe... wah aku mandi susu nih lama lama...ooh" Sasa kini ada diatas Komir, sambil diajak bercumbu Sasa masih merasakan tumbukan maut penis tegak dalam memeknya, cewek itu juga merasakan susunya menyemprot keluar dari putingnya karena buah dadanya tergencet terus. "Ahn...uuh...ssh...mh...ach...", "uuh... Sini aku peluk ya cantik... nah...mmh" makin rapat makin semangat si Komir memompa kenikmatan dari tubuh Sasa. Ber menit menit Ranjang berdecit karena menahan persenggamaan Sasa dan Komir. Komir jelas begitu puas dengan pelayanan Sasa. "Aah...mmh...uh...aah...aah...aahn!" Crot croot, Komir dengan bebas menyemprotkan spermanya dalam vagina Sasa. Setelah itu Sasa lemas dikasur, komir berpakaian lalu pamit pergi. Sasa pun akhirnya bisa istirahat. Komir jelas akan memberitahu teman temannya kalau Sasa sudah kembali dan siap ngeseks lagi.  Malam itu Sasa sendirian dirumah, namun tak lama datang si Haris. "Malam mbak Sasa...", "iya Haris... gimana kata ayah kamu?", "katanya gak papa... tapi gak boleh tiap hari... aku janjinua mau nemani mbak sasa sambil belajar", "ooh gitu ya...", "iya mbak...wah...mm... temenin Haris belajar dulu yuk mbak", "ooh iya disini aja..." Haris senang malam itu bisa menemani Sasa, meski harus belajar sedikit sedikit. Haris mana bisa belajar dengan tenang, Sasa didepannya itu sibuk melihat buku sambil merunduk, Buah dada montoknya seperti mau tumpah dari tanktop ketat itu. "... iya gitu mbak... wah mbak sasa lupa ya...", "iya agak lupa... kalo gini aku juga ikut belajar namanya", "iya...wah...hmm", "kenapa Haris?", "gak papa mbak... ayo belajar lagi..." Haris makin tak fokus, Sasa sering geser sana geser sini, lalu buah dadanya makin melorot saja dari tanktop. Puting susu cewek itu Bahkan sudah nyembul keluar, membuat Haris melotot. "... adikku dirumah sana gak pernah ngajak belajar", "ooh...iya pastinya...", "pasti gimana dek?", "eh... ya pasti... dia udah pinter dan cukup belajar sendiri...", "ooh... iya mungkin...", "bentar...yang ini yang terakhir mbak", "oh yang ini.." Sasa mendekat disebelah Haris, toketnya menempel ditangan bocah itu. Haris sengaja menggerak gerakan tangannya, ia senggol gundukan kenyal itu, juga puting susu yang makin menonjol itu. "...nah sudah mbak...", "akhirnya... Haris... mau tidur dikamar mana?", "eeh... sama... mbak Sasa aja... masih takut tidur dikamar peninggalan mbah aryo itu", "iya aku juga gitu... ayo kekamar deh...", "hehe iya...hmm..." senang saja haris diajak kekamar. Sampai kamar, Sasa duduk dikasur, lalu ia angkat tangannya dan ia mengikat rambut panjangnya, Sasa tampak tak begitu mempersalahkan buah dadanya yang ternyata sudah keluar dari tanktop. "Haris...mmh ... kenapa?", "hehe... hmm... gak papa mbak..." Haris sudah mulai terangsang, ia mendekat dan memandangi toket montok milik sasa. "Hmm...eh... Haris mau nyusu?", "wah... iya...", "soalnya aku takut nanti kalau tidur susuku keluar... jadi...aahn...", "iya biar Haris minum susunya mbak sasa...", "hmm iya... aah..." Haris menangkap buah dada sasa, diremasnya pelan pelan, sambil sudah ia emut puting kenyal milik cewek itu, tak lama susu mengalir keluar, Haris tinggal menghisap dan meneguk susu segar itu. "Mmh...mm...sluurp...aah...mm...", "sini kamu tiduran aja...", "iya mbak...umm...mm...sluurp" tiduran dipangkuan sasa, sambil nenen susu segar, Haris sangat gembira. Ia pegangi toket menggantung itu, ujung puting yang menonjol itu ia emut dan susu yang keluar ia minum semua. "Mmh... Haris besok libur sekolah?", "iya mbak...mm...slurp...mm", "iya sudah... eh ini yang kiri tolong juga ya dek...", "iya mbak...umm...sluurp" Sasa dengan nyaman menyuguhkan buah dadanya, untuk haris yang kini sibuk minum susu, ia tau Asi itu baik untuk anak anak, namun Sasa sebenarnya perlu tau susunya itu buat siapa saja pasti bernutrisi dan bervitamin. Haris asyik nyusu sambil sesekali menutup matanya, tak lama ia malah tertidur saat puas minum susu. "Wah sampe tidur ya... ya sudah ayo tidur..." Sasa membantu Hariz tiduran dikasur, lalu ia tiduran juga, ia peluk bocah itu, dan tidur dengan senyuman.  Paginya Haris terbangun duluan, ia buka matanya, dan yang ia liat pertama adalah buah dada besar milik sasa, yang begitu indah dipagi hari. Ia bukannya pergi cuci muka atau apa, malah langsung menggrayangi buah dada Sasa, dielus elus terus, Haris juga menjilati puting susu cewek itu. Sasa tak bangun juga, Haris jadi berani melakukan lebih. Ia posisikan Sasa rebahan dikasur, agar bisa ia pegang dua gunung kembar milik Sasa dengan pakem. Kini dua benda bundar itu digoyang dan diremas tangan haris, tak lama membuat puting kenyal yang menonjol itu menyemburkan susu. Haris pagi itu segera menyambar puting kenyal itu dan dihisapnya susu segar yang enak. Haris tau penisnya sudah tegak, jadi ia buka celananya, juga celana yang dipakai Sasa. Haris dengan sigap menyelipkan penis tegaknya, ia masukan ke memek Sasa, Sleeb, masuk semua meski tak begitu dalam. Haris merasakan kenikmatan berlebih, ia lanjutkan mengurus toket besar milik Sasa, sambil merasakan nikmat memek cewek itu. "Hmm...mm...sluurp...aah..mm", "ngh... Haris..." Sasa bangun, mungkin ia terbangun karena merasakan memeknya digesek penis remaja milik Haris. "Mmh... wah mbak sasa dah bangun...mm...sluurp...", "iya dek... nghh...", "mm... tadi pas bangun... aku lihat susunya mbak Sasa keluar, jadi aku minum aja biar gak kekasur", "ooh...mmh... iya makasih dek...", "iya mbak...mmh", "itu...aah... lagi tegak ya punya kamu...", "eeh iya...ini...", "hmm iya udah... lanjut aja dek...aah...", "ooh iya mbak...hehe...uuh...mmh" Sasa membiarkan dirinya dientot pagi itu, ia juga belum sepenuhnya sadar, sambil ia kumpulkan kesadarannya ia biarkan toketnya diperah dan memeknya digenjot. Haris menyodokan penisnya maju mundur dalam hangat vagina Sasa, juga ia remas kuat buah dada Sasa dan ia kenyot dan hisap susu segar dipagi itu.  "mh..hmm...aah...ngh" , "auh...aku...mmh" Croot crot, Haris tak tahan, memek sasa pagi itu sudah sarapan sperma. Setelah itu Haris duduk disebela sasa, "mmh...aah... Haris...", "aduh maaf ya mbak... haris udah gak tahan tadi", "nggak papa kok... aku cuma mau nyuruh kamu, isikan air bak mandi ya...", "oh iya siap mbak..." Haris bergegas pergi kekamar mandi. Sasa menyusul beberapa menit kemudian, sudah hanya memakai handuk. "Udah keisi?", "masih belum penuh mbak", "hmm... ayo Haris mandi juga", "wah...iya mbak..." Sasa dan haris sudah telanjang dikamar mandi itu. Mereka masuk ke bak mandi, menikmati segarnya mandi pagi. "Haris  kalo libur bantuin ayahmu aja ditoko?", "iya mbak... antar barang sana sini", "hmm gitu ya... aku masih bingung mau kerja apa" Haris mendekat, jadi tubuhnya bertemu dengan sasa. "Hmm... mbak Sasa bantu ayah aja jaga toko", "hmm apa boleh?", "hehe...hmm... pasti boleh...wah...mmh" Haris jelas penisnya tegak lagi, karena kini menempel dibibir vagina sasa. "Kamu tanya ayahmu dulu ya dek...", "iya mbak...hm... " Haris memegang toket Sasa yang terbenam setengah dalam air itu, "makasih Haris... kamu masih mau susu lagi?", "hehe...iya mbak...", "angkat dulu... coba kamu hisap masih keluar ndak", "hm...m...sluurp...aah... masih keluar mbak", "ooh iya udah... agak sini dek...aahn... punya kamu masuk lagi...", "ooh ... iya masuk sendiri hehe... umm...sluurp" Dalam bak mandi itu haris masih nyusu lagi, penisnya juga masuk lagi di memek sasa. Haris menikmati tubuh sasa lagi, yang jelas ia nanti harus memastikan Sasa bisa kerja ditoko ayahnya, pasti sasa makin sering ia ajak ngeseks.  "jadi boleh ya pak saya kerja disini?", "boleh dong, kan kamu udah sering beli disini juga", "ooh iya, terima kasih pak" Sasa senang diperbolehkan kerja ditoko itu. "Iya sudah biar saya kasih tau jaga toko itu gimana" Sasa diajari dengan seksama, bagaimana menjaga toko, juga memahami hal hal lain tentang jual beli. "... saya masih bingung pak...", "iya sementara nanti biar ditemani haris jaga tokonya", "iya pak" jadi Sasa mulai jaga toko ditemani Haris. Haris memang membantu Sasa, tapi ia kadang tak fokus dan jadi nafsu pada Sasa. "... iya emang banyak yang perlu dihafal mbak", "iya, untung ada buku list harga barang ini ya", "iya, udah mbak sasa baca dulu..." Sasa sibuk membaca harga harga aneka ragam barang, Haris mulai tak sabar. Kondisi toko sepi, pas diluar hujan rintik rintik. Haris memeluk Sasa yang sedang duduk itu dari belakang, "haris udah hafal ini semua?", "kadang masih lupa... hmm... mbak Sasa tumben pake bh..." tangan haris sudah masuk tanktop sasa, ia ganggu isi bh Sasa juga. "Hmm iya takut nanti susuku keluar... ini harganya naik ya... dulu nggak segini", "iya sekarang udah banyak yang naik harganya...hmm" Haris senang bisa mengelus toket Sasa lagi, bahkan puting kenyal Sasa dimainkan juga. "Ooh gitu...aah... keluar ya ris...", "wah iya kayaknya... sini aku buka bhnya mbak..." sudah nafsu sekali si haris, bh Sasa dicopot, buah dada cewek itu menggantung dan meneteskan susu. "Gimana ini dek?", Haris pindah kedepan Sasa dan duduk lebih rendah, "udah mbak Sasa lanjut baca aja, agak naikin bukunya, aku urus ini...hehe" haris menggapai toket Sasa, bocah itu berusaha nenen dikeadaan seperti itu. Sasa memang masih membaca list harga itu, namun ia juga merasakan putingnya disedot terus susunya. "Haris... itu ada yang kena pahaku...aah...", "hmm...sluurp...aah, iya aku lap deh mbak..." Haris mengelus paha mulus Sasa juga, bocah itu jadi makin nafsu. Sampai puas haris nyusu, Sasa masih belum hafal semua list harga itu. "Haris, aku masih belum hafal", "iy habis ini aku fotokopi in buat mbak sasa, biar dihafal dirumah", "ooh iya makasih haris", "udah pake lagi mbak... ntar ada orang...hehe..." Sasa berpakaian dengan baik lagi, lalu lanjut jaga toko dengan benar ditemani haris.  Sorenya Sasa sudah pulang membawa fotokopian list harga. Ia segera mandi dan bersih2, setelah itu istirahat dikamarnya.  Tak lama datang tamu tak diundang, Sasa segera kedepan membuka pintu. "Permisi... kamu Sasa?", "iya betul, mbak ini siapa?", "perkenalkan aku Vana", "ooh iya, masuk aja dulu mbak" Sasa kedatangan tamu, cewek yang sama montok dan menggoda sepertinya. Mereka duduk berdua di ruang tamu. Mereka ngobrol sebentar berkenalan "...Saya kenalannya pak komir, katanya kamu disini tinggal sendiri", "iya betul, emang kenapa mbak?", "hehe... kalau saya numpang tinggal disini dulu gak papa kah? Soalnya warung sekaligus tempat tinggalku sedang direnovasi", "ooh, kasian mbak Vana ya...", "gimana boleh ya aku tinggal sini, nanti urusan bayar listrik dan lain lain aku yang urus deh", "hmm... iya ndak papa mbak", "terima kasih Sasa" Sasa punya teman dirumah itu, Vana sementara menemani cewek itu.

No comments:

Post a Comment