Saturday

Cerita Seks: Nyusu dan Ngentot Dengan Yona


“mbak Yona...”, “iya... Wah Iwan udah pulang ya...”, “iya mbak”, “hmm... Buk ini iwan udah pulang...” Iwan baru pulang sekolah, “ooh Iwan udah pulang... Sore nanti anterin ke luar wan, banyak yang mau dibeli”, “oh iya Buk... Siap...”, “ya udah kamu istirahat dulu” Iwan tinggal dirumah saudaranya, Bu Julaifah namanya, yang punya anak perempuan bernama Yona. “iya buk...”, “buk aku istirahat juga ya...”, “iya yona...” Yona ikut Iwan kekamar, memang ia biasanya tidur dengan Iwan. Mereka sudah sampai dikamar lantai dua rumah itu. “mbak yona... Nggak pengen belajar motoran?”, “kan nggak boleh sama ibuk... Katanya cewek gak boleh keluar pakai motor nanti bahaya”, “ooh iya... Mbak Yona maunya belajar apa trus?”, “sama ibuk disuruh belajar masak...” Iwan mengajak Yona bicara terus, sambil ia duduk disebelah cewek itu, dan melihati keindahan tubuhnya. Iwan masih sekolah di SMP, sedang Yona sudah lama tidak sekolah. Kata bu Julaifah, Yona seharusnya masih sma, tapi Iwan tidak diberitahu kenapa Yona sudah tidak sekolah lagi. “... Iya mbak yona bisa pasti, huuft capek...” Iwan tiduran dikasur, Yona kemudian menyusul tiduran disebelahnya, “Iwan tiap hari pulang jam segini... Pasti capek...”, “iya... Mbak Yona nggak pengen sekolah lagi?”, “hmm... Sama ibuk gak boleh...”, “haduh banyak gak bolehnya ya, mbak Yona kayak gak boleh kemana mana”, “hmm iya...”, “sabar aja mbak ya...”, “iya... Udah tidur dulu bentar wan... Nanti aku bangunin...”, “iya...hehe...hmm...” Iwan senang sekali tinggal dirumah bu julaifah, karena ia ditemani Yona, disetiap harinya. Yona tak pernah malu malu, Iwan dianggap adiknya sendiri. Iwan memeluknya kali itu sambil mencoba tidur. Tapi iwan punya kebiasaan buruk, tangannya selalu ditempelkan didada Yona. Memang Yona punya buah dada cukup montok, ukurannya sesuai dengan usianya. Yona dirumah selalu memakai pakaian minim, kali itu saja ia pakai tanktop, buah dadanya terpampang ditahan tanktop. Iwan sudah terbiasa, namun selalu ia ingin memegang dada Yona, karena puting susu yona itu selalu nyembul sering keluar dari tanktop.
“Iwan tangannya... Nanti kalau keluar kan aku gak jadi istirahat...”,  Iwan jarinya sudah sibuk mengelus puting susu Yona yang menonjol, “hehe maaf mbak...hmm...”, “aduh telat Iwan, tuh yang kiri liat...”, “maaf mbak... Biar Iwan amanin...umm...mmh...m...sluurp..mm” Iwan memang suka menghisap puting Yona, yang bisa mengalir kan susu. Iwan heran saja, Yona punya puting susu yang cukup besar, tidak seperti puting susu perempuan umumnya, dan juga Iwan tau ia tinggal menghisap sekali, air susu mengucur deras kemulutnya sampai beberapa saat. “Iwan loh... Hmm... Aku dari pagi belum buang susu soalnya...” Iwan jelas ingin Yona berhenti membuang susunya, mendingan ia berikan pada Iwan. “mm...sluurp..mm...aah... Mm...” Iwan melanjutkan aksinya, ia minum susu dengan nyaman. “udah belum Iwan?”, “aah... Udah tuh udah nggak keluar”, “iya... Dah kamu tidur dulu nanti sorean kan mau antar ibuk...”, “iya mbak...hehe...” Iwan berhenti berulah, ia segera tidur saja. Yona menemani Iwan beberapa saat, tak lama ia memilih pergi kekamar mandi, karena ingin membuang susunya yang siap keluar dari buah dada kanannya. Yona sebenarnya senang bila putingnya dihisap oleh Iwan, karena setelah itu ia tidak repot lagi kekamar mandi lama lama.
“Iwan...iwan...” sore itu Iwan dibangunkan oleh Yona. Iwan membuka mata, ia lihat buah dada berayun didalam tanktop yona, “iya...wah...”, “ayo bangun anterin ibuk...hei...” Yona menepuk pipi Iwan sekali, baru anak SMP itu melihat wajah Yona. “oh iya mbak yona...hmmh” Iwan bangun, ia duduk mengumpulkan tenaga. “cuci muka dulu ya, trus anterin ibuk... Ditunggu dibawah itu”, “iya mbak...” Yona kemudian pergi. Iwan kemudian bangkit, ia pergi mencuci muka, setelah itu kembali kekamar ganti baju. “Iwan...”, “hmm? Iya mbak Yona?”, “nanti malem anterin aku ya”, “tumben, kemana mbak?”, “sama ibuk disuruh kedokter”, “ooh iya siap” Iwan kemudian kebawah, lalu menemui bu julaifah, segera ia antar belanja. Iwan masih smp sudah bisa mengendarai motor, itulah kenapa ia diminta tinggal ditempat bu julaifah untuk membantu. “kamu tunggu sini aja Iwan”, “iya buk...” bu julaifah pergi belanja. Iwan menunggu sambil melamun, ia berfikir kalau ia tak mengantar bu julaifah kali itu pasti ia bisa memegang buah dada montok milik Yona, dan juga minum susu. Lamunan Iwan pecah setelah ia lihat ada beberapa orang ibu ibu lewat. “... Iya emang udah setahun lalu, tapi tetap banyak yang ngomongin”, “iya, bu julaifah sabar ya punya anak kayak gitu...”, “iya... Kalau aku udah pergi, atau aku usir tuh...” bicaranya tidak enak, namun Iwan menahan diri agar tidak memarahi ibu ibu itu, ia memutuskan memikirkan apa yang mereka ucapkan. Setelah menunggu berapa saat, bu julaifah sudah membawa barang belanja menemui Iwan. Segera Iwan pulang dengan bu julaifah, Iwan tidak memberitahu bu julaifah tentang apa yang ia dengar tadi.
“...makasih Iwan...”, “iya buk...” Iwan kali itu sudah dirumah, sudah membantu bu julaifah mengatur barang belanjaan juga. Iwan naik kelantai dua, ia lihat Yona keluar dari kamar hanya memakai handuk untuk menutup tubuhnya. “hmm, udah pulang wan?”, “iya...wah... Mau mandi mbak?”, “iya... Tunggu bentar ya wan”, “iya mbak...” Iwan sebenarnya mau ikut mandi saja, tapi ia memilih menunggu saja. Iwan kekamar, Yona kekamar mandi. Iwan dikamar lantai dua itu melihat pakaian Yona tak ditata atau disimpan, Iwan heran saja, Yona lebih tua darinya, tapi tingkahnya tak jauh sama dengan anak smp seumuran Iwan. Iwan menunggu Yona, tak begitu lama Yona sudah selesai mandi dan kembali kekamar. “Iwan... Mana tadi pakaianku?”, “aku taruh sana mbak” Yona tanpa malu melepas handuknya, ia segera ganti baju. Iwan menyaksikan saja sambil menahan diri. Buah dada yona sudah biasa ia lihat, tapi tetap dengan mudah membuat Iwan tertarik, Iwan merasa tubuhnya merinding saat bisa melihat selangkangan bersih Yona. “Iwan... Ambilin celana dong dilemari”, “iya... Ini...” Yona segera berpakaian dengan benar. “udah ayo Iwan anterin”, “iya mbak” Iwan dan Yona keluar kamar lalu turun kelantai 1. “udah mau berangkat?”, “iya buk... Aku berangkat...”, “iya... Iwan hati hati juga ya”, “iya buk...” Iwan segera keluar rumah, dan membonceng Yona pergi kedokter.
Tempat praktek dokternya cukup jauh dari rumah bu julaifah. “Ini tempatnya mbak?”, “iya wan...”, “jauh bener...”, “iya... Ayo wan...” motor diparkir, iwan diajak Yona masuk ketempat praktek itu, Yona segera menemui dokter, Iwan menunggu diluar ruang periksa yang ditutupi tirai panjang. “...sebentar ya mbak... Boleh dibuka bajunya?”, “iya pak...” Iwan bisa mendengar apa yang terjadi didalam ruang periksa, Iwan membayangkan saja, dan ternyata benar buah dada Yona yang diperiksa. “...hmm... Masih sering keluar ya Yona?”, “iya pak... Sekarang tiap hari keluar susunya”, “hmm... Bagus itu... Biar lancar ya... Tapi tetap ya puting kamu mengalirkan asi dengan cepat?”, “iya pak... Sekali keluar mengalir gitu pak... Tapi gak lama sudah berhenti”, “iya... Jadi memang puting mbak Yona itu ukurannya besar dan luar biasanya bisa mengeluarkan asi lebih deras dari yang lain”, “gitu ya pak...”, “iya... Tenang saja itu sudah banyak terjadi... Permisi boleh dibuka juga celananya?”, “iya pak sebentar” Iwan mendengar dengan cermat, tentu saat ia tau Yona diminta buka celana ia agak tidak terima, tapi ia tau ini hanya pemeriksaan. sekarang bagian intim Yona yang diperiksa, “...mbak Yona... Sudah kok...”, “oh iya pak” Yona memakai semua pakaiannya lagi. Ia keluar ruang periksa dengan dokter itu. “kamu kesini sama siapa?”, “itu pak sama adik”, “ooh iya sudah... Jadi kondisinya masih sama ya Yona... Kamu masih impotensi” Iwan kaget, tapi ia makin kaget karena Yona tidak terlihat kaget atau sedih. “iya pak...”, “...tenang saja Yona, pasti impotensi bisa sembuh... Tapi mungkin bisa lama”, “iya pak... Cuma gak bisa punya anak aja kan pak?”, “i...iya... Begitu...”, “iya sudah pak terima kasih” dokter memberi obat, Yona membayar biaya periksa. Setelah itu ia pulang dengan Iwan. “mbak Yona...”, “iya...”, “kok bisa mbak yona impotensi?”, “gak tau wan... Emang kenapa?”, “kok gak sedih sih mbak Yona?”, “dulu waktu periksa kan dianter ibuk... Gak tau kenapa ibuk sedih... Tapi setelah itu beliau udah biasa lagi... Katanya sakitku gak bahaya” Iwan masih heran, tapi ia ingin segera pulang saja.
Sampai dirumah, Yona langsung disambut bu julaifah. “gimana Yona?”, “ndak papa bu... Dapet obat lagi...”, “terus...gimana...”, “masih sama katanya dokter bu”, “oh iya sudah... Ndak papa...” Iwan bisa melihat kalau bu julaifah sebenarnya sedih tapi menahan diri. Hari sudah makin malam, penghuni rumah itu sudah siap istirahat. Iwan ingin punya banyak pertanyaan, tapi ia simpan saja. “mbak Yona...”, “iya Iwan?”, “kenapa ndak tidur bareng ibuk dibawah?”, “sama ibuk gak boleh... Gak tau juga...” Iwan jadi bingung, “hmm... Bentar aku kebawah mbak”, “iya wan...” iwan malam itu turun kelantai satu. Ia mau kekamar bu julaifah, tapi pintu sudah ditutup, jadi iwan kembali keatas. Baru masuk kamar lagi, Iwan melihat Yona tak bercelana, ia ngangkang dan melihati vaginanya. Iwan kaget sekali, “ngapain mbak yona?”, “eh... Nggak papa wan... Gak bisa punya anak emang kenapa sih wan?”, “iya... Gak papa sih mbak... Tapi mbak Yona ngapain ini?” Iwan jadinya duduk didepan Yona, anak SMP itu melihat vagina Yona juga. “iya tadi kan habis diperiksa dokter... Pas diawal dulu beliau periksanya lama dan banyak bicara, tadi gak begitu”, “gitu ya? Dulu bilang apa mbak?”, “iya beliau cek dalam kemaluanku... Terus tanya, sakit gak? Gimana rasanya mbak? Kalau gini? Tapi aku gak ngerasa apa apa...”, “hah? Yang bener mbak?”, “iya... Iwan coba masukin jari kamu...” iwan kaget, tapi karena sudah disuruh, ia menurut saja, Iwan akhirnya bisa menyentuh kemaluan Yona. “udah nih mbak... Gak geli ya?”, “hmm... Gak kenapa napa wan... Cuma kerasa kalau disentuh...” Iwan memberanikan diri mengelus elus vagina Yona, Iwan heran Yona tidak bereaksi, setau Iwan dari video bokep yang dulu ia lihat pasti cewek akan mendesah entah kesakitan atau keenakan saat vaginanya disentuh atau dielus. Iwan entah harus bingung atau senang setelah mengelus kemaluan yona beberapa saat itu, Iwan tau malah dirinya yang terangsang. “hmm... Aneh ah mbak yona”, “aneh kenapa wan?”, “beneran gak kerasa... Sakit atau geli gitu?”, “endak... Dulu aja pas aku smp pernah kerasa sakit... Tapi udah lama gak begitu wan”, “wah... Emang dulu sakit kenapa?”, “dulu ada yang masukin kemaluannya kesini... Sakit dulu... Berdarah kemaluanku” Iwan mendengar begitu, langsung berekspresi kaget, sedih, bingung, dan mau tertawa, dalam satu ekspresi bersamaan. “ya ampun...”, “kenapa sih wan...”, “nggak nggak... Terus ibuk tau nggak?”, “iya tau udah lama... Dulu dimarahin, tapi sekarang gak papa tuh”, “iya gimana... Itu pasti tetangganya mbak yona dulu ya”, “iya... Sekarang orangnua udah gak pernah dirumah”, “iyalah...pasti ditangkep”, “ditangkep siapa wan?”, “eh ndak... Ndak papa...”, “setelah itu nggak ada yang masukin kemaluannya lagi kesini, jadi gak sakit, tapi kenapa kok kamu bingung?”, “hehe... Gak bingung deh... Udah faham”, “hmm iya udah...”, “mbak yona... Apa gak mau cek dulu... Kali aja kalau dimasukin... Kemaluanku... Baru kerasa sakit”, entah dari mana Iwan bisa berkata seperti itu, mungkin karena ia sudah terangsang dan tau kondisi Yona. “hmm... Aku takut nanti sakit...”, “iya kan biar tau sekali aja...”, “hmm iya deh Iwan...” Iwan segera bangkit dan melepas celananya, ia menunjukan batang penisnya yang tegak. “hehe... Buka mbak pahanya”, “iya... Hmm...”, “hehe...mmh...uuh...ah... Wah... Gimana mbak Yona?”, “hmm... Gak sakit wan! Jadi kalau dimasukin nggak...mmph”, “sst... Jangan rame mbak” Yona diminta diam agar tak membangunkan bu julaifah. “iya maap wan...”, “hehe...uuh... Bener gak sakit mbak?”, “iya cuma kerasa kalau kemaluan kamu didalem”, “gitu ya... Asyiik...mmh...” Iwan senang, ia gesekan batang penisnya pelan pelan, Iwan jadi makin terangsang. Yona tenang saja, tak merasakan apa apa. “Iwan senang banget?”, “iya... Itu...mmh... Mbak yona kan... Bisa tau kalau... Udah gak sakit kalau diapa apain kemaluannya”, “iya wan...hmm... Wan katanya sekali aja?”, “anu... Bentar ya mbak... Lagi enak nih...”, “enak gimana wan?”, “hmm..ah... Bentar mbak...” Yona melihat Iwan seperti orang yang pernah menusuk vaginanya dulu, bedanya dulu Yona sedih karena sakitnya saat memeknya digesek, kini ia tidak kesakitan. “jadi kalau kemaluannya laki laki pasti kerasa enak ya wan kalau digesek didalem ini?”, “iya mbak... Harusnya mbak yona ikut ngerasa enak...”, “wah... Jadi itu ya wan yang aku gak bisa... Sakitnya gak bisa ngerasain kayak kamu sekarang...”, “aah..mmh... Iya gitu kayaknya mbak...aduh...” Iwan menarik keluar batang penisnya, karena merasa mau menyembur saja isinya. “udah wan?”, “iya udah mbak...aduh...” Crot croot, sperma Iwan menyembur kena baju Yona. “yah Iwan... Apa ini... Kena bajuku...”, “maaf... Uuh...” Yona melepas bajunya, kini ia tunjukan juga buah dada montoknya. “lengket... Apa ini wan?”, “itu... Obatnya mbak Yona...haha...”, “yang bener wan...mm... Uuh... Aneh rasanya...” Iwan tertawa kecil karena Yona sempat mencoba menjilat sperma dibaju itu. “haha... Obat mana ada yang enak rasanya mbak”, “iya sih... Benar ini obat wan?”, “ndak... Itu air maniku”, “bentar... Rasanya tau... Ini dulu dikeluarin pas kemaluanku digesek itu”, “iya... Tuh inget... Dulu emang sama orangnya dikeluarin didalam semua ya?”, “iya... Dulu sesak basah ini kemaluanku... Kok kamu nggak keluarin didalam wan tadi?”, “hmm... Masih belum berani mbak”, “lah kenapa?”, “iya belum faham nanti kalau... Eh maksudnya... Belum faham itu obat atau yang lain”, “hmm iya... Ambilin baju lain dong wan...”, “iya... Nanti dulu mbak...”, “kenapa wan?”, “hehe... Hmm...” Iwan masih tertarik menikmati tubuh Yona, ia jadinya mengelus puting Yona yang selalu menonjol itu. “Iwan... Nanti keluar...”, “masa mbak? Tadi ditempatnya dokter kok nggak keluar?”, “hmm iya juga... Apa karena pas mandi tadi udah aku keluarin dulu ya?” Yona mencoba berfikir, ia tidak tau putingnya sudah menyemburkan susu. “wah...um..mm...sluurp..mm...aah... Iya pasti begitu... Tapi ini keluar lagi kok mbak”, “ya Iwan... Tolong kamu hisap wan...”, “siap...hehe...umm...sluurp..mm...mmh” Iwan takjub, meski impotensi, Yona punya buah dada yang montok dan bisa menghasilkan asi. Susu Yona keluar banyak dari putingnya, “Iwan... Aku jadi pengen tahu deh... Besok aku minta tolong ya wan”, “...mmh...sluurp...aah..mm.. Ngh... Minta tolong apa mbak...”, “hei itu hisap cepet... Nanti cari tau dong kenapa aku bisa menyusui”, “mmh..aah...mm... Oke mbak...”, “aku tanya dokter gak dijawab... Pasti katanya gak papa... Aku kan pengen tau... Mana aku gak boleh keluar rumah sama ibuk...” Yona bicara panjang lebar curhat pada Iwan, tapi Iwan sibuk menyedot susu yang menyembur dari puting Yona, setelah yang kiri berhenti menyemburkan susu, Iwan melahap puting kanan milik Yona dan membuatnya terpacu mengeluarkan susu. “mm...aah...sluurp...ah... Tenang aja besok aku cari tahu...umm...sluurp..nmm...”, “makasih Iwan... Wah Iwan udah hisap dua duanya?”, “iya mbak..mm...” Iwan menuntaskan aksi minum susunya. “makasih Iwan...”, “iya mbak... Ini baju tidurnya...”, “iya... Dah ayo tidur” mereka sudah berpakaian lagi, memakai selimut, dan mencoba tidur. Iwan masih ingin mencoba menggesekan penisnya divagina Yona nanti.
Esok harinya sepulang sekolah Iwan tidak langsung kerumah, ia mampir kewarnet untuk mencari tahu. Ia cari tahu lebih lanjut, ternyata buah dada yona punya kemampuan lebih dalam menghasilkan air susu, ditambah putingnya yang besar mampu memberikan kemudahan sehingga kelenjar susu dibuah dada Yona bisa mendorong susu keluar lebih banyak. Iwan yakin pasti bila buah dada Yona lebih besar lagi, pasti Iwan bisa mabuk minum suau yang banyak sekali. Iwan mencari informasi juga tentang impotensi pada wanita, ternyata kalau wanita itu impotensinya membuat gairah seka berkurang, bahkan sulit untuk dirangsang. Pantas saja saat vagina Yona digesek atau dielus pemiliknya tidak merasakan kesakitan atau kenikmatan, karena memang ada yang tidak beres. Iwan tau pasti Yona terlalu sering diajak ngeseks dulu itu. Iwan mencari informasi tambahan lainnya, setelah itu ia pulang kerumah. Sampai rumah bu julaifah, Iwan sudah disambut oleh Yona. “Iwan, kok baru pulang?”, “kata mbak Yona suruh cari tau...”, “oh iya soal itu... Gimana?”, “kekamar dulu aja yuk mbak”, “hmm iya” Iwan langsung mengajak Yona kekamar saja. Sampai kamar, Iwan melepas seragamnya, ia pakai celana pendek saja. “huft... Mbak Yona...”, “iya gimana Iwan?”, “iya mbak Yona bisa produksi asi soalnya dulu sering digesek itu kemaluannya”, “masa gitu aja wan?”, “ada lagi sih... Jadi...” Iwan menjelaskan pada Yona setahunya, sambil ia memandangi buah dada yona dalam tanktop itu. “..ooh gitu ya... Iya faham”, “siip... Banyak yang nyaranin beli alat buat memompa buah dadanya mbak Yona... Juga buat nyimpen susunya mbak Yona”, “gitu ya... Tapi aku kan nggak ada uang”, “ya begitu lah... Sementara biar... Iwan yang bantuin mbak Yona...”, “hmm iya... Makasih wan...”, “iya... Hmm...” Iwan memeluk Yona, lalu ia pegangi buah dada montoknya, ia keluarkan dari tanktop. “Iwan... Mau nyusu ya?”, “hehe...iya... Ibuk lagi keluar ya?”, “iya lagi keluar... Tadi sebenernya mau minta kamu anterin... Tapi kamu belum pulang... Terus aku suruh tunggu... Tapi...” Yona bicara panjang lebar lagi, tapi Iwan sibuk memainkan buah dada Yona, dielusnya dengan enak, digoyang keatas bawah, juga diremas kedepan. “iya pasti lama keluarnya... Hehe...umm...mm...mmh” setelah melihat susu keluar dadi puting Yona, Iwan pindah kedepan cewek itu, lalu ia kenyot puting Yona, ia akhirnya bisa minum susu Yona lagi. “...hmm iya...Iwan, aku sambil tiduran aja ya...”, “oh iya iua...umm..mm...sluurp...mm”, “hmm... Aku mau titip cari info apalagi ya?” Yona melamun memikirkan apa yang ia ingin ketahui selama ini. Kedua tangan iwan sibuk memegang buah dada Yona, ditahannya bend bundar kenyal itu, diremas juga sesekali. Air susu mengucur keluar, Iwan dengan mudah bisa minum susu, ia tinggal menyedot puting kiri dan kanan milik Yona bergantian, pelan saja susu sudah keluar banyak. “mmh...mm...aah... Mm...” Iwan merapat diatas tubuh Yona, penisnya sudah tegak dicelana, apalagi selangkangan Yona sudah terbuka dan Iwan menggesekan bagian bawah tubuhnya. “Iwan... Cari tahu soal impotensi dong...”, “mm...sluurp...aah... Iwan tadi udah nyari mbak”, “iya kah? Gimana?”, “bentar... Mending iwan sekalian lihat kemaluannya mbak Yona”, “hmm iya bentar” Yona kemudian melepas semua pakaiannya, ia mau diperiksa. Iwan ikut ikutan telanjang, lalu setelah itu ia buka selangkangan Yona, Iwan melihati vagina yona yang masih menutup. “mbak Yona... Katanya sih kalau impotensi... Kalau kemaluannya mbak Yona diganggu apa aja pasti gak sakit...”, “hmm iya memang”, “terus...hmm... Mbak yona gak bisa merasakan rangsangan yang nikmat... “, “memang enak gimana sih wan?”, “yah... Nih aku obok obok vaginanya mbak Yona... Tuh gak kerasa apa apa... Harusnya ada rasa nikmat nikmat gimana gitu...hehe...”, “hmm... Dulu sepertinya ada rasa itu wan... Tapi udah lama gak kerasa”, Yona masih tak bereaksi apa apa, padahal memeknya sedang diganggu jari jari Iwan. “nah itu... Katanya lagi... Kalau mau rasa itu kembali harus sabar... Dengan cara kemaluan mbak yona... Harus sering ketemu kemaluan laki laki... Mmh... Alias sering digesek gitu...”, “gitu ya wan... Bukannya nanti malah sakitnya yang kembali?”, “nah itu... Katanya kalau mainnya kasar... Ya sakit... Kalau pelan kan gak sakit...”, “gitu ya wan?”, “iya... Terus kalau kemaluan laki lakinya nggak besar, kemungkinan gak bakal sakit meski lubangnya ini digesek agak cepat”, “aku masih bingung wan...”, “hmm aku masukin aja ya punyaku mbak... Praktek aja enak...hehe...”, “iya masukin coba wan...”, “bentar... Katanya lubangnya harus basah baru boleh dimasuki”, “masa sih wan... Kok kamu jilatin wan...” Iwan langsung nyosor, ia jilati kemaluan Yona. Beberapa saat itu Yona melihat saja, ia bingung saja Iwan tampak begitu antusias. “mmh...hehe... Udah... Aku masukin ya...”, “iya wan...”, “mmmh...uuhh... Asik...” Iwam segera bersiap, lalu ia pasang penisnya didepan vagina Yona, segera ia dorong masuk, Iwan senang akhirnya bisa menyetubuhi Yona lagi. “gimana wan?”, “uh... Tuh... Punya iwan masuk gak sampe dalem kan mbak?”, “dalem gimana wan? Gak sampe ujung gitu?”, “iya...aah... Paling setengah lebih aja...mmh... Terus kalau digesek pelan gini nanti gak sakit lagi pasti...”, “ooh iya... Serius wan kamu mau bantu biar aku bisa merasakan nikmat pas begini?”, “iya dong... Bahkan impotennya bisa sembuh... Kan nanti ibuk pasti senang jadinya”, “wah... Iya aku mau ibuk senang wan...” Iwan tersenyum, ia makin rileks saja untuk menusukan penisnya yang tegak dalam vagina Yona. “nah gitu dong... Setelah itu mbak Yona pasti boleh keluar rumah dengan bebas, hehe...”, “hmm iya... Pengen banget aku jalan jalan wan... Masa dirumah terus... Kan bosen... Lihat tivi banyak tempat bagus jadi pengen keluar...” Yona ngomong lagi panjang lebar, Iwan hanya memandangi Yona, sembari terus menggesekan penisnya maju mundur dalam vagina hangat Yona. “...kalau mau nanti Iwan kasih tau videonya perempuan yang tampak ngerasa nikmat pas kemaluannya digesek...”, “gitu ya wan... Iya wan titip video ya wan”, “siap...hehe...uuh...aah...” Croot croot, Iwan kini berani mengisi memek Yona dengan sperma. “mmh... Wah jadi ingat pas dulu...hmm... Ini kerasa hangat wan...”, Iwan kemudian menarik keluar penisnya, “hmm...iya... Mbak Yona... Uuh...”, “iya wan..”, “tolong jilatin kemaluanku dong”, “hmm... Itu tapi rasanya aneh kena cairan putih itu”, “hmm... Oh iya... Ini juga obatnya impotensi ternyata mbak”, “yang benar wan?”, “iya mbak...”, “hmm iya udah..umm..mmgh...aah...mmh...umm” meski tampak ragu, tapi Yona akhirnya mau dan menjilati penis Iwan, bahkan ia emut juga, Yona jadi menelan sperma sperma sisa dipenis Iwan. “wah...mmh...waw...”, “mmh...aah... Udah ya wan... Tuh udah bersih...”, “hmm iya...”, “bentar... Yah basah deh spreinya”, “iya... Biar Iwan bersihin mbak... Mbak yona kekamar mandi aja dulu”, “hmm iya wan...” Yona kekamar mandi, Iwan bersih bersih kamar. Yona membersihkan tubuhnya, setelah itu mandi. “mbak Yona... Bukain...” Yona berhenti, ia buka pintu kamar mandi. “iya wan kenapa?”, “aku ikut  mandi aja ya mbak biar sekalian”, “iya deh masuk aja wan...” Iwan ikutan mandi dengan Yona. Iwan tidak sepenuhnya niat mandi, ia hanya mau mengganggu vagina Yona lagi. “uuh...mmh”, “Iwan... Kok kamu gesek lagi... Nanti keluar lagi kamu... Aku bersihinnya itu susah...” Iwan memegangi Yona yang nungging, anak SMP itu kembali menggesek memek yona dengan penia tegaknya. “hehe... Bentar aja mbak... Nanti iwan keluarin diluar deh”, “hmm iya udah... Kamu semangat banget ya kalau urusan ngadu kemaluan gini”, “iya kan... Demi mbak Yona...”, “hmm iya...” Yona menunggu Iwan puas menggesek kembali mengadu kemaluan. Iwan jadi makin bebas menikmati tubuh yona, asal  waktu yang tepat.



No comments:

Post a Comment