Friday

Cerita Seks: Desa Gila Seks

"Selamat Siang, Ibu ibu semuanya", "siang mas...", "bisa dimulai aja ya rapatnya...", "ooh iya mas..." Harnan Memulai sebuah rapat dirumahnya, memang ia adalah seorang kepala desa. Ia sedang mengadakan rapat bersama ibu ibu didesanya itu. Tapi memang sulit untuk dikatakan sebagai ibu ibu, karena perempuan perempuan dirapat itu semuanya masih muda. "...kalau masalah tradisinya memang sudah dari dulu ya masih berlangsung sampai sekarang, jadi mungkin nanti orang orang juga kaget tau ibu ibu disini masih muda", "ooh iya mas, lalu..." Harnan memberitahu ibu ibu muda itu kalau sekarang akan mulai banyak orang yang datang untuk singgah kedesa itu. "... mereka mungkin mau menikmati suasana desa, juga mau refreshing", "apa itu mas refreshing?", "aduh...itu maksudnya... ya istirahat gitu menghilangkan penat hidup dikota", "ooh gitu mas...", "iya... terus..." Harnan meminta ibu ibu itu untuk membiarkan para tamu singgah kerumah mereka, dan diharap bisa dilayani dengan baik. "...iya mas kalau itu kami usahakan...", " Ada dana cukup banyak masuk dari  seseorang yang mengakomodir tamu tamu dari kota itu, jadi ibu ibu semua pasti dapat uang juga...", "wah...dapat berapa mas..." dengar masalah uang ibu ibu muda itu jadi ramai. "iya soal itu biar saya atur dulu ya... nah sekarang didata dulu saja bu ya..." Harnan mendata ibu ibu muda yang ada didesanya itu. Setelah itu Harnan menjelaskan beberapa hal lainnya,
baru kemudian ia tutup rapatnya itu. "... terima kasih mas Harnan...", "iya bu..." Rumah Harnan pun mulai sepi lagi, meski ada beberapa ibu muda yang masih ada ditempat. "mas Harnan... menurut mas Harnan yang disukai tamu tamu nanti apa ya buat disuguhin?", "wah... kalau menurut saya ketemu ibu ibu ini aja mereka udah seneng kok?", "masa sih mas?', "iya... mungkin kalau... permintaan mereka bisa dituruti juga pasti mereka senang, dan mungkin uang yang masuk bisa lebih banyak", "ooh gitu ya...iya sudah mas" Setelah itu ibu ibu muda yang tersisa segera pulang. "mas, memang banyak ya uang yang masuk?", "iya... awal saja ini sudah masuk satu milyar...", "waduh! banyak bener mas..." Istri Harnan pun kaget", "iya banyak memang, ayo ikut aku beli barang barang kekota dulu ya", "oh iya mas..." Harnan mengajak istrinya pergi kekota, bukan untuk membeli barang biasa, namun banyak barang yang akan ia beli untuk warga warga desa, terutama ibu ibu muda didesanya itu.
Desa Harnan itu memang terkenal dengan tradisinya, setiap perempuan yang sudah berusia 15 tahun pasti segera dinikahkan. Populasi desanya juga meningkat setiap tahun, namun tidak diimbangi pemasukan yang sesuai. Suami suami ibu ibu muda didesa itu kini kebanyakan kerja dikota, atau bahkan kerja menjadi TKI. harnan bisa menghitung jumlah para lelaki didesanya itu tanpa kesulitan, selembar kertas saja sudah cukup untuk menulis nama mereka. Harnan sendiri menetap didesa itu karena ia dulu pernah kuliah dikota, saat kembali ia dipercayakan menjadi kepala desa. Hari selanjutnya Harnan mulai membagikan barang barang kerumah rumah ibu ibu muda didesa itu. "ini buat bantu biar nanti kalau ada tamu gak bingung ya...", "iya mas... tapi saya gak tau cara pakainya...", "yang mana bu?", "yang ini mas..." banyak alat alat rumah tangga yang datang, Harnan bahkan membelikan juga alat pompa susu untuk ibu ibu muda itu. "oh yang ini... buat nampung...susunya bu...", "oh gitu...pakainya gimana mas?" Harnan pun harus bertindak, ibu muda yang ia temui kali itu bahkan sudah melepas bajunya dan menunjukan buah dadanya yang berisi. "ehm... Gini bu... ditempelin aja...terus...", "ah... dipencet terus gitu mas...", "iya... nah... liat bu...wah..." Harnan sih senang senang saja, kini ia memompa toket montok salah satu ibu muda itu dan melihat air susu mengalir mengisi botol yang tersambung dialat pompa itu. "ooh iya mas ngerti...", "nah ibu coba sendiri deh", "ooh gini ya...hmm..." Harnan menonton saja, saat ibu muda didepannya itu mulai asyik memerah susunya sendiri. Harnan bahkan menunggu, karena tampak ibu muda didepannya itu keasikan untuk mengisi penuh botol susu itu. "itu udah penuh...", "ooh iya...hmm... bisa ganti botol lain ya mas", "iya... jadi nanti... kalau ada tamu biar gak repot, atau nggak... bisa dikasih aja kemereka", "ooh iya mas... makasih...", "iya..." Harnan kemudian memutuskan pergi saja, masih banyak barang yang harus ia setorkan. Harnan kemudian harus kembali mengulang prakteknya tadi, banyak ibu ibu muda yang juga tidak tau, Harnan dengan senang hati membantu. Harnan bahkan bisa tau, ukuran ukuran buah dada ibu ibu muda itu bervariasi. Harnan bahkan harus merasakan penisnya yang tegak dicelana itu sedari tadi seperti minta keluar saja. "... wah jadi gak repot ya mas... biasanya saya meres sendiri kadang juga tumpah tumpah...", "ooh iya iya...", "... kan kalau anak saya gak pengen susu jadi bingung, kalau gini bisa disimpen deh", "hehe iya iya...hmm...", "makasih ya mas..", "iya bu, nanti saya kabari lagi..." Harnan melanjutkan tugasnya lagi. Sampai selesai semua dapat, Harnan kemudian pulang kerumah. "gimana mas?", "iya..udah dapat semua", "hmm syukur deh..." Sampai dirumah Harnan malah melihat istrinya itu juga sibuk memompa susu dari buah dadanya. "aduh... hmm...", "aah... mas...", "ayo kekamar dulu...", "kenapa mas...", "udah ayo..." Harnan mengajak istrinya kekamar. sampa disana, langsung ia robohkan tubuh istrinya dikasur, ia taruh alat pompa itu didekat kasur. "mas itu belum penuh susunya", "iya nanti lagi.. umm..mm...sluurp..mm..." Harnan langsung menyambar puting susu istrinya itu, disedotnya dengan kuat, ia memang sedari tadi melihat puting menyemburkan susu, akhirnya ia bisa menyedot puting susu milik istrinya saja. "oalah mau minum susu toh mas..ngh...", "iya..mm..mmh..sluurp...ah..mm..." Harnan tampaknya tak mau hanya nyusu saja, Ia buka pakaiannya, lalu ia copot celana istrinya itu. "mas... aah...", "Sekalian ya... ", "hmmm iya mas...aah..aahn..." harnan sekalian melanjutkan aksinya dengan menyetubuhi istrinya itu. ia masukan saja penisnya yang sedari tadi tegak itu kememek istrinya, sleeb, masuk dengan segera. kemudian ia geseskan saja dengan pelan pelan, karena ia mau menikmati saat itu, sembari terus minum susu dari puting kenyal milik istrinya, ia tak lupa meremas remas buah dada montok istrinya itu. "mmh...sluurp..aah... si adik kemana?", "lagi main diluar...", "ooh gitu...hmm..mm...sluurp..aah..mm...", "ngnh...aahn..." Hari masih siang, Harnan terus menikmati waktunya bercinta dengan istrinya itu. Sampai benar benar ia puas, baru ia biarkan istrinya istirahat. Lega sudah Harnan melampiaskan nafsunya.
Hari selanjutnya mulai datang orang orang dari kota. Mereka sempat singgah kerumah Harnan, sebelum akhirnya menyebar kerumah rumah warga. "gimana mas Harnan? udah diatur semua?", "sudah pak Eko, pasti semuanya lancar" pak Eko adalah kordinator yang mengakomodir orang orang yang mau datang ke desanya Harnan itu. "hmm, saya coba mampir sekalian deh mas ya", "ooh iya pak" Pak Eko pergi juga, ia mau melihat lihat bagaimana kondisi desa saat itu. Ia mampir kebeberapa rumah didsea itu. "Pak Eko... kesini juga?', "eh mampir aja kok, gimana?", "wahaha...mantap pak", "mantap? w..wah..." pak Eko menemui salah satu orang kota yang ia bawa, yang ternyata dilayani seorang ibu muda, pak Eko sampai kagum, karena ibu muda pemilik rumah itu sudah sibuk memerah buah dadanya seraya tentu untuk dihidangkan. "silahkan pak, mau minum susu juga ya pak? sebentar ya..", "ooh iya iya...wah.." Pak Eko malah ikutan duduk, sembari melihati ibu muda itu asyik sendiri memerah toket montoknya. "mmh... nah ini pak, mas...", "iya mbak..hehe...hmm..wah..." segera dua pria itu meminum air susu didalam gelas yang diberikan. "mm..mantap... makasih mbak ya, saya... lanjut liat yang lain", "ooh iya pak..." Pak Eko memutuskan pergi saja. "m..mbak... gimana kalau saya... nambah susunya?", "ooh iya gak papa mas", "tapi... mau minum langsung", "minum langsung... hmm... kalau gitu dikamar aja mas lebih enak", "wah iya iya...hehe..." Mungkin bila pak Eko tidak pergi, ia pasti juga ikutan kekamar, karena ibu muda dirumah itu bahkan mau juga diajak bersetubuh setelah itu. 
"wah...lagi...", "iya pak Eko... ini lagi bantu panen buah" Pak Eko mampir kerumah warga yang dibelakangnya ada perkebunan, disana banyak orang orang kota yang ia ajak itu sedang sibuk memanen buah, Pak Eko kaget lagi disana mereka ditemani ibu ibu muda yang menggoda, Pak Eko tak mengira didesa itu banyak sekali ibu ibu mudanya, bahkan mereka suka berpakaian minim. "ooh iya iya..." Pak Eko senang dengan apa yang ia lihat. "permisi mas mas semua... minum dulu ya..." datang beberapa ibu muda membawa minuman, lagi lagi susu. "wah... ayo minum dulu.." pria pria itu pun minum susu dulu. "pak Eko enak loh... gak minum juga...", "ehm... udah tadi...", "ooh iya iya..." Pak Eko kemudian memutuskan keliling kebun saja melihat lihat sekitar. Pria pria tadi benar benar senang juga, tak rugi kedesa itu disambut cewek cewek cantik. setelah habis minum susu, mereka duduk sejenak didekat kebun itu. "mas... kami permisi dulu ya...", "kemana mbak?", "mau ambil minum lagi... tapi masih meres dulu", "meres sendiri...wah...", "iya mas...", "k...kami ikut liat boleh mbak?", "ooh boleh mas..." Mereka memutuskan ikut masuk kedalam rumah. Pria pria itu makin senang jadinya, habis memanen buah buahan, kini ada buah dada yang menambah indah suasana, tentu mereka ingin juga memanen susu dari buah dada ibu ibu muda itu. ibu ibu muda itu bersama sama telanjang dada dan sibuk menggunakan alat pompa untuk mempermudah mereka mengeluarkan susu. "...wah... mbak mbak ini semuanya bisa menghasilkan susu ya?", "iya mas... bentar ya mas...", "aduh biar kami bantu aja mbak", "hmm..aahn... aduh jadi ngerepotin mas...", "hehe gak papa mbak..." Pria pria itu mendekat dan segera tangan mereka menangkap toket toket yang besar dan montok dihadapan mereka, tak ragu untuk mereka remas remas dengan asyik. Meski botol dialat pompa susu itu sudah penuh, pria pria itu masih terus mengganggu buah dada ibu ibu muda itu. bahkan mereka bukan minum susu dari gelas, mereka sudah langsung menyedot puting susu ibu ibu muda itu. Jadinya pesta nyusu didalam rumah itu. Pak Eko yang selesai berkeliling itu bingung saat tak melihat orang dikebun itu, saat ia pergi kedekat rumah, ia lihat dari jendela, bukan main kagetnya, disana orang orang yang ia bawa dari kota itu sudah sibuk meraba dan meremas toket montok, juga sibuk menyedot puting susu, bahkan ada yang sudah menyiapkan penisnya untuk bersetubuh. Pak Eko geleng geleng, bukan main pelayanan didesa itu.
Pak Eko pergi lagi, ia mau melihat apakah mungkin ada warga desa yang beraktivitas seperti biasa. memang ada beberapa, namun memang itu warga warga yang sudah tua, dan mengurus persawahan yang agak berjauhan dari desa. Pak Eko tentu mampir lagi kerumah rumah warga disana, ia bahkan tak disambut lagi, karena pemilik rumah itu seorang ibu muda yang sudah asyik ngeseks dengan tamunya. "hehe...wah wah...", "eh pak Eko...hehe..mmh..." Pak Eko bahkan duduk dan melihat salah satu orang dari kota yang ia bawa itu sibuk menyodokan penis kememek salah satu ibu muda yang tampak sudah lemas. "udah dari tadi mas?", "iya pak...hehe... pak eko...mau ikut?", "hmm... lanjutin aja mas...saya liat liat aja", "ooh iya pak..." Pak Eko kemudian berjalan keluar, "aahn..aaah..aaaahn" Geleng geleng saja pak Eko ketika mendengar desahan desahan dari rumah itu. Pergi jalan beberapa meter saja, rumah lain juga terdengar suara suara persetubuhan. Pak Eko jelas ikut ikutan terangsang gara gara ulah orang orang disekitarnya itu. "Mari pak... masuk dulu..." Pak Eko dipanggil salah satu ibu muda, yang tampak rumahnya sepi, lalu pak Eko baru sadar kalau ibu muda itu tak kebagian tamu. Tentu pak Eko datang dan bertamu dirumah itu. "permisi ya...", "iya... kenalin pak saya Sintya", "ooh iya Sintya, saya pak Eko" Pak Eko baru bersalaman saja sudah terangsang, penisnya dalam celana sudah berontak sedari tadi memang. Sintya juga tampak begitu polos, mengenakan kaos dan celana pendek. "Bentar ya pak saya bikinin minum", "eh..nanti saja Sintya", "ooh... kenapa pak?", "ngobrol dulu aja enak", "ooh iya pak" Sintya duduk disebelah pak Eko. Pak Eko sebenarnya sudah tak tahan ingin memeluk cewek itu dan meraba tubuh mulusnya, tapi ia masih bisa menahan diri. "Didesa ini memang banyak ibu ibu muda ya Sintya?", "iya pak, soalnya didesa ini cewek yang udah remaja saja langsung dinikahkan", "wah... gitu ya...", "iya... tapi karena kurang lelaki didesa ini, biasanya dinikahkan sama pendatang dari luar desa", "ooh... kamu juga udah nikah ya?", "iya pak...", "tapi kok kamu sendiri aja?", "ooh...anak saya ada dibalai desa pak, sama mas Harnan kan dikumpulin disana, ada kegiatan sendiri katanya", "hmm... pinter juga ya Harnan itu", "gimana pak?", "eh ndak... suami kamu dimana?", "kebanyakan kan lelaki disini kerja diluar desa pak, kalau enggak ya jadi tki diluar negeri", "wah, bisa begitu ya... hmm... sini bentar dong Sintya", "kenapa pak...mmh..mmcup..mm..mmh...' Pak EKo tak tahan juga, ia peluk Sintya itu, lalu ia ajak bercumbu, ia cium bibir manis cewek itu, ia ajak cewek itu beradu cumbu, meski tampak Sintya sedikit tak faham. "mmh..mm..cup..aah...", "nngh..aahn..." Pak Eko juga tak lupa untuk menangkap buah dada montok milik Sintya, diremas remasnya langsung meski masih ditutupi kaos. "Sintya... sama Harnan memang dikasih tau gimana ya?", "aahn...ya... disuruh... melayani...tamu...aahn...sebaik mungkin...", "ooh gitu aja...hebat...mmh... boleh ya aku buka kaosnya", "ngh..iya pak...", "wah besar ya punya kamu Sintya...", "aahn..mmh..." Toket besar Sintya membuat Tangan pak Eko tak mau berhenti untuk meremas benda kenyal itu secara langsung, Pak Eko heran saja dari tadi memang, ibu ibu muda itu tubuhnya cenderung kecil, tapi punya buah dada yang besar besar. "hmm...pasti ini..umm..mmh...sluurp...wah bisa keluar susu juga ya Sintya...", "iya pak Eko...nngh...aahn..mh" Pak Eko kini mulai menggunakan mulutnya untuk menyedot puting susu Sintya, ssuuur, suur, ia teguk terus susu segar yang mengalir kemulutnya. bila toket montok Sintya itu diremas, susu bisa mengalir keluar dari putingnya tanpa perlu dikenyot. Pak Eko kemudian mengangkat tubuh Sintya, digendongnya cewek itu, ia bawa saja kekamar. "biasanya kamu tidur sama anak kamu ya?", "iya pak kamarnya cuma satu...ngh..ah..." pak Eko merebahkan tubuh Sintya dikasur itu. "Sintya kali ini tidurnya sama saya aja ya, mau kan?", "ooh... terserah pak Eko saja..nngh..." Pak Eko segera melepas pakaian yang tersisa ditubuh Sintya, pria itu juga ikutan telanjang. kemudian ia memutuskan mengelus dan meraba tubuh mulus Sintya dulu. "Sintya... kamu kalau diajak kekota mau enggak?", "hmm... tapi nanti...", "anak kamu boleh ikut juga... pasti dia senang disana", "gitu ya pak... tapi...aahn...", "iya sudah nanti dulu dipikir ya... sekarang..mmh..cup..mmh...um..sluurp..." kembali pak Eko memutuskan menyantap buah dada montok Milik Sintya, kembali dipegang dan diremasnya toket ibu muda itu, tak lupa ia kenyot dan hisap terus puting susu SIntya yang menggoda. Pak Eko merapatkan tubuhnya diatas Sintya, penisnya juga sudah siap merapat dibibir vagina Sintya. "aah..ngh..uuh...", "Sintya pasti mau kan punya anak lagi", "nngh...aah...aah...pak Eko...aahn!" Pak Eko pun mulai menyusupkan penisnya kememek Sintya itu, sleeb, masuk membuat sesak vagina ibu muda itu. Pak Eko akhirnya ngeseks juga dengan ibu muda dari desa itu.

"mas... kayaknya ramai ya diluar sana...", "iya pasti itu... itu anak anak udah selesai?", "belum masih menggambar", "ooh... setelah ini biar makan dulu mereka", "hmm iya" Harnan memang kini ditemani istrinya dan beberapa warga desa sedang mengurus anak anak ibu ibu muda yang kini disana sibuk memuaskan para tamu.  "aku keluar dulu ya mau  cek kondisi diluar", "ooh iya mas..." Harnan memutuskan pergi sebentar untuk melihat sekitar. Sama halnya dengan pak Eko, Harnan juga takjub dengan apa yang ia lihat, ibu ibu muda dirumah rumah mereka itu benar benar memuaskan tamu tamu dari kota yang datang. harnan menyempatkan diri mendokumentasikan kegiatan menyenangkan yang terjadi didesanya itu, ia ambil foto dan juga video, ia simpan dihandphone yang ia beli dari uang pemasukan yang banyak itu. "iya makasih mas... eh ada mas harnan..." Harnan mampir kesebuah rumah,yang tampaknya sudah selesai memuaskan tamunya. "gimana bu tadi?", "lancar aja kok mas... mintanya juga gak aneh aneh", "ooh gitu ya...baguslah kalau begitu, permisi..." memang tak minta aneh aneh, jelas tamu tamu yang datang mintanya cukup ngentot dengan ibu ibu muda itu saja. Harnan sebenarnya mencari keberadaan pak Eko, namun ia tentu belum menemukan sosok pria itu karena pak Eko ada diujung lain desa, dan sekarang masih sibuk menyetubuhi Sintya. "aahn..aah..mmgh..", "mmh...ouh...Sintya mau diatas ya?", "aah...ngh..iya... boleh deh pak...ngh..." Sintya bahkan diajak ngentot dengan posisi posisi lain, tentu untuk merasakan kenikmatan yang lebih saat melayani tamunya itu. Saat Sintya kini ada diatas tubuh pak Eko, ibu muda itu juga terus memuaskan pria itu, ia lompat lompat dengan begitu indah, memeknya jadi terus dipenetrasi penis tegak pak Eko, buah dada besarnya iu berayun hebat, dan menyemburkan susu. Pak Eko tak menyangka begitu asyik memang ngeseks dengan ibu muda. "ooh... sini Sintya...", "mmh iya..aah...ah...aahn..." Pak Eko menangkap buah dada Sintya yang menggantung itu, kemudian ia remas remas lagi, air susu muncrat muncrat kemana mana. pak Eko bahkan memegang puting susu Sintya dengan jarinya, iapencet pencet juga, ibu muda yang masih saja bergoyang itu jelas merasakan rangsangan berlebih. pak Eko tampak sangat puas, begitu juga orang orang kota lain yang ia bawa kedesa itu. Bermenit menit terus saja pak Eko ngeseks dengan Sintya itu. "ooh..ngh...Sintya...aduh!" Croot croot croot, tak ragu Pak Eko mengisi memek Sintya dengan spermanya. "aah....aah..aah..." Sintya kemudian lemas dan roboh dikasur sembari menggelinjang merasakan memeknya bergejolak karena campuran cairan persetubuhan didalamnya. Setelah istirahat, Sintya dan pak Eko berpakaian lagi lalu duduk lagi diruang depan. baru kemudian muncul Harnan. "aduh ini dia pak Eko", "wah mas Harnan" Harnan kemudian ikut duduk juga. "Gimana pak... Sintya pasti udah memberi yang terbaik buat pak Eko", "iya mas... memang yang terbaik Sintya ini" Sintya senyam senyum sendiri, senang ia dipuji. "aah bisa aja pak Eko", "hehe... mas Harnan, memang hebat konsep yang mas Harnan terapkan, lebih baik kita bicarakan sambil jalan saja", "ooh iya sudah pak", "Sintya, habis ini saya kesini lagi ya...", "ooh iya pak Eko..." Pak Eko memutuskan keluar rumah bersama Harnan untuk berbincang. Mereka membahas apa yang telah berhasil terlaksana didesa itu. "...sudah bagus sekali, warga seratus persen memuaskan tamu tamunya", "hehe iya pak, saya juga takjub", "gini mas harnan... gimana kalau beberapa ibu ibu muda disini saya ajak kekota dulu... sebagai promosi... untuk menarik peminat peminat yang mau main kedesa ini", "wah...masuk pak Eko...hehe...", "haha iya iya... nah... setelah ini saya mau antar orang orang pulang, tapi mungkin ada yang masih mau tinggal disini sebentar, gak papa ya mas Harnan?", "ooh gak papa Pak Eko, biar tinggal dirumah warga", "ooh iya iya bagus lah kalau begitu" Pak Eko dan Harnan sependapat, dan percaya, sebentar lagi Desa itu akan semakin ramai dan penuh dengan kepuasan. harnan tinggal menyalurkan uang yang diberikan untuk mensukseskan program didesanya itu, dan pasti warga senang dan akan terus melayani tamu dengan baik.

No comments:

Post a Comment