Saturday

Cerita Seks: Aku Jadi Bocah Lagi

Siang itu aku terbangun, sudah sering aku bangun kesiangan. tidak seperti biasanya badan ini terasa ringan, kamar kost juga terasa lebih besar dari biasanya. Aku bangkit dari tidurku, lalu barulah aku sadar, ini badan kenapa jadi kecil?!, aku jadi anak kecil lagi?. Entah apa yang terjadi, seluruh badanku mengecil, aku merasa seperti jadi anak kecil lagi. Dalam kepanikan itu aku masih bisa memikirkan apa yang terjadi kemarin, juga momen momen sebelumnya, jadi otakku masih waras, alias tidak berubah, badanku saja yang memang mengecil. Pakainku juga jadi kebesaran, terus aku harus pakai apa?. masih belum faham dengan apa yang terjadi, eh malah handphoneku berbunyi. "Halo?", "...Bagaimana rasanya jadi anak kecil lagi?" kaget sekali aku, kenapa orang yang menelepon itu tau, "S-siapa ini... kenapa aku jadi begini...halo...", "...hahaha... Nikmati saja hidup barumu... kalau mau mendengar saran saya, jangan pernah mengaku menjadi dirimu yang lama, karena tidak akan berhasil...", "halo...halo...sial..." Telepon ditutup begitu saja, siapa sebenarnya orang yang menelpon tadi?.
aku coba menelponnya lagi namun tidak bisa, ya sudah aku coba menelepon pamanku. "halo...paman...", "halo...siapa ini? kok suaranya anak kecil?" aku mau mengaku menjadi anak kecil lagi pasti pamanku juga tidak percaya. "ehm...paman... maaf...", "maaf kenapa? Halo..." aku matikan telepon itu. aku terdiam sebentar dikamar sambil memikirkan apa yang harus kulakukan.
"Udah mainnya jangan lama lama...", "iya mak..." aku mendengar suara orang diluar, lalu aku ingat kalau pemilik kostanku itu punya anak yang masih sekolah juga. Aku tunggu sampai suasana sudah tenang, lalu baru ku coba pergi keluar kamar, dan segera ku melangkah kejemuran, untung ada beberapa pakaian anak ibu kost yang dijemur. sudah cukup kering, aku ambil saja, lalu aku pakai, untung saja pas dengan badanku yang baru ini. Setelah itu aku segera pergi kekamar lagi. Meski sempat memikirkan segala kerumitan yang terjadi, aku coba saja mengambil untungnya. Skripsiku yang belum juga selesai, juga kuliah lebih dari 5 tahun membuatku merasa terasingkan, menurutku juga menjadi anak kecil itu cukup asyik, apalagi pikiran dewasaku masih tersimpan rapi dalam otakku. Ya sudahlah aku mengambil tasku, lalu aku masukan barang barang yang bisa dibawa saja. Setelah itu, aku bersiap pergi saja dari tempat kost itu. "Hei...siapa itu...loh itu kan pakaian anakku...hei..." kaget sekali aku, baru keluar kamar malah terciduk oleh ibu kost. Tentu tanpa berkata kata aku langsung saja lari, lari sekencang kencangnya, pergi jauh dari tempat kost itu.
Ku ambil nafas, sambil duduk dibangku pinggir jalan, kurasa sudah tidak ada yang mengejar. Kulihat dunia terasa begitu berbeda, aku merasa bisa menjalani hidup lagi dari awal. Aku berfikir sejenak, kira kira aku ini umur berapa dengan badan seperti ini?. "Hei...", "eh...iya..." tiba tiba ada seorang cewek yang datang menyapaku. "kok adek sendiri aja?", "oh...iya...ini..." aku masih bingung, rasanya begitu menggelitik bila dipanggil adek. "nama kamu siapa?", "oh...aku... Ezra..." aku menyeletuk saja menggunakan nama baru. "Ezra, orang tua kamu kemana?" aku lihat ternyata cewek yang menemuiku itu cantik juga, tampaknya juga cukup muda. "ehm... orang tuaku pergi... aku ditinggal disini..." aku mengarang saja tentang orang tuaku, "aduh kasian... ayo aku bantuin cari orang tuamu deh...", "ehm...tapi mbak...", "udah...ayo..." aku malah diajak pergi, wah cewek ini baik juga ya. Aku diajak berjalan digandeng seperti anaknya saja, rasanya benar benar berbeda. cewek itu bertanya kebeberapa orang disekitar, tentu saja orang orang itu tidak akan mengetahui akan siapa aku atau orang tuaku. "..ooh iya udah pak makasih..." aku kasian juga melihat cewek itu berusaha membantuku. "mbak...udah gak usah dicariin...", "loh terus kamu nanti gimana?", "aku gak papa kok mbak... oh iya mbak ini namanya siapa?", "aku Mila...", "ooh mbak Mila... mbak Mila cantik deh...", "loh...haha... pinter banget kamu..." cewek itu tertawa kecil, aku juga kelewatan, masa anak kecil godain cewek remaja. "udah mbak Mila pulang aja...", "Gini deh... Ezra ikut aja kerumahku dulu yah..." Wah, ide bagus, tentu saja aku mau. "ooh... tapi mbak...kan aku..." ,"udah... ayo... deket sini kok rumahku..." Aku diam saja, aku ikut saja mau dibawa kemana.
"...Ini... rumahnya mbak Mila??", "iya... ayo masuk..." Wah ternyata rumah Si Mila ini besar juga... pasti orang kaya ini. Setelah masuk kerumah, terlihat cukup banyak juga perabotan yang ada dibagian depan rumah, pasti lebih banyak lagi didalam sana. "wah wah...", "kenapa dek?", "rumahnya mbak Mila bagus...", "hehe gitu ya... bentar ya aku mau kekamar dulu... kamu liat liat aja gak papa...", "ooh iya mbak Mila..." Mila pergi begitu saja. Aku masih sibuk melihat kesana kemari, pasti enak tinggal dirumah bagus itu. aku taruh tasku dulu saja, lalu ku pergi melihat lihat bagian lain rumah itu. Ada tv lcd, ada perangkat home theatre juga, wah benar ini rumah orang kaya. Aku melangkah lebih jauh, terlihat dapurnya saja bisa 3 kali luas kamar kostku, Wah memang hebat. Langkahku terhenti sebentar, aku lihat salah satu pintu kamar tak ditutup rapat, aku mencoba mengintip, ternyata tampak Mila masih sibuk berpakaian. Ternyata badannya seksi dan montok juga, baru terpikir olehku akan keindahan tubuh Mila, meski saat itu ia sudah mulai memakai celana pendek dan tanktopnya. Setelah Mila selesai berpakaian, aku bergegas menjauh saja, aku kembali keruang depan. "Ezra... gimana... kok disitu aja...", "tadi udah liat liat kok mbak..." Jadinya kini aku kepikiran untuk melihati tubuh Mila saja, wah harus bisa fokus kehal yang lain dulu. "nah gimana menurut kamu... mau nggak kalau tinggal disini?" Mila memberi penawaran yang sulit untuk ditolak, apalagi cewek itu memberikan senyum termanisnya kehadapanku. "i...iya mau sih mbak MIla..", "Yes...hehe... gitu dong..." buset tiba tiba Mila mendekat dan mengelus rambutku, jadi terpampang deh toket montok Mila yang ditahan tanktop itu didepan wajahku, wah wah. "hmm...mbak Mila...", "iya Ezra...", "memang mbak Mila tinggal sama siapa aja?", "aku tinggal sama kakakku disini... sesekali ayahku pulang kesini kalau ada waktu...", "ooh gitu ya mbak...hehe..." Mila masih berdiri didepanku, duh ingin ku benamkan saja wajahku diantara toket besarnya itu. "kalau gitu aku mau bilang ayahku dulu ya...", "ooh iya mbak Mila..." Mila pergi, mungkin mau menelepon ayahnya.
Aku tunggu saja diruang depan, aku ambil handphoneku, tanpa pikir panjang aku Reset saja semuanya, tanpa menyimpan satuhal pun dari diriku yang dulu. Setelah itu aku buat beberapa kontak baru saja seperti ayah dan ibu, namun dengan nomor random yang pasti tidak bisa dipanggil. "Mila...eh, siapa ni...dek... Mila dimana?" lagi asyik dengan hpku, tiba tiba datang lagi seorang cewek, wah makin aduhai saja, jelas itu kakaknya Mila. "oh, mbak Mila ya tadi kedalem...", "oh gitu ya..." cewek itu pergi saja, mungkin mau bertanya pada Mila dulu tentang diriku. Tak lama kemudian munculah Mila bersama kakaknya itu. "Ezra... kenalin aku Sila...", "oh iya mbak Sila..." cewek itu sudah berkenalan saja, pasti sudah tau tentangku dari Mila. "hehe... gimana mbak, setuju gak?", "setuju aja sih... kan daridulu aku pengen punya adek cowok..." aku mendengarkan saja percakapan dua cewek aduhai itu. "nah tadi ayah juga udah kasih restu sih... tapi nanti mau liat kesini ngecekin Ezra gitu..", "ooh iya udah sip lah... Ezra sini ikut deh..." Tiba tiba aku diajak pergi saja sama si Sila itu. "Ezra mau pilih kamar yang mana nih?", "hmm... terserah mbak Sila aja...", "udah pilih aja yang mana... gak papa..." iya sudah aku asal pilih saja, "yang sana itu mbak", "itu ya... itu kamar ku... hehe...", "ooh kamarnya mbak SIla ya...eh..." Sila menarik tanganku lagi, eh kini diajak kekamarnya itu. "gimana bagus gak kamarnya?", "hmm bagus mbak Sila...wah..." Aku lihat kamar itu memang bagus meski tidak begitu rapi, tapi yang lebih bagus lagi sekarang tiba tiba Sila sudah sibuk ganti pakaian didekatku, badanku bereaksi dengan sendirinya, meski dalam bentuk anak kecil tapi tetap nafsunya orang dewasa. "gimana mau dikamar ini sama aku atau dikamar lain?", "iya gak bisa disini mbak, nanti aku jadi ganggu mbak Sila...". "loh gak papa kalau mau disini..." ngajak ngobrol terus, tapi masih belum selesai berpakaian, gimana sih Sila ini. Dilihat lihat Sila memang tidak jauh beda dengan Mila, mungkin lebih dewasa sedikit, kalau ukuran dada, sama besarnya, duh kenapa itu bhnya gak dibuka juga sekalian. "hmm... gimana ya..." aku belagak bingung aja, duduk disebelah Sila. "loh kok malah bingung...haha... iya udah kalau mau lihat kamar yang lain, ayo pilih aja sana yang kamu mau...", "hmm iya mbak Sila...", "loh kok bengong, udah sana...", "eh iya mbak..." yah disuruh keluar, iya udah aku lihat lihat saja kamar yang lain.
Ada banyak kamar dirumah itu, terlihat ada kamar paling jauh dibelakang, pasti itu kamar untuk pembantu, tapi dirumah itu sepertinya tak ada pembantunya. Biar kelihatan baik, aku pilih kamar itu saja, kutemui saja penghuni rumah itu. "mbak Sila..." aku bergegas kekamar Sila, pengennya lihat cewek itu ganti baju, tapi tampaknya sudah selesai. "iya dek?" wah kini cewek itu berpakaian minim juga, kakak adik tak jauh beda memang. "kamar yang paling belakang itu ada orangnya enggak?", "nggak ada kok,kenapa emangnya?", "ooh iya udah aku disana aja ya mbak", "loh kok disana...", "iya soalnya nanti biar gak ganggu mbak Sila atau mbak Mila...", "kan ada itu kamar yang lain lagi...", "nanti kalau ada kerabatnya mbak Sila gimana? atau ayahnya mbak Sila pulang gitu..." Sila kemudian tersenyum, lalu mendekatiku. "iya deh terserah kamu, tapi emang pinter ya kamu ini..." kini gantian Sila yang mengelus rambutku, duh bikin merinding aja. "hehe iya...", "iya udah sana kamu bawa juga tas kamu ya...", "iya mbak..." aku pun segera membawa tasku kesana, dan akhirnya bisa tinggal dikamar itu, sementara ini. Setelah beberapa saat berlalu, aku kembali menemui SIla dan Mila. Kami berbincang dengan santai, sesekali ku lihati saja tubuh cewek cewek aduhai itu, makin ngawur aja pikiranku, asik pasti tinggal dengan mereka. "... yah jauh banget sih... tega banget orang tua kamu..." aku mengarang cerita lebih ngawur lagi, aku bilang saja kekota itu sebenarnya sedang berlibur, datang dari luar pulau, lalu tiba tiba aku ditinggal dikota itu. "... Ezra juga gak tau kok ditinggal...", "...udah jangan sedih ya Ezra... kan sekarang kamu bisa tinggal disini..." aduh memang cewek cewek ini luar biasa, udah baik, montok pula. "m..makasih ya mbak...", "iya sama sama Ezra..." tak terasa hari sudah mau gelap saja, kini aku bersama dengan Mila saja dirumah itu, Sila entah pergi kemana. "...iya nanti kamu harus sekolah lagi dong... kamu kelas berapa?", "aku... aku kelas... kelas 3 mbak..." mungkin benar bila tubuhku ini setidaknya seorang bocah murid sd. "ooh... iya nanti pasti kamu bisa sekolah lagi...", "hmm iya mbak Mila...", "sip... udah sini Ezra, jangan jauh jauh..." karena diminta aku langsung mendekat, seru juga jadi anak kecil ya. aku nonton tv saja dengan Mila, tidak penting acaranya bagus atau tidak, yang penting aku ada disebelah Mila yang wangi tubuhnya begitu menggoda. "... iya biasanya dirumah nonton ini...", "ooh gitu... eh sini Ezra...", "eh...mbak MIla..." tiba tiba aku ditarik, disuruh duduk dipangkuan cewek itu, wah bahaya ini. "nah... dari dulu aku pengen punya adik... sekarang baru keturutan...hehe..." Mila malah memelukku juga, aku jadi diam saja, sibuk kurasakan toket besar Mila yang menempel dibelakang, ditambah wangi tubuh Mila begitu memikat, astaga ini yang dicelana jadi makin tegang aja. "hmm... mbak Mila...", "iya dek?", "mbak Mila udah kerja ya?", "enggak kok aku masih kuliah...", "kuliah?", "iya... kuliah itu sekolah lagi setelah SMA..." aku tanya tanya saja, supaya Mila lebih mendekatkan kepalanya kearahku, tentu toket besarnya terdorong terus dipunggungku, astaga rasanya begitu enak. "ooh gitu ya mbak... kuliah itu bayarnya mahal ya mbak?", "hmm iya mahal, tapi tenang aja, nanti Ezra kalau udah sekolah lagi, kalau pinter pasti juga bisa kuliah...", "Ezra kan gak punya uang mbak...", "iya nanti biar pake uang ayah kan gak papa...", "ooh gitu ya mbak..." aku juga sedikit menggerakan tubuhku, wah sekujur tubuh jadi ikut terangsang. "iya...eh udah dateng mbak Sila... ayo makan dulu Ezra..." yah SIla sudah datang, iya sudah kami pun pergi makan dulu.
"...hmm... enak kok mbak Sila...", "sip, aku bingung sebenernya tadi mau beli apa, untung kamu suka..." memang sudah lapar ini perut, enak enak saja apapun yang bisa ku santap. Setelah makan, gantian kini Sila yang menemaniku, Mila tampak pergi kekamarnya. "...iya masih baru lulus kuliah...", "ooh habis kuliah juga ya mbak kayak mbak Mila...", "iya... eh, ayo kekamar kamu...", "eh, bentar mbak..." ditarik lagi, Sila sukanya tarik tarik terus, diajaknya aku kekamar paling belakang itu. "ditas kamu ini ada apa aja?", "hmm cuma ini aja mbak..." Sila tentu terpedaya, karena aku hanya punya dua set pakaian, dikiranya beneran liburan, padahal tadi nyolong jemuran. "...hmm... besok kita beli pakaian ya buat kamu...", "beli dimana mbak?", "ya di toko baju dong...haha...", "oh iya,hehe...", "hmm... kapan ya terakhir aku dikamar ini?" Sila naik kekasur itu, lalu tiduran, jelas berbeda ukuran dan kualitas kasur dikamar ini dengan dikamarnya sendiri. "ini memang kamarnya siapa mbak?", "gak ada yang pake dari dulu... sini Ezra..." ditarik lagi, disuruh tiduran dikasur, waaah ya mau mau saja. "hmm... mbak SIla...", "belum ngantuk ni Ezra?", "belum kok mbak.." Toket besar Sila terlihat begitu menggoda, kini terangkat karena menempel dikasur itu. "hmm... kalo dirumah biasanya Ezra tidur sendiri atau sama orang tuamu?", "dirumah kamarnya cuma satu... jadi tidur bareng..." aku ngawur lagi bikin cerita, "hmm, gitu ya... sini Ezra..." tiba tiba aku dipeluk, "hmh... mmh..." ditahan tahan makin digoda terus, astaga makin memuncak aja ini nafsu. "iya udah malem ini aku temenin ya tidurnya...", "nggak usah mbak Sila, kan lebih enak tidur dikamarnya mbak Sila..." badanku hampir menempel seluruhnya dengan Sila, aku berusaha agar bagian celanaku tidak bertemu dengan badan cewek itu, tapi aku kini bisa mendaratkan kepalaku dibuah dada montok milik Sila, yeess. "nah itu tau... tapi kok kamu pilih tidur disini..", "iya... dulu dirumah kamarnya ukurannya segini...", "ya ampun Ezra... kasian kamu ya..." Sila memelukku lebih erat, kepalaku kini benar benar terbenam diantara toket besar milik cewek itu, wow begitu kenyal dan juga bau tubuh Sila juga sangat enak, maunya ku buka mulut ini, lalu kujilati juga ini toket kenyal milik SIla. "mmh..mmh...mbak Sila...", "eh...sori...hehe..." Sila berhenti memeluk ku, kini aku berhadapan dengan SIla, tunggu saja toket besar, nanti kau akan kuurus lagi.  ku berbincang sebentar dengan SIla, sampai bingung aku mengarang cerita lagi. "... iya mbak Sila...", "...sip, hmmh... aku kekamar dulu ya Ezra...", "iya mbak SIla..." Sila kemudian pergi. Yah kini aku bisa sendiri, mengistirahatkan nafsuku yang sedari tadi diuji. Tak lupa aku memikirkan akan cerita cerita lain lagi tentang kehidupan fiktifku sebelum datang kerumah itu.
Hari makin malam, rumah besar itu ternyata cukup sepi saat malam hari. Aku keluar dari kamar, ku pergi mencari dimana dua cewek aduhai tadi. "...iya sayang... lucu kok dia, baik... masih sd kok... kenapa, kamu takut kalah deket sama dia ya, haha..." Sila sedang sibuk telfonan dikamarnya, tampaknya dengan pacarnya, tapi kenapa sepertinya sedang membahas tentangku?. aku kemudian melangkah menuju kekamar Mila. Tapi tidak ada orangnya, ternyata ia sedang ada diruang depan. "eh, Ezra... sini...", "mbak Mila, ngapain disini..." aku duduk saja disebelah Mila, "gak papa, lagi nungguin temen...", "ooh gitu..." Tak lama tiba tiba suara bel berbunyi dari luar rumah, Mila bergegas pergi dan menyambut tamunya. penasaran, aku ikut tengok saja keluar. "... iya jadi dong om... bentar ya..." Mila malah bertemu om om. cewek itu kembali kedalam rumah, pergi kekamarnya. aku tunggu saja didepan, ternyata Mila sekarang memakai jaket juga. "mbak Mila mau kemana?", "eh itu, mau keluar bentar, kamu jagain rumah ya sama mbak Sila...", "ooh iya mbak Mila...", "Sip, dah..." Mila pun berangkat keluar. apa mungkin Mila sedang asyik kencan dengan om om? itu sih bukan urusanku. Aku bingung mau melakukan hal apa dirumah itu, menonton tv juga film film lama yang diputar lagi. aku tengok Sila saja lagi. "...aah...ngh... udah dibuka belum tuh yang... udah nih aku udah mulai... hehe, iya kamu sih gak balik balik... aah..." Buset Sila sudah sibuk telfonan sambil menggrayangi tubuhnya sendiri. aku jadi merinding. Niatnya sih mau mengintip lebih lama, tapi karena takut nanti dimarahi, aku kembali saja nonton tv. iya terdengar samar samar  sih suara Sila dari kamarnya itu, wah pasti sudah sange juga itu si Sila.
"eh, mbak SIla..." tak Lama Sila pun muncul dari kamarnya itu. "Ezra, aku pikir kamu udah tidur...", "itu tadi mbak mila keluar, aku disuruh jagain rumah, kan gak boleh aku tinggal tidur...", "ya ampun Ezra, haha... kan ada aku, jam segini juga udah gak ada tamu pasti...", "ooh gitu ya mbak Sila...", "udah udah matiin dulu tvnya, nah... udah ayo kekamar kamu", "iya mbak..." entah kenapa aku semangat sekali untuk kembali dikamar belakang itu bersama Sila. Sampai disana, tidak banyak berkata aku sudah diajak tiduran saja dikasur itu. "udah ayo Ezra cepet tidur...", "iya mbak Sila..." aku langsung menutup mata, aku tidak perlu melihat, kini tinggal aku rasakan saja pelukan hangat Sila. Sila juga tak berbicara, ia hanya sesekali mengelus lengan atau rambutku, sembari ku tetap menutup mata. Beberapa menit berlalu, suasana sudah semakin hening, tapi aku masih tidak tidur, tapi Sila sepertinya sudah berfikir kalau aku sudah tidur. Sesuatu pun terjadi, celanaku tiba tiba dibuka, aku faham itu pasti ulah Sila. Kemudian batang penisku yang sedari tadi belum kutunjukan tampaknya sudah ditangkap oleh tangan mulus Sila, aduh terasa begitu enak, mulai cewek itu mengocok penisku itu. Aku masih menutup mata, juga menahan ekspresi wajahku, padahal begitu enak terasa saat penis tegakku dikocok oleh Sila. Benar saja habis telfonan dengan pacarnya itu, Sila jadi tertarik mengurus batang kemaluan laki laki, karena adanya hanya aku si bocah sd ini, iya dinikmati saja seadanya oleh si Sila ini. Sila tampaknya makin menjadi jadi, kini bahkan ia benamkan toketnya pada wajahku, sampai sulit bernafas jadinya. makin lama makin cepat saja Sila mengocok penisku, astaga hebat sekali ternyata cewek ini, mungkin sudah sering mengurus batang kemaluan pria.
"hmm..uh..ngh.." aku tak tahan, akhirnya mengerang juga, lalu kemudian Croot croot, sudah klimaks saja, entah jatuh kemana itu spermaku. Pelan pelan ku buka mata, layaknya orang bangun tidur. "Ezra... maaf ya... kamu jadi bangun...", "mmh...mbak Sila...hmm... itu...wah..." aku kaget, ternyata penisku ukurannya bisa dibilang tidak begitu mengecil, heran ini badan jadi bocah sd tapi penis masih perkasa. "hmm... burung kamu tadi tegang, karena kasihan ya... aku elus elus... kok tambah besar ya...", "eh... Ezra juga gak tau ini mbak..." kenapa jadi sama sama pura pura? tapi ya sudah yang penting aku sudah merasa nikmat. "Ezra...hmm... ngh..." Waaah, akhirnya yang ditunggu tunggu, Sila mulai mengeluarkan toket besarnya dari tanktop, terlihat jelas begitu besar dan menggoda, dengan hiasan puting susu yang menonjol indah. "mbak Sila..mmph.." toket besarnya malah disodorkan kearahku, wajahku terbenam lagi digunung kenyal itu. "Ezra... tolong dong itu... aahn..mh..." sudah tak sabar lagi, puting yang sudah didepan mulutku itu pun langsung ku emut saja, ku jilat dan kugigit kecil. "mmh...mmh...hm...", "aah... Ezra mau susu ya... tapi aku masih belum bisa keluarin...", "mmh...ooh gitu ya mbak..", "iya, tapi... gak papa ayo emut lagi aja...aahn..mh..." malah senang si Sila nenennya diurus, ya sudah aku siap lanjut beraksi. Kini bahkan aku berani untuk memegang toket besar milik Sila, ku elus elus, lalu diremas juga dengan enak, wah untung juga ya jadi bocah. Sila juga masih mengurus penisku yang sudah tegak lagi itu, dielus dan dikocoknya lagi. "mm..mmh..mmp..mmh.." ku gigit kecil puting susu Sila, lalu kutarik tarik, sembari kuremas terus toket besarnya, "ahn...ah...ngh.." entah apa yang difikirkan Sila sekarang, entah ia percaya atau tidak kalau bocah sd ini sangat hebat mengurus toket besarnya itu.
"mmh..ngh..eh, mbak Sila..." tiba tiba saja Sila bangkit dari kasur, padahal aku sudah sedari tadi mengurus toket besarnya itu, puting susunya saja makin mengeras karena sedari tadi ku emut dan ku kenyot. "bentar Ezra...ngh...mh..." astaga, Sila sudah mulai melepas pakaiannya itu! kini aku bisa melihat seluruh bagian tubuh Sila, putih mulus montok dan begitu menggoda. "mbak Sila...ah...uh..." tubuhku bereaksi dengan sendirinya, karena terlalu gembira melihat tubuh indah Sila, tiba tiba siotong klimaks aja, Croot croot, basah sudah ini kasur kena sperma. "wah Ezra...hehe..." Sila tersenyum, mungkin ia berfikir baru liat cewek telanjang aja sudah klimaks, iya kalau udah dibuka dari tadi ya gak bakal begini. "uuh... aduh...ngh...", "udah gak papa Ezra, nanti aja dibersihin...", "oh iya...hmm...", "sini sini... mana tangan kamu...hehe..." Ezra senyam senyum senang, saat tanganku mulai menyentuh tubuhnya itu. "hmm...mbak Sila...aku...", "udah... sini sini... nah...aahn..ngh..." tanganku diarahkan kememeknya, ternyata sudah ingin diurus juga, iya sudah ku elus juga itu memek Sila yang agak basah. "hmm... mbak Sila...ini...", "terusin dek..ah... sini tangan satunya..." minta juga toketnya diurus lagi, wah pasti Sila sudah sering ngeseks ini. Mau akting sebagai anak kecil yang masih polos juga susah, bila sudah berurusan dengan tubuh montok Sila ini. ku gesek gesek bibir vagina Sila, jariku kumasukan dan ku putar putar didalam memek Sila. Tampak Sila bergoyang goyang, pasti karena rasa geli keenakan tubuhnya dirangsang. "hmm...eh...mbak Sila.." Tiba tiba aku dirobohkan kekasur. "Ezra tiduran aja ya..ngh..uh..", "mbak Sila itu...nanti..aku..", "udah gak papa..ngh...ah..ah..aahn..." Asyik, mulai Sila mengambil posisi diatas penis tegakku. pelan pelan ia turunkan tubuhnya, lalu ia tenggelamkan penis tegakku dalam memeknya itu, sleeb, masuk semuanya, lalu terasa kenikmatannya. "aah..mbak..ah..", "tahan ya Ezra...ngh..ngh..ngh.." tanpa basa basi sudah sibuk Sila naik turun, astaga, penisku terasa begitu nikmat diurus dinding vagina Sila. Terasa dipijat dan dielus oleh dinding vagina yang menyelimuti penisku ini, juga terasa seperti tersedot terus kedalam, bukan maen nikmatnya. "ngh... ah...ah..mbak.." aku berlagak bingung saja, gak faham juga bagaimana kalau bocah lagi keenakan ngeseks. Sila agak merunduk, wow toket besarnya menggantung indah, berayun ayun setiap kali cewek itu bergoyang. Langsung kutangkap toket besarnya itu, puting susunya aku mainkan juga. "aah...ngh..iya...gitu dek lagi..ah..ngh.." malah minta lagi, ya sudah aku makin menjadi, kugunakan dua tanganku, aku tangkap satu toket besar Sila, lalu aku remas, kutarik tarik juga, lalu ganti ketoket sebelahnya, wah asyik juga. kemudian dua puting susu Sila aku pegang, aku jepit dengan jariku, lalu ku tarik tarik dengan asyik. "hm..ngh..mph..mbak SIla..ngh..." TIba tiba saja Sila roboh diatas tubuhku, meski berat aku tahan saja, karena kini aku juga sibuk merasakan penis tegakku dipuaskan memek Sila. "aah..ngh...ngh..ah..ah" tiba tiba terasa cairan merembes dari memek Sila, penisku jadi ikutan basah. "mbak Sila... pipis ya..", "iya...kayak kamu tadi itu..ngh..", "ooh...aduh ...mbak... aku mau pipis lagi...", "ngh bentar..ah..uuh.." Sila menyempatkan bangkit, lalu memeknya pun bebas dari hujaman penis tegakku. Croot croot, aku klimaks lagi, buset udah banyak juga ini yang keluar. "uuh..ngh..ah..", "hmm... Ezra, kamu kekamar mandi dulu deh, bersihin itu...", "iya mbak Sila.." aku pergi dulu kekamar mandi. setelah itu aku kembali, kulihat Sila sudah berpakaian, ia juga berusaha mengurus kamar itu. "Ezra, malam ini lanjut tidur dikamarku ya...", "tapi mbak..", "udah tuh masih basah kasurnya...", "ooh iya... eh..", "udah ayo..." aku pun diajak pergi kekamar Sila. Sampai sana tampaknya Sila sudah tidak berfikir aneh aneh lagi. kini aku diajak tiduran biasa saja. "udah tidur Ezra, besok beli pakaian...", "iya mbak Sila..", "Ezra, makasih ya..", "makasih buat apa mbak?", "hehe gak papa... dah ayo tidur..." mungkin karena sudah cukup puas, aku juga tidak begitu mengganggu Sila. iya malam itu aku tidur bersama Sila. Sempat terfikir dibenakku, setelah ini adalah giliran si MIla.

No comments:

Post a Comment