Vian baru
selesai bekerja, ia menuju toko terdekat untuk beli rokok. Sampai ditoko, Vian
malah melihat ada sesosok cewek cantik disana. "hmm... Saras...",
"eh... ada mas Vian", "hehe... habis beli apa?", "ada
deh mau tau aja, haha... balik dulu ya mas..." Vian tersenyum jadinya gara
gara si Saras. "kang rokok atu...", "iye... nih",
"sip... si Saras sering mampir ya kang?", "iye, langganan aye
tuh", "haha... enak euy punya langganan cantik", "haha... elu
naksir die ya ian?", "eh... enggak gitu", "udah, keliatan
mah, menurut aye pantes banget kamu sama si Saras tuh", "ah yang
bener kang?", "iya pantes, tapi kalo diliat liat pantesan sama
aye", "ye elah akang, puter puter ngomongnya, haha" Vian memang
sudah kenal lama dengan Saras, meski mereka jarang bertemu dan bercakap cakap.
Vian hanya heran, dulu Saras masih biasa, kini luar biasa menurut Vian, cewek
itu cantik dan menawan, layaknya model papan atas. Vian kemudian menyalakan
rokoknya, dinikmati sambil berjalan pulang.
Sampai
rumah Vian memilih istirahat, ia duduk santai didepan rumahnya. "mas
vian...", "eeh... ada saras...", "lagi ngapain mas?",
"lagi santai aja ini, kamu mau kemana?", "tadi ada yang
ketinggalan di toko", "ooh, iya iya", "bentar ya
mas..." Saras berjalan dengan anggun melewati rumah Vian. Vian geleng
geleng saja, apa karena lama sendiri, ia melihat saras layaknya bidadari
dimatanya. vian memilih tetap bersantai didepan rumah, ia menunggu Saras lewat
lagi. Entah dari mana, hujan turun menderu, vian sempat berdiri untuk masuk
kerumah saja, tapi ia terhenti saat melihat saras berusaha menghindari hujan,
cewek itu akhirnya berhenti berjalan dan berteduh didekat Vian. "aduh
Saras... kok lari lari", "kan hujan tuh mas...", "eh iya...
", "yah, kalo gini gak bisa pulang", "tunggu terang aja
neng, masuk dulu kerumah", "gak papa nih mas?", "gak papa,
sok atuh...", "permisi ya..." Vian mengajak saras masuk, mereka
kini duduk diruang tamu. Vian tak bisa menyembunyikan senyumnya melihat si
cantik Saras duduk menunggu. "Neng Saras, mau minum apa?", "aduh
gak usah mas, ngerepotin aja", "loh gak papa, bentar ya..." Vian
pergi kedalam, lalu ia kembali kedepan dengan membawa minuman untuk Saras.
"aduh... makasih loh mas", "iya iya... hehe...", "mas
Vian kok sendiri?", "oh, itu, masih pada belum pulang kerja", "ooh..
mas vian memang kerja dimana?", "di mebel dekat balai kota itu
neng", "ooh... disitu...", "kalo neng saras, kerja
dimana?", "lagi gak kerja mas, dulu sih sempet kerja dimall, tapi
udah abis kontraknya", "hmm, gak diperpanjang kontraknya?",
"nggak mas, nanti aku malah boros kalo kerja dimall, banyak yang mau
dibeli, haha", Vian bercakap cakap lebih lama dengan Saras, sesekali ia
gagal fokus, karena kemolekan tubuh cewek itu. "... ooh jadi dirumah
kadang sendirian dong kalo ditinggal keluar kota", "iya mas, ayah
ibuku sibuk nih, soalnya aku nggak kerja, eh itu udah terang mas",
"oh iya tuh", "aku balik dulu ya mas Vian", "iya
Saras, kalo nanti aku mampir kerumahnya saras gak papa?", "ooh iya
mampir aja, aku pulang dulu..." Vian cukup senang bisa berbincang dengan
Saras saat huja. tadi.
Beberapa
hari berlalu, vian masih ingat tentang si cantik Saras. Suatu hari sepulang
kerja, ia berkeinginan mampir kerumah Saras saja. Sampai disana, vian sudah
melihat saras keluar rumah. "Saras...", "hmm? eh ada mas vian",
"mau kemana kamu?", "mau beli sesuatu... Biasa...",
"ooh, bareng aja kalau gitu, aku... Mau pulang juga kok", "iya
kah? iya udah mas, hehe" niatnya mampir kerumah saras, malah kini ia
menemani saras membeli sesuatu, ketoko langganan saras itu. "hmm? wah
wah... Vian... Tumben bareng neng Saras euy", "kebetulan, tadi ketemu
aja kang", "ah bisa aja vian nih... Mana ada kebetulan... Ini mah
sudah direncanakan... Haha", vian senyam senyum, begitu juga si Saras.
"duh apa sih kang, beli yang biasanya kang", "oke neng... Udah
disiapin kok", "sip kang, ini uangnya..." vian masih tak tau apa
isi bungkusan hitam yang diterima Saras. "makasih ya...", "sama
sama... Loh gerimis" saras melihat langit mulai meneteskan hujan, vian tau
ini ada hikmahnya. "balik yuk neng keburu deras hujannya", "iya,
mari kang...", "iya... Ah sial si vian... Enak kali bisa jalan bareng
neng saras pisan euy..." vian dan saras tak mendengar perkataan penjaga
toko barusan. Dua orang tadi akhirnya harus berhenti, karena hujan makin deras,
dan lagi sampai dirumah vian. "aduh... Saras... Kamu jadi basah
semua...", "basah dikit kok mas... Gak papa" Vian terpaku lagi,
melihat Saras yang bajunya basah. "ini ada handuk... Kali aja neng saras
butuh", "makasih mas", "sama sama..." saras mengambil
handuk itu, mulai ia gunakan, untuk mengeringkan rambutnya, juga menyeka tangan
dan kakinya. vian melihat saja sudah melongo, apa yang ia lihat benar
bidadari?. "mas Vian... Oii...", "eh... Iya...",
"keluarganya mas vian belum pada pulang?", "iya... Masih kerja
semua", "hmm, mas, maaf ya, kalo... Aku lepas bajuku gak papa
kah?" Vian kaget, apa yang difikirkan saras sebenarnya? "ooh, iya gak
papa... Kan bajunya neng saras udah basah...", "iya... Maaf ya
mas..." saras mulai mencopot bajunya, vian makin melotot, melihat Saras
makin minim pakaiannya, meski masih dibalut tanktop tubuh indah cewek itu.
"mm... Saras, baju kamu taruh dulu di belakang, biar keringan dikit"
saras segera menaruh bajunya yang basah, lalu kembali menemui Vian. "ya
ampun mas vian... Liatnya biasa aja dong ah... Hehe..." vian jadi malu
sendiri, "eh... Maaf neng, hehe...", "mas vian, tadi emang habis
kerja ya?", "iya... Kebetulan lewat depan rumah kamu tadi",
"ooh... Kebetulan apa emang mau mampir?", "ah neng saras... Iya
maunya sih mampir tadi...", "haha... Tau gitu tadi kerumah dulu aja
mas", "iya... Kan neng saras mau beli, ya saya temenin dong",
"iya iya... Duh mas... Masih liatin dadaku aja ya..." vian malu lagi,
apa daya memang ia tak mampu mengelak. "eh... Maaf ... Salah
lagi...", "kalo ngomong liat mukaku dong mas... Hmm?" saras
malah mendekat, ia pandangi si vian itu. Vian makin bingung saja karena ulah si
saras itu, "eh... Neng saras...", "mas vian?",
"iyah?", "pasti... Pengen banget pegang ini ya..." saras
meraih tangan vian, lalu didaratkan didada cewek cantik itu. Vian tak mampu
menyembunyikan ekspresinya, ia bisa menyentuh benda kenyal didada saras itu.
"aduh... Neng...", "gimana mas... Hmm?... Aahn... Mas vian
nakal..." Vian tak sengaja meremas buah dada Saras, lalu tangannya
menghindari buah kenyal itu karena vian takut saras maraj. "m...maaf
neng... Reflek tadi...", "mas Vian mau pegang lagi ndak? gak papa
kok, nggak sakit pula..." Saras malah mendekat, lalu membusungkan dadanya,
makin kalut pikiran Vian. entah sudah ingin sekali, akhirnya kini vian dengan
kemauannya sendiri mendaratkan tangannya diatas dua buah gunung kenyal milik
Saras. Benda itu lalu dielusnya dari luar, tampak saras justru diam dan
menikmati juga. "neng saras... Gak papa nih?", "iyah...mmh...
Ayo mas diremas...aah...mmh" Vian kalang kabut fikirnya, tangannya lama
lama bergerak semaunya, saat vian masih takut saras marah. "aduh...
Saras...", "mmh... Mas vian... Ternyata..nmmp...mmh...mm...
Cup...mm" Vian entah kenapa malah mencium saras, lalu cewek itu malah
membalas ciuman vian. "mmh... Saras...", "hehe... Asik ya mas...
Apalagi pas hujan gini...mmh...cup...mm" vian hatinya berdegup kencang, ia
tak sanggup menikmati sensasi pertama bercumbu dengan saras yang cantik itu.
"mmh... Eh... Saras... Itu...", "kenapa mas? kan kasihan itu...
Minta dielus juga..." Saras tangannya malah mengelus benda menonjol
dicelana vian itu, penis tegak vian dielus, meski masih dihalangi celana, elus
tangan saras membuat vian terangsang berat. Beberapa menit saras dan vian
saling bercumbu, juga mengelus tubuh lawan mainnya. "mmh...
Mmp...mm...cup...", "mmh...mm, eh mas vian udah terang..." Saras
tiba tiba menghentikan aksinya bercumbu dengan vian, cewek itu mengambil
bajunya, lalu dipakai lagi. "eh.... Saras... Itu masih gerimis loh",
"hehe... Gak papa... Aku takut dicari keluarga... Makasih ya mas vian,
besok besok lagi ya... Haha..." saras tersenyum manis, lalu beranjak pergi
dari rumah vian. Vian dirumahnya girang tak karuan, pengalamannya bersama saras
tadi baginya suatu hal paling nikmat. Vian berfikir sebaiknya ia meningkatkan
intensitasnya bertemu saras, ia berharap dapat meniknmati Saras lebih jauh
lagi.
Hari hari
selanjutnya, Vian mulai berani mampir kerumah saras, tapi dirumah cewek itu
vian bertemu keluarganya saras juga. tak seperti saat dirumahnya sendiri, vian
dirumahnya saras tidak berani melakukan hal aneh aneh, ia hanya mengobrol
dengan saras, sesekali juga ngobrol dengan keluarga cewek cantik itu. vian
sempat menyerah, tapi ia mengumpulkan semangat lagi, ia benar benar ingin bersama
saras. "...iya, banyak yang begitu pak", "ooh, tapi Vian ndak
seperti itu kan?", "ah endak lah pak, saya taat aturan, haha",
"bagus bagus, Saras... Lamanya...", "bentar yah... Hai mas
vian..." saras akhirnya turun juga dari lantai dua rumahnya, dan menemui
vian. Cewek itu berpenampilan sederhana, tapi memang cantiknya bukan kepalang.
"hai saras...", "kamu ini, ditungguin Vian dari tadi loh",
"hehe... Biasa yah, cewek...hehe...", "hmm, ya udah, habis ini
aku sama ibumu berangkat keluar kota", "loh yah..." saras
sedikit kecewa, saat vian menahan kegembiraan. "loh kenapa? kan biasanya
gitu?", "loh... Uang sakunya yah? haha..." vian menahan tawanya,
saras memang penuh kejutan. "dasar kamu... Iya gampang, kirain takut sendirian,
kan nanti ada Vian nemenin kamu", "ooh, mas Vian mau nemenin saras
dirumah?", "ya... Kalo bisa sih gitu... Hehe" tak lama ayah dan
ibunya saras mulai sibuk sendiri, lalu beranjak pergi keluar rumah,
meninggalkan Vian dan Saras. "hehe... Akhirnya mas...",
"akhirnya kenapa neng?", "bisa berduaan lagi, hehe..." vian
masih malu malu, bahkan ia tak tau cara memulai segala keinginannya. "ah
apa sih neng...", "mas Vian... Sini duduk aku mau cerita",
"cerita apa?" vian kini menemani saras, cewek itu menceritakan, apa
yang selalu ia beli dari toko langganannya. "loh... Saras...
Kamu...", "iya mas... Maaf loh baru kasih tau" vian baru tau,
saras punya penyakit yang cukup lama belum sembuh, vian benar benar tak
menyangka, karena dari luar si Saras terlihat baik baik saja. "ya ampun
kasihan kamu ya...", "nanti juga bakal sembuh kok mas, asal harus
rutin minum obat", "iya... Apa ini yang bikin kamu berhenti
kerja?", "iya mas, gak bisa kerja lama lama, harus sering
istirahat", "hmm, gitu ya, saras nanti gak usah ketoko lagi, nanti
biar obatnya aku yang belikan" Vian malah baper, ia jadi terketuk hatinya.
"ndak usah mas... Saras bisa kesana sendiri", "enggak, neng
saras dirumah aja, kalo terjadi sesuatu dijalan kan bahaya, biar aku yang
urusin nanti ya", "ndak usah mas, nanti...", "udah gakpapa,
aku maunya neng saras cepet sembuh, biar bisa aktivitas seperti biasa...",
"mas vian... jangan baper loh, haha", "maaf, emang udah lama sih
bapernya..." Saras tersenyum, ia begitu senang saat vian membuatnya
kembali bersemangat untuk hidup. "mas vian... Makasih ya..." saras
tiba tiba memeluk vian penuh sayang. Vian tak mampu membendung rasa dihatinya.
"Saras... Aku... Aku sayang kamu... Aku gak mau saras kenapa
napa...", "iya mas... Aku
tau... Mas Vian udah mau mampir kesini aja aku udah seneng, aku juga sayang mas
vian kok" mereka melepas pelukannya, lalu saling pandang. "maaf ya
saras, mungkin aku gak pantes buat...mmp...mmh...cup...mm... Saras..."
belum selesai ngomong, sudah disambar mulut vian, kembali ia bercumbu dengan
saras. "mmh...cup...mmm, mas vian...mmh...aah...", "mmh...cup...
bentar saras...", "ada apa mas?" vian menghentikan aksinya,
"kamu... Gak papa kan?", "iya gak papa kok", "apa kamu
ndak istirahat?", "tadi aku udah tau kalau keluargaku bakal keluar,
jadi aku udah istirahat dari pagi, aku udah... Siap siap buat bersama mas vian
hari ini..." Vian tak mengira bahkan saras sudah bersiap agar bisa asik
berdua dirumah. "tapi saras...", "mas vian... Mau nggak nikahin
saras?", "eh... Saras... Aku...", "mas vian gak mau? mas
vian gak sayang sama saras ya?", "eh aku sayang kamu kok... Iya...
Aku... Bakal nikahin kamu... Kamu... Mau jadi istriku?", "mau mas...
Aku... Sayang mas vian..." lagi saras memeluk vian, rasa senang terpancar
dari wajah mereka.
"makasih
saras, aku bakal jagain kamu... Hidupmu gak bakal sengsara", "makasih
mas vian... Hehe...cup...mmh" saras nyosor duluan, kembali ia bercumbu
dengan vian. "mmh...cup...mm", "mmh...aah... Mas...
Bentar..." Saras tiba tiba sibuk membuka bajunya, tak pelak tanktopnya
juga. "eh... Saras...", "mas vian sayang aku kan?",
"i...iya...", "kalo gitu... Hari ini kita puasin bersama ya...
Anggap aja kita udah nikah mas", "tapi... Saras... Wow..." saat
saras melepas bhnya, lalu buah dada mulusnya terlihat bebas, vian tak bisa menahan
dirinya lagi. "mas vian...giman...aahn...mmh... Kan...uuh...mmh" vian
langsung tangannya bergerak menyambut buah dada kenyal milik saras, benda itu
sudah mulai dielus, dan juga diremas tangan vian. "saras...wow... Kamu
emang bidadari ya...", "ahn... Mas...ah...mmh... Geli...ah..."
Vian makin berani, kini bahkan vian mulutnya sudah nempel diputing saras, benda
kenyal dikenyot dan dijilati dengan asik. vian mulutnya mengganggu puting kiri,
dan tangan vian memilin dan memencet puting kanan, buah dada milik saras sudah
sibuk digrayangi oleh vian.
"mmh...mm... Saras...mmh", "ah... Mmh... Lanjut mas...
Isep sampe keluar susunya deh...aahn...mmh" vian makin hebat saja,
dihisapnya puting susu saras, walau tak keluar apa apa vian sudah sangat
senang. Beberapa saat asik menikmati buah dada kenyal milik saras, vian
mendapati celananya dibuka oleh saras. "eh.. Saras...", "hehe...
Kenapa mas? tuh kan... Wah... Udah bediri..." kini penis tegak vian sudah
dalam genggaman tangan saras, benda pusaka itu mulai diurut dan dikocok dengan
mantap. "aduh...uuh...aah...mmh", "gimana mas...mmh... Hebat kan
saras", "iya... Wow... Luar biasa... Aah..." vian takjub,
kocokan tangan saras memberi sensasi nikmat pada penisnya. "hehe...ahn...
Mas vian..." vian reflek sendiri, ia sambil menikmati penisnya dikocok,
tangannya sibuk mengelus bokong montok milik saras. "mmh... Kamu... Montok
banget ya...", "iya dong... Buka aja celanaku mas...
Ayo...aah..." vian membuka celana saras, juga celana dalamnya. Saras sudah
telanjang bulat, vian kini terpaku melihat selangkangan indah milik saras.
"wow... Saras...", "hihi... Kenapa mas... Mmh" kamu mulus
banget... Uuh..." dielusnya paha mulus saras, lalu juga bokong montok
cewek itu, vian tak percaya hari itu benar benar asik berdua dengan saras.
"sini aku buka sisanya mas..." vian ikut telanjang sekarang.
"uuh...eeh... Saras..." Saras merobohkan vian, kini vian tiduran tapi
penisnya masih berdiri. "hehe... Mas vian, isep punya ku ya... Aku isep
punya mas vian..." Saras malah kini ada diatas tubuh vian, menghadap penis
tegak pria itu. "eh... Saras...uuh...mmh" Vian merasakan sensasi
baru, geliat lidah saras menjilati penis vian, saras juga mengulum penis tegak
itu. "mm...mmh...mm... Ayo mas... Isep punya saras juga...aah... Iya itu
mas...aah... Kita lomba yuk...mmh...mmm" vian melihat jelas vagina saras
didepan matanya, ia julurkan lidahnya dan mulai menjilati bibir vagina saras.
Rasa yang baru membuat vian tertarik, tangannya mendorong bokong montok saras
kebawah, vagina cewek itu mendarat dimulut vian, segera vian menghisap lubang senggama
itu dengan liar. "mmh...mm...sluurp...mmmp...mm","aah....aah...
Mmh...mmm...mmm.." Saras tak mau kalah, cewek itu mulutnya makin cepat
bergerak naik turun, diemutnya penis tegak milik vian dengan hebat. Posisi 69
itu dipraktekan pasangan itu dirumah yang sepi. Mereka terus beraksi menit demi
menit tanpa menghiraukan waktu dan suasana, memang kini diluar sudah hujan
lagi. Diluar hujan air, didalam rumah saras hujan keringat.
"mmh...mm...mmgh!"
croot croot, vian klimaks duluan, ia isi mulut saras dengan sperma.
"uuh...mmh...mm...sluurp..mmp..mmm" ,
"mmgh...mm...gleg...aah...aah... Mas...aahn" spluurt spluurt, saras
klimaks juga, cairan menyembur dari memek saras membasahi wajah vian. Dua orang
itu lalu berpindah, mereka duduk sejenak. "mmmh... Maaf ya saras",
"maaf juga mas, sini mas aku bersihin...mmh...mm" Saras mendekati
vian, ia jilati wajah cowok itu sampai bersih dari cairan kewanitaan.
"makasih saras...", "iya... Sekarang menu utama mas... Udah siap
nih..." saras ganti posisi, ia kini yang tiduran, lalu ia buka
selangkangannya, vagina yang terbuka terlihat dimata vian. "Saras...
Beneran kamu mau...", "iya mas... Aku... Mau dihamilin suamiku
dong...", "saras...", "ayo
mas...nah...mmh...nngh...aaahn!" vian mendekat, disiapkan penisnya,
dimasukan perlahan kememek basah saras, sleeb, bleess, penis vian masuk dengan
tepat. "ooh... Saras...mmh... Aku cinta kamu...ooh" vian merasakan
sensasi ternikmat, ia mulai ngentot dengan saras. "aahn.... Mas vian sayang...aah... Pelan
pelan aja ya...ah...", "iya sayang...mmh...ooh..." vian
menggerakan penisnya perlahan, ia nikmati sensasi ngeseks dengan saras itu.
"mmh...ooh... Yeah...mmh... Iya terus mas...nngh", "oh...uuh...
Saras...mmh..mm..mm" vian bisa melihat buah dada saras bergoyang saat vian
menghentakkan penisnya, segera buah bundar itu kembali diremas juga, puting
susu saras sesekali diemut juga. "ahn...iyah...aah... Lagi mas...
Nngh", "oh...mm... Saras... Sayangku...aah..." vian menambah
kecepatan sodokan nya, memek basah saras makin cepat dihujam penis, benda keras
itu bergerak maju mundur mempenetrasi dinding vagina saras yang basah.
"ooh...ah..aah...aah...mmngh...uuh... Lagi...aah...iya...aah.." saras
mendesah terus, apalagi saat vian makin cepat saja menggenjot cewek itu.
"aah... Saras... Bener ya... Ohh... Kamu mau jadi istriku", "iya
mas... Ah... Mas vian... Jadi suamiku...aah", "ooh...
Makasih...saras...ooh" vian jadi merapat diatas tubuh saras, ia
menyetubuhi cewek cantik itu menit demi menit, penuh cinta, adegan seks mereka
jadi penuh kenikmatan. Entah mereka sadar hujan diluar sangat lebat, atau sudah
fokus merasakan basahnya tubuh mereka saat bersetubuh. Vian dan saras sudah
asik bersetubuh laykanya pasangan baru. "aah... Mmh..nngh",
"ooh... Saras... Aku mau...", "keluarin didalam mas",
"tapi...uuh", "buktikan... Mas vian mau... Jadi suamiku",
"uuh... Iya istriku... Ooh...aagh" Crooot croot crot,
"aah...aah...aaaagh...mmmhh" Saras merasakan sperma mengalir dalam
vaginanya seperti mengalir masuk kerahimnya. "ooh... Saras...mmh"
vian tiduran disebelah saras, tak lama saras mulai bisa tenang setelah
menggelinjang merasakan sperma bergejolak diperutnya. "mmh... Mas
vian..." saras menggenggam tangan vian, "iya saras...",
"terima kasih... Aku... Seneng banget", "aku juga
senang...aku... Aku cinta kamu saras", "iya... Aku juga cinta mas
vian" Mereka kemudian istirahat, mereka berdua sungguh lega bisa menikmati
hari bersama. Kini vian memastikan dirinya harus siap, ia memastikan akan
menikahi Saras, dan membahagiakan perempuan terbaik dalam hidupnya itu.
permisi kakak2 numpang promo ya
ReplyDeleteyang suka main poker dan domino online, mari gabung di sini bersama kami di www.saranapelangi.com. kini hadir dengan 7 permainan yang dapat dimainkan dalam 1 website. dapatkan jackpot hingga ratusan juta setiap harinya. gak mau kalah teruskan main poker dan domino online ? ayo buruan gabung bersama kami di www.saranapelangi.com
Saranapelangi.com adalah satu - satunya Website Dengan Player VS Player Tanpa Menggunakan Bot (tanpa ROBOT) 100% Fair Play!!!
Hot Promo Dari SaranaPelangi!!!
*Bonus Rollingan Sebesar 0,5%
*Bonus Refrensi Sebesar 20%
Tunggu Apalagi?!, Ayo Gabung Dan Main Bersama Kami!!!
Untuk informasi lebih lanjut silahkan hubungi kami di www.saranapelangi.com atau melalui android kami.
- BBM : 2B47BB9C
- CALL : +855964972098
- WEECHAT : saranapelangi
- SKYPE : saranapelangi
- EMAIL : saranapelangi99@yahoo.com
- FACEBOOK : saranapelangi99@yahoo.com
WWW.SARANAPELANGI.COM