"wah Sasti... tumben sudah bangun...", "iya tante...kemarin kan Sasti emang tidurnya duluan...", "ooh iya... mau bantuin aku masak?", "hehe... endak deh tante..." Sasti pergi untuk cuci muka saja. Sasti sudah menikmati hidupnya dengan senang, sudah lebih dari sebulan ia menutup pelayanannya, dan asyik menggunakan uang hasil kerjanya. banyak barang yang dibeli Sasti, mulai dari pakaian, sampai kosmetik. kemarin ia dari pagi kemall menghabiskan uangnya, malamnya langsung tidur karena capek. Jadinya hari itu pagi pagi sekali Sasti bingung harus melakukan hal apa. mau tidur lagi sudah tidak ngantuk, mau makan juga belum selesai tantenya memasak, mau mandi juga masih terlalu pagi. Sasti memutuskan untuk joggin dipagi itu. Sasti kini mengenakan tanktop ketat dan celana pendeknya, ia menyempatkan diri membangunkan Nico. "mmh...mbak Sasti...", "hee... bangun udah jam 8", "wah...yang bener...aduh mbak Sasti... itu masih jam 6 kurang...", "haha... udah bangun... sana mandi...", "hmm iya mbak..." Nico pun pergi mandi. Sasti bersiap pergi jalan jalan dipagi hari, sambil olahraga sih maunya. "tante, Sasti jogging dulu ya", "wah... tumben... iya udah...hati hati...", "iya tante...hehe..." Sasti pun berangkat menikmati suasana dipagi hari itu. Sasti heran saja, biasanya pulang pagi, kini pagi pagi baru keluar rumah, karena rasanya beda, biasanya pulang pagi lelah habis melayani pelanggan, kini ia dengan segar dan tenang menikmati suasana pagi hari. Jogging dipagi hari ternyata menyenangkan juga menurut Sasti, lama ia tidak menggerakan tubuhnya untuk olahraga, selain olahraga dikasur dengan pria pria hidung belang.
Beberapa puluh menit berlalu, Sasti mulai merasa sedikit capet, Sasti memutuskan berhenti disebuah warung yang ternyata sudah buka pagi pagi. "Permisi...", "iya...wah... mbak Sasti... tumben...", "hehe...iya bu... lagi pengen keluar pagi pagi... udah ada apa bu?", "hmm masih pecel aja ini mbak...", "ooh iya udah itu aja gak papa bu, udah laper, hehe..", "ooh iya bentar ya mbak Sasti..." Sasti joggingnya ternyata tak begitu lama, ia sudah mengalah dengan perutnya yang lapar. jadinya ia sarapan diwarung itu. "...hmm... sendiri aja ya bu diwarung ini?", "iya... kadang aja kalau suami saya gak kerja ya bantu disini", "ooh gitu ya bu, ini bu...sudah...", "hmm terima kasih mbak Sasti", "iya sama sama bu..." Sasti setelah sarapan, memutuskan untuk pulang, ia tidak lari pagi lagi, ia berjalan saja dengan santai. "wah... Pagi Sasti...", "iya pak Fuad...hehe..." Pagi pagi itu Sasti tak lupa untuk menebar senyum pada siapa saja yang menyapanya. Sasti baru sampai dirumah tantenya sekitar pukul 7 lebih. ia kemudian mencoba membuka pintu, namun terkunci. Sasti merogoh sakunya, yang ia bawa hanya uang dan kunci kamar, bukan kunci rumah. "Aduuh tante kok udah berangkat sih..." Sasti kemudian kebingungan harus bagaimana, ia tidak bisa masuk kerumah bibinya itu. Sasti sempat kebelakang rumah, namun tidak ada cela, semua jendela juga terkunci. Sasti makin panik lagi ketika ia merasakan perutnya bergejolak, ternyata perutnya masih tidak bisa bekerja dengan benar untuk sarapan pagi itu. Sasti duduk sejenak untuk berfikir, lalu ia melihat kedepan, ia sempat tersenyum, Sasti punya ide, ia kemudian memutuskan pergi saja kerumah tetangganya, untuk numpang buang air sebentar. "wah...kenapa Sasti?", "eh... pak Fuad, saya boleh pinjem kamar mandinya sebentar nggak?", "ooh boleh... masuk aja mbak..." Langsung saja Sasti masuk kerumah pak Fuad itu, ia segera mencari kamar mandi, lalu ia baru lega setelah bisa mengurus perutnya yang berontak itu. Setelah itu, Sasti pun menemui pak fuad, ternyata pria itu sudah masuk kerumah, tadinya memang sibuk menyapu halaman rumah itu. "pak Fuad, terima kasih ya...", "eh...iya Sasti...tapi itu...", "hmm? waah...aduh maap pak..." Sasti ternyata lupa memakai rok lagi, ia segera pergi kekamar mandi dan memakai rok pendeknya yang tertinggal itu. Sasti kemudian malu malu kembali kedepan menemui pak Fuad. "kok bisa lupa toh Sasti...", "hehe...maap pak... gak tau itu tadi..." Sasti kemudian duduk saja disofa ruang tamu pak Fuad, sedang pria pemilik rumah itu duduk disofa lain. "hahaha... Sasti emang gak pulang kerumah?", "itu pak... rumahnya dikunci sama tante... jadinya gak bisa masuk, terus perut ini tiba tiba berontak aja...", "oalah... kasian kamu ya..." Sasti bisa memahami, kalau pak Fuad sedari tadi melihati tubuh Sasti itu. Apalagi pria itu tadi sempat melihat selangkangan Sasti yang indah, tentu pria itu jadi penasaran ingin melihat lebih. "iya pak... hm... Sasti disini dulu gak papa kan pak?", "ooh boleh boleh...", "makasih ya pak Fuad", "iya Sasti...hehe..." Dari pada diam saja sambil dilihati oleh pak Fuad, Sasti memikirkan hal yang aneh lagi. Ia mengira ini saatnya ia melanjutkan pelayanan seksnya.
"Pak Fuad... kok sendiri aja?", "iya... kalo pagi gini kan keluar semua...", "ooh...hmm... pak Fuad gak kerja?", "enggak ambil libur hari ini, Sasti tumben pagi pagi jogging", "iya pak... lagi pengen aja...hehe...", "ooh gitu ya, haha...", "hmm... pak Fuad... Sasti boleh minjem handuk nggak?", "handuk?", "iya... Sasti boleh kan numpang mandi sekalian? habis olahraga gini...", "ooh iya iya bentar ya..." Secepat kilat pak Fuad mengambil handuk, dan segera kembali untuk memberikannya pada Sasti. "makasih pak... bentar ya pak saya mandi dulu", "ooh iya Sasti..." Sasti pun segera pergi kekamar mandi lagi. Sampai disana, ia memang mau benar benar mandi, tapi sengaja ia basahi tanktop dan rok pendeknya itu dulu. Setelah selesai mandi, Sasti menutupi tubuhnya itu dengan handuk saja, handuk yang tidak terlalu besar ukurannya itu justru membuat Sasti kegirangan. Tubuh Sasti itu tertutupi dari paha sampai dada, namun buah dada montoknya itu hanya diganjal handuk saja, puting susu Sasti saja terlihat nyembul. "Pak Fuad...", "iya sasti...waduh...", "m..maaf pak... pakaian sasti tadi jatuh dikamar mandi, jadi basah..." Pak Fuad jelas jelas tercengang, melihat Sasti hanya memakai handuk, dan tubuhnya terlihat begitu menggoda, apalagi toket besar Sasti mengunci mata Pak Fuad itu. "eh...kok bisa jatuh Sasti... ya udah dijemur aja bentar ya, sini...", "mm iya pak..." Pak Fuad membawa pakaian Sasti, dan dijemur dibelakang rumahnya itu. pak Fuad kemudian kembali menemui Sasti yang kini memutuskan duduk diruang tengah saja. Pak Fuad masih berusaha menahan dirinya. "Sasti... mau pakai bajunya istri saya?", "hmm... jangan pak... nanti kalau ketahuan kan bisa dimarahin saya...", "ooh gitu ya...hmm..." Pak Fuad jelas setuju, lebih baik memang Sasti pakai handuk saja, atau bahkan dicopot saja sekalian. Sasti memang menunjukan wajah cemas dan memelas, tapi memang ia sengaja. Tak lupa ia silangkan tangannya dibawah toket besarnya, ia angkat saja toket besarnya itu, pura puranya tidak tau, tapi puting susu Sasti jelas bisa dilihat oleh pak Fuad. "m...maaf ya pak fuad... Sasti emang ceroboh...", "hmm... namanya juga gak sengaja kan ya...", "hmm iya...", "Sasti mau minum...", "hmm boleh pak..." Pak Fuad mengambilkan air putih untuk Sasti. Setelah diterima, segera sasti meminum air putih digelas itu, tapi ia tak lupa untuk menumpahkan sedikit keatas buah dadanya. Makin panik pak Fuad melihat toket basah milik Sasti itu. "makasih pak Fuad...", "iya Sasti... ehm... aku kebelakang sebentar ya", "ooh iya pak..." Pak Fuad pergi kebelakang, untuk melihat jemuran, ternyata ia malah sibuk melihat bh milik Sasti, yang ternyata ukurannya besar, pak Fuad sampai geleng geleng melihatnya. pak Fuad kemudian kembali menemui Sasti. "Sasti...waduh...", "hmm...kenapa pak?" Pak Fuad datang datang langsung terkejut, ia melihat cairan putih keluar dari puting susu Sasti. "itu... apa itu...", "kenapa pak..ah...aduh...nngh..." Sasti berlagak kaget lagi, ia angkat handuknya sehingga seluruh buah dadanya kini tertutupi. Cewek itu memang sebenarnya tadi sempat meremas buah dadanya, juga memencet putingnya sengaja ingin menunjukan air susunya pada pak Fuad. "itu susu kamu ya Sasti...", "hmm iya pak...maaf...", "hmm...wah...aduh..." Pak Fuad kaget lagi, karena handuk Sasti diangkat, kini Sasti yang duduk itu selangkangannya jadi tak tertutupi, bahkan memeknya bisa dilihat oleh Pak Fuad. "hmm...aah...aduh...nngh...aduh..." Sasti yang berakting malu itu pun memutuskan berdiri, laru mencoba pergi, namun ia kemudian malah terjatuh. "aduh Sasti hati hati...", "aah...ngh...aduh..." Sasti dibantu untuk bangun, namun kini handuknya benar benar lepas. Sasti menggunakan tangan kanannya menutup toket besarnya, tangan kiri untuk menutupi selangkangannya. pak Fuad sudah tak tahan, bidadari itu sudah menghancurkan tembok pertahanannya, kini nafsunya menjalar disekujur tubuh. "Sasti... kamu...", "ah..pak Fuad...jangan dilihat...sasti malu...", "kenapa malu...hehe...kamu loh cantik... seksi... mulus juga...", "pak Fuad...aah..." pria itu mendekat dan mulai menyentuh tubuh Sasti, mulai dielus elusnya tubuh mulus cewek itu, Sasti malah hanya bergoyang kekanan dan kekiri seperti keenakan saja. "hehe...sudah gak usah ditutupi Sasti kan saya sudah liat..", "ngh...tapi Sasti malu...", "udah gak usah malu...wah...hmm...gede banget punya Sasti ini...", "aah...ah...pak Fuad..nngh..." Sasti bukannya menghentikan ulah pria itu, ia malah mengangkat tangannya, ia malah membiarkan toket besarnya itu mulai diraba raba, diremas remas juga. "hehe...wah beneran ya keluar susunya", "nng...pak... sudah...nanti...", "hehe... kenapa Sasti... kan kita disini berdua saja... umm..mm...mm...sluurp...aduh enak sekali susu kamu... um...sluurp.." Pak Fuad mendekatkan mulutnya, mulai ia santap puting susu Sasti, ia seruput susu segar dipagi hari. "aahn...pak...sudah...Sasti jadi...aah..." Sasti kemudian seperti lemas, duduk dikursi lagi. cewek itu malah membusungkan dada, toketnya jadi makin mudah digrayangi. Pak Fuad senang bukan main bisa memegang buah dada jumbo, apalagi meremas dan merabanya, juga bisa menyedot susu dari puting kenyal milik Sasti itu. "ssp..mm...sluurp... aah... emang pagi pagi enaknya minum susu ya..umm...sluurp...ah...", "pak Fuad...aah...sudah...sasti malu...ngh...", "malu kenapa sih cantik... iya deh biar gak malu...hehe... ayo kekamar saja..", "eh...pak Fuad...mmh..aah..." Pak Fuad memegang Sasti, ia bawa cewek itu kekamar. Sampai kamar, Sasti malah langsung naik kekasur sendiri tanpa disuruh, ia kemudian mencoba tiduran sambil menutupi tubuhnya dengan tangannya. "hehe... sini cantik...", 'hmm...pak fuad...", "mumpung saya libur ini... kamu temenin saya ya hari ini... kita... main dikamar...hehe...", "ngh... tapi pak...", "hehe... mulus banget ya kamu...nah ini...", "aah...pak Fuad..." Pria pemilik rumah itu kini menggunakan jarinya untuk mengganggu selangkangan Sasti. dielusnya bibir vagina cewek itu, Sasti malah mendesah terus. "dari pada jogging, mending olahraga dikasur aja ya sama aku ya cantik...", "aah..ngh..aah..." Pak Fuad yang tak berhenti tersenyum itu kemudian memutuskan melepas pakaiannya juga. "nah...sekarang sama sama telanjang ini Sasti... jadi kamu gak perlu malu...", "hmm...gitu ya pak...", "iya dong...hehe...", "pak itu... aduh..." Sasti berusaha untuk menutup wajahnya lagi meski sudah melihat penis tegak milik pak Fuad. "loh kok kamu yang malu... harusnya aku dong yang punya yang malu...", "hmm...ngh... pak Fuad..." Sasti kini berhadapan dengan pak Fuad itu. "kenapa cantik?", "ehmm itu... eh..." Pak Fuad memandu tangan Sasti untuk menangkap penis tegaknya. "nah pegang aja gak usah malu... terus dikocok juga...", "mmh...ah...hmm...", "ooh...mantep ya... sini...", "aahn...pak Fuad..", " kan kamu pegang punyaku... aku pegang juga ya punya kamu...hehe...", "nngh...mmh..aah..." Sasti malah mengocok penis tegak milik pria itu, sembari memeknya juga dielus elus. "hebat memang...uuh..ngh... wah..." Sasti malah mendekatkan kepalanya lalu diemutnya penis tegak pak fuad itu. "mmgh..mm..mmh...", "wah kok tiba tiba gini Sasti...hebat...ah...", "mmh...aah..m...maaf pak...Sasti tiba tiba pengen...", "nah emang kalau udah begini jadi pengen coba coba semuanya...hehe...sini Sasti...", "pak jangan...aahn...aahn..." pak Fuad kini juga menyambar memek Sasti. jadi dalam posisi 69 itu mereka sibuk mengurus kemaluan lawan mainnya. Tak lama memang, pak Fuad kemudian bisa merasakan mulutnya basah karena cairan dari dalam memek Sasti itu. "wah basah udah... eh aduh..." Crot croot, pak Fuad klimaks,dan mengisi mulut Sasti dengan sperma. Sasti kemudian memuntahkan sperma itu keluar kasur. "uhuk uhuk...mmgh..aah..uhuk...", "wah...kelepasan sasti maaf ya..hehe...", "mmh...aah..ngh...pak Fuad... aduh..." Pak Fuad bukannya berhenti, ia malah menindih tubuh Sasti, lalu tangannya merayap memeras buah dada Sasti lagi. kembali pria itu minta susu, dikenyotnya dua puting Sasti bergantian, diseruputnya susu segar lagi. "mmh...sluurp..aah..hehe... Sasti... kan pakaian kamu belum kering, jadi kita lanjut aja mainnya...", "aah..ngh...tapi pak..", "udah udah pasti enak ya...hehe...ngh..." Pak Fuad lanjut saja nyusu, tapi kini ia mulai menggesekan batang tegaknya dibibir vagina Sasti. "pak..aah...geli..aahn...", "geli ya cantik... mending aku masukin aja ya sekarang...ngh..", "pak Jangan...aah...aah..aaahn!..." Sasti berteriak kencang saat memeknya tiba tiba dimasuki penis liar milik pak Fuad. "auh...sst...Sasti jangan teriak dong...", "aah...tapi pak...aah...sakit...aah...", "ooh...m..maaf ya Sasti...tapi sekali aja kok sakitnya...habis ini...ooh...enak terus...", "nngh..aah..mmh..." Sasti mulai merasakan memeknya itu digesek penis tegak, yang bahkan sudah mulai bergerak maju mundur. Sasti menyilangkan tangannya dibawah toketnya lagi, sehingga buah dadanya yang besar itu menjulang tinggi. pak Fuad tak mau diam saja, ditangkapnya buah dada besar itu, lalu ia remas remas kedua gunung itu, air susu sampai muncrat muncrat dari puting Sasti yang indah. Pak Fuad takjub sekali melihat Sasti yang hadir sebagai bidadari dipagi hari itu. "wah wah...cup..mm..sluurp..aah... enaak banget susunya...yang bawah juga enak sasti...ooh..", "aah..pak...auh...nngh...mmh..." Sasti kemudian malah memeluk pak Fuad, mereka jadi rapat bersetubuh dikasur itu. pak Fuad dimabuk seks jadinya, ia sodokan saja penisnya maju mundur makin cepat. Suara desahan Sasti kini diiringi suara tabrakan paha mereka dikasur itu. Terlihat jelas bagaimana hebatnya penis pak Fuad menghujam memek sasti yang becek itu. "hehe... Sasti harus sering sering mampir habis ini...ooh..." Pak Fuad memang lama tidak ngeseks, sekalinya ngeseks lagi bisa bersama Sasti yang montok dan memuaskan itu. Jelas kali itu Sasti tau waktunya ngeseks dengan pak Fuad lebih lama dari pada saat ia jogging tadi pagi itu.
"nngh, aah...aah...aahnn...", "mmh...aduhnngh...wah...mmh.." Pak Fuad merasa mau klimaks, ia sempat mencabut penisnya dari memek Sasti, lalu Croot croot croot, spermanya menyebar diselangkangan Sasti. "aah...aah...aah...", "ooh....luar biasa..." Pak Fuad kemudian membiarkan Sasti sebentar, lalu baru Pria itu tampak terdiam seperti menyesal. Sasti melihat hal itu, ia kemudian menangis lagi. "hiks...huuhuu...hmh..hiks...huu..", "Sasti...Sasti jangan menangis...", "hiks... pak Fuad... nanti kalau Sasti hamil gimana...huu..hiks.." pak Fuad kemudian melihat kearah selangkangan Sasti, tentu pria itu panik melihat bibir vagina Sasti yang basah oleh sperma, meski sebenarnya tak masuk dalam memek cewek itu. "aduh... pasti aman deh sasti... gak bakal hamil ya... udah udah jangan nangis... kan udah selesai nih..." Sasti menangis beberapa saat, setelah tenang ia kemudian diam sejenak. "hmmh...pak Fuad...", "iya Sasti...", "Sasti... kekamar mandi lagi ya...", "ooh iya..." Sasti kemudian kekamar mandi, ia bersihkan tubuhnya dari bekas persetubuhan itu, iya memang ia jadi mandi lagi. Setelah itu ia ambil pakaiannya dibelakang rumah, ia pakai semuanya meski belum kering semua. Sasti kemudian melihat pak Fuad sudah keluar kamar dan memakai celana. "Pak Fuad... Sasti pulang dulu ya...", "eh tunggu sebentar Sasti..." Pak Fuad kembali kekamar sebentar, setelah itu kembali menemui Sasti. "kenapa pak pak?", "ini...ada uang buat kamu...", "aduh pak... enggak usah...sasti..", "udah bawa aja ya...maafin saya ya Sasti... pakai aja uangnya buat beli beli ya... kalau ada apa apa kamu kesini aja ya...", "hmm iya pak Fuad... terima kasih..." Sasti kemudian pergi saja dari rumah itu, ia sudah dapat uang, padahal Sasti hanya mau tes kemampuan seksnya itu lagi. Sasti kemudian pulang lagi kerumah tantenya itu, dan ternyata kini pintu bisa dibuka. "Sasti...aduh maaf ya...tante lupa gak kasih kamu kunci depan...", "iya gak papa kok tante...hehe...", "kamu habis dari mana?", "ehm... sarapan tadi tante... ", "hmm iya udah aku balik kerja dulu ya Sasti...", hmm iya Tante..." Bibinya Sasti sudah kembali berangkat lanjut bekerja. Sasti kemudian dengan girang dirumah itu sibuk menghitung uang pemberian pak Fuad. Sasti jadi punya uang tambahan lagi. Sasti sempat memikirkan, sepertinya waktunya untuk melanjutkan petualangan seksnya dimulai lagi. Sasti bahkan berfikir untuk mengajak Nico ngeseks, karena memang sebulan itu Sasti menolak semua permintaan nico, meski hanya untuk memeluk tubuh cewek itu. Sasti tak lupa nanti untuk pergi membeli kondom dan alat kb, tentu agar dirinya aman dan bisa memberi pelayanan dengan baik.
anak sekolah yang kerja jadi babysitter yang nyusuin bayi majikan dan bayi tetangga.
ReplyDeleteTolong dong buat cerita anak sekolah jadi baby sitter nyusuin anak majikan dan bayi tetangga ny
ReplyDeleteditunggu updatenya bro
ReplyDelete