Pagi itu Martin sedang sarapan bersama
keluarganya. "Martin, ayo cepet diabisin, keburu telat kamu
kesekolah", "iya pa..." Martin si anak SMA itu baru saja mulai
sarapan, sedangkan ayahnya sudah selesai makan, "Iya Martin, kalau gak
telat aku jewer loh", "nn.. iya iya..." Martin kini melihat
sesosok perempuan yang menjadi istri dari ayahnya, nama perempuan itu Puri.
Puri adalah ibu tiri dari Martin. Setelah ibu kandungnya bercerai, ayahnya itu
segera mencari istri, dan ternyata itu adalah Puri. Sarapan Martin belum
selesai, ia masih berfikir, bagaimana ayahnya itu mendapat istri perempuan yang
jauh jarak umurnya, perempuan itu berumur 30 tahun, sedang ayahnya Martin sudah
berumur 40 tahun. "Ma... aku berangkat dulu...", "iya... hati
hati pa...", "iya, Martin kamu cepet berangkat juga...",
"iya pa..." Ayahnya martin itu lalu sudah segera pergi berangkat
bekerja. Martin kemudian menyelesaikan sarapannya, dan berpamitan pada Puri
untuk segera berangkat sekolah. "Ma... aku berangkat dulu..." Martin
lalu mencium tangan ibu tirinya itu, lalu Puri membalasnya dengan mencium
kening Martin, "cup... iya, belajar yang pinter ya..." Senyum
perempuan itu segera mengiringi Martin berangkat menuju sekolahnya.
Martin di SMA nya itu masih kembali
berfikir, tiap hari ia bersama Ayahnya dan juga ibu tirinya itu, namun kenapa
ia rasa seperti Puri itu terlalu baik dan patut dibilang sangat mempesona,
sempat ia berhayal, andai dirinya saja yang menjadi suami Puri itu. Bel
pelajaran dimulai, memecahkan lamunan Martin. Anak SMA itu segera belajar
disekolah seperti biasanya. Siang harinya, sebelum pulang sekolah, Martin
dicegat teman dekatnya yang bernama Tono, "tin, sini deh, aku kasih tau
sesuatu...", "apaan ton?", Tono menunjukan handphonenya pada
Martin, seketika anak SMA itu terkejut. " nih... tante cantik yang lagi
rame diinstagram, gimana menurut lo?" Martin masih kaget, bagaimana tidak,
foto yang ditunjukan Tono itu adalah Foto Puri, ibu tirinya itu.
Memang Martin tidak
memiliki akun instagram, namun ia tak pernah tau ibu tirinya itu ternyata eksis
didunia instagram. "Hey, Martin, malah ngelamun, pasti terpesona ya sama
tante ini? liat nih, beeh... buah dadanya montok banget!" Martin bingung,
ia diantara ingin menghantam temannya yang tidak tau itu, atau mengakui memang
ia juga terpesona melihat foto itu, foto Puri menggunakan kaos dan tampak
mempertontonkan buah dadanya. Martin memang tau, ibu tirinya itu suka memakai
pakaian yang cukup minim saat dirumah. "D..dari mana lo nemu ini akun
Ton?!", "ya temen temen banyak yang ngomongin, aku ya ikut liat, eh
emang gak salah mereka...", "wah, parah nih!", "parah
kenapa tin? elu kenal ya?", "itu... eh, enggak ton, cuman...", "haha,
emang parah nih tante, pasti banyak yang booking tuh" Martin tangannya
sudah mengepal erat, dan ingin memukul Tono, tapi ia tau, temannya itu juga
tidak bisa disalahkan. Martin lalu tanpa pamit tiba tiba meninggalkan Tono,
"hey, tin, loh... malah pergi..." Martin segera pulang kerumah dengan
penuh kesal dan tanya, ia ingin mengklarifikasi hal itu pada ibu tirinya
dirumah.
Sesampai dirumahnya, ia segera masuk
kedalam, lalu mencari Puri, ibu tirinya itu. "ma... mama...",
"eh udah pulang martin...", "ma, pinjem handphonenya
sini!", "loh, buat apa?", "udah sini!" Martin merebut
handphone ditangan Puri yang duduk dikursi itu. Martin segera tersadar, benar
apa yang ditunjukan Tono, Ibu tirinya itu sedang membuka akun instagram, dan
sudah bersiap memposting foto cantiknya. Puri lalu merebut handphonenya dari
tangan Martin, "Aduh Martin...", "Ma, kok pake share share foto
gitu di instagram sih?!", "Martin, kan mama ini dirumah gak ada
hiburan, ya udah iseng aja main instagram, jadi banyak temennya nih...",
"tapi kan ma, waktu Martin disekolah, banyak yang bicarain foto fotonya
mama...", "m...masak sih? wah, terkenal dong mama..." Martin
heran, entah apa yang ada dibenak fikiran ibu tirinya itu. "Aduh ma... kan
Martin jadi malu... untung gak aku hajar temen temenku yang sibuk ngeliatin foto
mama, pikiran mereka itu negatif semua jadinya, aku takut..." Tiba tiba
Martin berhenti berargumen, karena ia dipeluk oleh ibu tirinya itu, ia seketika
terdiam. "Maafin mama ya Martin, bukan maksud mama bikin kamu kecewa, mama
cuman butuh hiburan..." Martin tersenyum, ia mengerti apa yang sebenarnya
ibu tirinya itu inginkan. "iya ma, aku tau, papa emang terlalu sibuk
bekerja, jadi kurang memperhatikan mama, kan ada aku... jadi gak perlu yang
sampai begitu ma, aku gak pengen dapat mama baru lagi..." Seketika pelukan
Puri makin erat, terdengar isak tangis perempuan itu. Martin jadi bingung, ia
memilih diam, sempat ia mencium bau wangi tubuh ibu tirinya itu, dan yang pasti
ia sadar buah dada montok milik Puri itu menempel erat ditubuhnya.
"hiks..m...maaf ya, kamu emang anak yang baik tin, hiks...",
"udah ma... gak usah nangis, ada aku disini..." Beberapa saat
kemudian, Puri melepas pelukannya, dan mulai menyeka air mata diwajah
cantiknya. "Martin, makan yuk, kamu pasti laper hapis belajar
seharian", "iya ma, yuk..." Martin pergi kekamarnya untuk ganti
baju, setelah ituia menyusul Puri menuju ruang makan, dan segera makan siang.
Siang itu mereka sudah sibuk makan
siang, namun yang membuat Martin sedikit heran, ibu tirinya itu jadi makin
dekat dengan dirinya saja, makan pun disebelahnya, "Martin, coba, buka
mulut kamu...aa" Martin segera membuka mulutnya, dan menerima suapan
makanan dari Puri. Martin senang jadinya, ibu tirinya itu jadi perhatian.
Setelah makan, Martin memilih membicarakan akun instagram ibu tirinya itu lagi.
"Ma... instagramnya dihapus aja akunnya...", "iya deh, tapi
harus ada gantinya loh ya...", "iya, tapi jangan share share foto
lagi ma...", "iya papa kecil, hehe..." Martin sempat terenyuh
hatinya, ia tiba tiba jadi tertarik kepada ibu tirinya itu. Namun ia berusaha
menutupi itu semua, Martin dan Puri melanjutkan obrolan mereka. Hari itu Martin
sadar, ibu tirinya itu sebenarnya sangat penyayang, dan memang butuh perhatian
lebih.
Keesokan harinya, seperti biasa, saat
sarapan pagi, Martin bersama ayahnya dan juga Puri. Martin sedikit kecewa pada
Ayahnya yang memang begitu sibuk mengurus perusahaannya, berangkat pagi,
pulangnya malam. "Pa, kerjanya papa lembur terus ya? kok sampai malem
terus?", "Martin? tumben tanya begitu, ya kan papa direktur perusahaan,
jadi repotnya dobel dobel, sampe malem kerjanya", "kasian
mam...", "Martin, udah cepet sarapannya, keburu telat lagi
sekolahnya", "iya ma..." Sempat suasana jadi hening sebentar.
"ya sudah, papa berangkat dulu, ma, hari ini papa gak bisa pulang, mungkin
besok baru pulang", "iya pa, aku dirumah aja kok, cup... jangan lupa
makan", "Iya, Martin, jaga mamamu, papa berangkat dulu",
"iya pa..." Ayahnya martin itu segera pergi berangkat bekerja. Martin
juga sudah selesai, dan segera berangkat juga, sebelum meninggalkan rumah, ia
dihentikan oleh ibu tirinya, "Martin, nanti pulangnya agak cepet
kan?", "iya ma, ada apa?", "gk papa, mama tunggu dirumah
ya...", "iya ma..." Segera Martin berangkat sekolah dengan
senyuman. Anak SMA itu belajar dengan tenang, karena teman temannya sudah
kehilangan sosok tante cantik diinstagram.
Hari sabtu itu Martin bisa segera
pulang, ia tidak memilih tidak hadir dikegiatan ekstra, karena ibu tirinya tadi
memintanya untuk segera pulang. Sesampainya dirumah, Martin sudah disambut oleh
Puri. Ibu tirinya itu memakai tanktop yang membuat wanita itu tampak menarik,
juga celana jeans panjang. Martin sudah terbiasa melihat ibu tirinya itu
memakai pakaian layaknya anak anak muda, tapi ia heran, kali ini ibu tirinya
itu tampak begitu menawan karena sudah memakai make up, "Martin, cepet
ganti baju sana...", "emang kenapa ma?", "udah ayo
ayo..." Martin segera diminta mengganti baju, segera anak SMA itu menurut,
setelah mengganti pakaian yang ia pakai, Martin menyusul ibunya didepan rumah.
"mau kemana ma?", "jalan jalan dong", "kemana
ma?", "ketaman aja deh, kamu yang nyetir dong sayang" Martin
sudah terbiasa dipanggil sayang, namun kini ibu tirinya itu memanggilnya dengan
nada yang membuatnya merinding. Martin segera menaiki motornya, dan ibu tirinya
itu duduk dibelakang, segera mereka menuju Taman kota. Diperjalanan, Martin
sedikit bingung, ibu tirinya itu malah memeluknya erat dari belakang, seperti
orang pacaran saja. "Aduh ma, jangan erat erat ah...", "udah...
jangan komen..." Martin hanya bisa melanjutkan perjalanan sambil tersenyum
aneh. Sesampai ditaman, Martin memarkir motornya, dan segera ia diajak jalan
jalan bersama ibu tirinya yang cantik itu. Mereka sempat berbincang bincang
sambil menikmati suasana taman. Martin masih memiliki banyak pertanyaan dalam
fikirnya, kali itu ibu tirinya yang cantik itu merangkul erat bahu kirinya,
seperti orang pacaran.
"Martin, udah punya pacar
belum?", "eh, kok tanya gitu ma?", "punya gak? punya
kan?", "gak punya ma...", "wah, gimana sih kamu ini... udah
SMA belum pacaran", "gak penting ah pacaran itu ma...",
"eh... jangan gitu, nanti kamu nyesel loh, eh anterin mama beli baju ya
tin, kemall itu tuh", "yah, iya deh ma" Segera mereka pergi
menuju mall didekat taman itu, Puri segera menemukan tempat yang tepat untuk
membeli baju baju yang kekinian. Martin memilih menunggu didepan saja.
"Eh, Martin, ngapain disini?" Martin disapa oleh seseorang, setelah
ditengok, ternyata Tono teman sekelasnya itu. "Eh, ton, anu...
aku...", "Buset tin! itu kan tante cantik yang diinstagram itu
dulu!" Tono segera takjub melihat Puri yang cantik itu sedang sibuk
memilih baju. "Aduh, ton, itu...", "gila lu tin, memang gak
salah ente pilih tante tante..." Martin tiba tiba menarik temannya itu dan
menutup mulutnya. "hei diem! ngomong apa sih ton!", "loh, itu tu
ton, tante itu, wah buah dadanya itu..." Martin menutup mulut temannya
yang ngomong asal itu. "sh sh sh, diem bentar! aku mau kasih tau",
"apa sih tin?", "perempuan itu...", "wah, Martin, ada
temannya yah..." Tiba tiba Puri sudah ada disebelah Martin sambil membawa
tas berisi baju baru. "Aduh, iya, ini Tono...", "wah, tante,
kenalin aku Tono, pasti ini tante Puri...", "iya betul, kok tau
kamu?", "hehe... itu tante, aku sering liat tante di instagram",
"ooh, jadi kamu tau ya..." Puri menggunakan nada yang cukup aneh
sambil melihat Martin. "mm... udah selesai beli bajunya?", "udah
kok martin sayang... ayo pulang deh..." Mendengar ucapan Puri, Tono
seketika kaget, "w..wah, jadi tante...", "aku tinggal sama Martin,
Tono kok heran banget?" Tono menengok kearah Martin lalu menengok kearah
Puri, setelah itu ia sepertinya tak ingin bicara lebih. "gk papa kok, ya
udah aku balik dulu tin..", "i..iya ton...", "Hati hati
Tono... cup..." Tono tiba tiba dicium keningnya oleh Puri, membuat Tono
dan Martin kaget. "eh... hehe, makasih tante..." setelah itu Tono
segera pergi dengan senang hati. Martin berjalan menuju motornya bersama ibu
tirinya itu, "ma, kok pake nyium tono segala?", "kasian toh,
pandangannya keaku itu bikin gemes", "aduh ma, kan Martin udah bilang
kalau...mmf!" Martin terdiam seketika, bibirnya itu dicium oleh Puri, ibu
tirinya itu. "mm... naah... udah, kamu juga dapet tuh, ayo pulang"
Martin jadi terdiam seketika, ia kemudian segera berkendara bersama ibu tirinya
itu pulang kerumahnya.
Setelah tiba dirumah, Martin dan Puri
segera masuk kerumah, ibu tirinya itu menyimpan baju yang dibelinya, lalu
menemui Martin yang masih melongo diruang tengah itu. "Martin, kok diem
aja?", "gak papa ma...", "kok gitu? kenapa sih tin?"
Martin pecah lamunannya, ia kini melihat belahan dada montok Puri dari lubang
di kaosnya itu. Puri tau Martin melihatnya persis seperti Tono tadi, membuatnya
tersenyum lebar. "Martin, hehehe", "Eh, aduh, m...ma, kok suka
banget sih pake pakaian gitu...", "aduh martin... gimana ya?"
Puri berlagak bingung, sambil melingkarkan tangannya dibawah buah dadanya,
sehingga gundukan montok itu menjulang tinggi, membuat Martin makin bingung.
Puri lalu tersenyum melihat Martin, "gini gini... sini deh tin, ikut
mama..." Martin ditangkap tangannya, lalu anak SMA itu diajak menuju kamar
ibu tirinya itu. Mereka lalu duduk dikasur, "Martin, mama itu sebenernya
kangeen banget, rasanya bercinta mesrah dengan laki laki..." Martin tiba
tiba sudah merasa seperti tau apa yang mungkin terjadi. "waduh, ma...
Martin..." Puri yang masih memegang tangan Martin itu mendaratkan tangan
anak SMA itu dibuah dada montoknya, Martin segera menelan ludahnya.
"Martin... kamu... gantiin papamu hari ini ya... plis?", Martin masih
terpesona dengan raut wajah manja Puri, juga tangannya sudah gatal ingin
bergerak saja. "hmm... itu... gimana ya ma... kan...mmf!" Martin lagi
lagi dicium bibirnya oleh Puri, namun kini anak SMA itu harus merasakan lidah
ibu tirinya itu bergerak didalam mulutnya, ludahnya juga disedot, Martin kemudian
memilih mengikuti permintaan Puri. Anak SMA itu berfikir biarlah hari ini ia
bermesraan dengan ibu tirinya itu, ia tau, Puri sangat rindu rasanya beradu
fisik dengan laki laki. Kini Martin merasakan nikmatnya bercumbu dengan
perempuan, "mm... slruup.. cup.. mm...", "mmm...mm..aah...mm...
diremes dong sayang..." Tangan Martin tadi kini dipandu oleh Puri, benda
kenyal milik perempuan 30 tahun itu kini sudah mulai bergoyang karena ulah
tangan Martin, anak SMA itu kini mulai merasakan sendiri, bagaimana nikmatnya
meremas dan menggoyang kan buah dada montok. Martin mulai menikmati kegiatan
nikmatnya itu bersama ibu tirinya.
"mm...aah... bentar deh..."
Puri menghentikan cumbuan Martin, perempuan itu lalu melepas bajunya, membuat
Martin berdesir hatinya, dan saat Puri melepas BHnya, Martin tau penisnya tak
bisa bersembunyi lagi. "hehe, gimana tin? aku masih mulus dan cantik
kan?", "itu... pasti. mama memang... mempesona..." Puri
tersenyum nakal, lalu ia merebahkan tubuhnya dikasur. Jari telunjuknya lalu
diangkat, dan digerakkan seraya meminta Martin mendekatinya, "Ayo Martin
sayang, sini sini..." Martin bergerak perlahan, mendekati Puri yang
mempesona itu, buah dada montoknya itu bisa ia lihat langsung, puting coklat
yang mengerucut itu membuatnya seraya haus. Martin sudah tiba diatas tubuh
mulus Puri, "hehe, Ayo sayang, mau coba buah dada mama gak?" Martin
tak bisa mengungkapkan rasa dihatinya, segera ia menangkap buah dada montok
milik ibu tirinya itu. tangannya tanpa dipandu kini sudah asyik mengelus benda
kenyal didada Puri itu, dielusnya dengan nikmat, lalu diremas seraya merasakan
kenyal dan halusnya gundukan itu. Martin tak kuasa berucap, lidahnya keluh,
tenggorokannya kering seketika. "aahn... hebat juga Martin, sekalian kamu
latihan, nanti kalau main sama pacar kamu biar siap, hehe... aahn" Martin
makin senang bermain buah dada montok itu, ia putar putar, ia tepuk tepuk
dengan asyik. Tak lama puting coklat milik Puri yang sudah mengeras itu tak
bisa dibiarkan saja, Martin menangkap puting Puri dengan jari jarinya, lalu
diputar dan ditarik. Sungguh Martin tak bisa mengira dirinya bisa melakukan hal
itu. "Aaahn...ouh", "s...sakit ya ma?", "gak
kok..ssh... enak banget malah...aahn" Puri lalu menarik kepala martin, dan
didaratkan diatas buah dada ibu tiri itu. Martin bisa mencium wanginya tubuh
ibu tirinya itu, juga merasakan kepalanya mendarat digundukan terkenyal yang
pernah ia rasakan. ia segera menjulurkan lidahnya, lalu mulai menjilati buah
dada montok itu, tak lama puting keras Puri itu juga dijilati, "Aaahn...wow...
ayah kamu kalah deh tin...oooh" Martin kini sudah merasakan nikmatnya
memilin puting perempuan, ia tarik tarik puting kiri Puri itu dengan mulutnya,
sambil tangannya meremas buah dada kanan Puri. Martin memang sepertinya begitu
menikmati, apalagi Puri, ibu tiri itu tampak heran juga, suaminya kalah hebat
dengan anak SMA itu. Beberapa menit menikmati buah dada kenyal milik Puri,
Martin sadar penisnya sudah berdenyut hebat bergerak diatas selangkangan Puri.
"Aaahn...hmmh... udah
tin..." Puri merobohkan Martin, lalu perempuan itu membuka celana anak SMA
itu, penis tegaknya membuatnya melotot, langsung saja ibu tiri itu mengocok
penis tegak anak tirinya itu. "wah, persis punya papamu, pasti rasanya
sama...mmmhf" Martin terbelalak seketika, saat Puri tiba tiba sudah
mengulum penisnya. Mulut ibu tirinya itu bergerak naik turun, membuat rasa
nikmat tersendiri pada penisnya. "mm..mm...mmm..wow.. mm...",
"auh..oooh" Martin tak kuasa menahan kenikmatan itu, saat ibu tirinya
itu dengan cepat mengulum penisnya tanpa jeda. Beberapa menit kemudian, Croot
croot croot Sperma menyembur masuk kedalam mulut Puri.
"mmh...oofgh...uuhuk uhuk..mmm" Puri memuntahkan sperma Martin keluar
kasur. "m...maaf ma, aku gak kuat", "gak papa kok sayang, enak
kok tadi, ayo lepas semua pakaian kamu" Martin dan Puri segera melepas
semua pakaian mereka. Puri lalu sudah tiduran menghadap keatas , membuat Martin
kembali menegakkan penisnya itu. "Sini martin sayang..." Martin
mendekat, lalu tangan anak SMA itu ditaruh diatas kedua paha Puri.
"sekarang, kamu harus ngapain tin? hmm?" Puri dengan menggiarahkan
memandang Martin. Martin yang terpesona melihat tubuh mulus ibu tirinya itu
segera membuka lebar kedua paha Puri, lalu ia segera melihat lubang vagina
basah yang dihiasi bulu halus diatasnya. "m...ma, udah basah...",
"Jilatin ya martin...ooouh" Martin dengan senang hati menuruti Puri,
anak SMA itu mendekatkan kepalanya, dan mulutnya sudah mendarat dibibir vagina
Puri. lidahnya sudah dijulurkan dan mulai menjilati pintu masuk kenikmatan itu.
"Aaahn..aahn...ouh...hmmh" Puri mendesah dengan asyik, tak salah ia
memilih pasangan bercinta. "mm...slruup..mm...ah...mm..slruup" Martin
dengan asyik kini sudah menikmati isi dalam vagina basah itu, cairan yang baru
pertama ia nikmati itu sungguh membuatnya ketagihan. Beberapa menit itu Martin
menikmati dinding basah vagina ibu tirinya itu, pemilik lubang nikmat itu hanya
bisa menikmati jilatan Martin sambil meremas buah dadanya sendiri.
"Aahn...ooh...aaah!" Martin
merasa cairan mengalir dari dalam lubang itu, tanpa ragu segera ia minum habis,
menghilangkan dahaganya. "mmh! Sluuuurp...slruup... aaah" Setelah itu
Martin sangat puas, tinggal penisnya yang masih berdenyut itu minta dipuaskan
juga. "oooh... asyik banget mainnya... ayo martin, puasin mama, masukin
dong..." Martin segera menurut. Anak SMA itu menempelkan penisnya dipintu
kenikmatan, lalu setelah didorong dengan nikmat, segera penisnya masuk
sepenuhnya kedalam vagina Puri. Kini resmi sudah Martin menyetubuhi ibu tirinya
sendiri. "oooh... rasanya... enak ma...", "aaahn... iya tin,
gesekin... aku mau...aaahn" Martin menggerakan penisnya perlahan, anak SMA
itu ingin menikmati sensasi ternikmat, yaitu menyodok vagina basah. sleeb
sleeb, penisnya bergerak maju mundur dengan nikmat, sambil dinding vagina Puri
menyelimuti penis tegak Martin. Tak pernah Martin ingin merasakan menyetubuhi
ibu tirinya itu, tapi kini, ia sudah memeluk Puri. Sambil menyodok vagina
longgar itu dengan nikmat, Martin menjilati tubuh bagian atas milik Puri.
Leher, wajah, dan buah dada Puri sudah asyik ia jilati, dengan setiap hentakan
penisnya kedalam vagina ibu tirinya itu. "aaahn...ooh ...cup ... puasin
mama sayang...oooh!" Martin kini memilih mempercepat sodokannya, ia kini
menyetubuhi ibu tirinya dengan intens. Setiap sodokan penisnya diiringi
goyangan menggairahkan buah dada montok Puri. Menit demi menti Martin merasakan
nikmatnya menyetubuhi Puri ibu tirinya yang montok dan menggairahkan itu.
"Aaahn...Martin sayang...oooh...", "ooh... hmmh...uuh".
Beberapa saat kemudian, Martin sudah
merasa ingin menyemburkan isi penisnya. "m..ma aku mau keluar",
"aaahn... taruh sini penis kamu..." Martin mengeluarkan penisnya dari
vagina Puri, lalu benda tegak itu diletakkan diantara kedua buah dada Puri.
Perempuan itu lalu merapatkan kedua buah dadanya menghimpit penis tegak Martin
yang sudah mau meledak isinya. "Martin, keluarin semuanya...oooh... aku
mau semua... oooh!" Beberapa gesekan digundukan nikmat itu, dan crooot
croot crooot, sperma menyembur kewajah dan buah dada Puri, mengakhiri
persetubuhan itu. "oooh, Martin..." Puri memeluk Martin dengan erat,
setelah puas bersetubuh. "M..ma, makasih...", "mama yang
harusnya makasih... kamu hebat...", "iya, demi mama, apa aja
deh...", "hehe... nanti malam lagi ya tin", "aduh... jangan
ma...", "ya udah, sekarang lagi kalau gitu...cup...mmm" Martin
kini dengan pelukan erat bersama Puri sudah bercumbu lagi. Martin harus
menuruti kemauan ibu tirinya itu. Kini anak SMA itu dengan asyik menggantikan
tugas ayahnya, menyetubuhi ibu tirinya itu.
Agen SBOBET - Agen JUDI - Agen Judi Online - Agen Bola - Agen 988betlink
ReplyDeleteAgen Judi Online
Agen Bola Online
Agen Bola Terbaik
Agen Judi Bola
Agen Judi Kasino
Kans Kepa Arrizabalaga Berlabuh di Real Madrid Terbuka
Carvajal Takkan Lupakan Jasa Zidane Dalam Karirnya
Terus Tambah Koleksi Trofi Jadi Misi Carvajal di Madrid
Suu Kyi: Jangan Belah Myanmar dalam Agama dan Etnis
Pembunuh Bos Kedai Bakmi di Tangerang Ternyata Selingkuhannya
Agen Judi Online
ReplyDeleteAgen Bola Online
Agen Bola Terbaik
Agen Judi Bola
Agen Judi Kasino
Berita Bola
Berita Bola Terkini
Berita Bola Terupdate
Berita Terkini
Berita Terupdate