Iwan baru sekarang bekerja sebagai loper Koran, bocah 16
tahun itu memang tidak bisa meneruskan sekolahnya, Hidup diibukota memang
sangat sulit, keluarganya memilih pergi keluar kota mencari penghasilan
ditempat lain. Tak lebih dari puluhan ribu rupiah dapat diterima Iwan dari
hasil menjual Koran, ia masih bersyukur karena ia masih diberi kesempatan untuk
tinggal dirumah bos penjual Koran didaerahnya itu. Tiap hari Iwan mengayuh
sepedanya mengitari daerah sekitarnya sambil menjual Koran langganannya. Beberapa
hari itu ia dapat pelanggan baru, tentu ia sangat senang, mungkin
penghasilannya bisa meningkat.
Hari minggu itu Iwan sudah hampir menyelesaikan
pekerjaannya, tinggal satu rumah yang memang cukup jauh, namun ia ingin
memastikan pelanggan Koran yang baru ini puas atas kerjanya. Sesampai disebuah
rumah, tampak ada seorang perempuan yang sedang menyirami bunga. “Mbak,
permisi, Korannya ini…”, “Ooh, iya, ini Iwan ya?”, Iwan memberikan Koran
keperempuan itu. “Iya, kok mbaknya tau?”, “Iya, saya pelanggan baru, jadi bos
kamu bilang yang ngantar Koran namanya Iwan” Iwan sempat termenung, perempuan
dihadapannya itu cukup cantik, tampak dari bajunya yang ketat itu buah dada
indah membentuk ditubuh perempuan itu.
“Ohh, iya bener mbak. Kalo mbak namanya
siapa?”, “panggil saja saya Tias ya…”,Iwan mencium bau yang wangi, perempuan
bernama Tia situ sepertinya menggunakan parfum. “ iya sudah mbak, saya pergi dulu, makasih…”,
“Iya, sama sama…” Iwan lalu meninggalkan perempuan itu.
Entah kenapa Iwan melamun dalam perjalanan pulangnya, ia
memikirkan perempuan tadi. Karena tidak melihat jalan, Iwan tidak menyadari ada
mobil yang melintas dari sisi kanan. Seketika sepedah Iwan tersenggol, dan Iwan
terjatuh dari sepedahnya. Tampak Iwan baik baik saja, namun sepedahnya sudah remuk
tak bisa dipakai. Dengan rasa sedih, Iwan menarik sepedahnya dengan berjalan
kembali dari menjual Koran. Beberapa menit ia berjalan menarik sepedahnya,
tampak ada motor yang mendekat. “Loh, Iwan, kenapa sepedah kamu?” Iwan kaget,
yang menyetir motor itu adalah mbak Tias, “Eh, mbak, sepedah saya tertabrak
mobil tadi..”, “Aduh, kasian kamu, kamu gak kenapa napa tapi kan?”, “Iya mbak,
Cuma sepedah saya aja yang rusak…”, “Saya anter ya, kamu kuat gak ngangkat
sepedah kamu? Nanti kamu pegangi, biar saya antar…”, “Aduh, ngerepotin
jadinya…”, “Udah, dari pada jalan, cepet deh kamu naik”, Iwan menurut, ia lalu
duduk dibelakang Tias, sambil mengangkat sepedahnya. “Tahan ya Iwan, kuat
kan?”, “Iya mbak, makasih loh” Lalu segera Tias mengantar Iwan kembali.
Beberapa menit kemudian, mereka sudah tiba dirumah bosnya
Iwan, iwan segera turun dan menaruh sepedahnya, ia tampak kelelahan. “Kamu gak
papa dek?”, “hhuuh, gak papa mbak, Cuma pegel dikit…”, “Aduh aduh, Mana sih bos
kamu?” Tias lalu meninggalkan Iwan yang kelelahan, lalu tampak Bos penjual
Koran itu sudah tiba. “Iwan, kenapa sepedah kamu?”, “DItabrak mobil pak, maaf,
saya gak lihat soalnya…”, “Waduuh, Sepedah satu satunya milik kamu itu wan,
sekarang kamu mau kerja gimana?”, “Maaf pak, saya juga bingung” Tampak Iwan
masih bingung. Tias lalu berbicara dengan Bosnya Iwan, beberapa saat kemudian
tampak Tias selesai bicara. “Iwan, kamu ikut mbak Tias ini dulu sekarang,
katanya ada yang perlu dibicarakan…”, “Tapi sepedahnya…”, “Sudah, nanti saja,
kamu ikut dia dulu..”, “Iya dek, ikut mbak Tias dulu ya..”, “i..iya sudah..”
Lalu kembali Iwan menumpang motor milik Tias, anak itu kini diajak pergi.
Tampaknya Tias membawa Iwan kerumahnya. “Iwan, kamu masuk dulu kerumah ya…”
Iwan lalu segera masuk, Tias memarkir motornya lalu menyusul Iwan.
“Iwan, kamu tinggal sendiri ya dikota ini?” Tias menyambut
Iwan yang dudu disofa itu, “Iya mbak, saya bekerja menjadi loper Koran sendiri,
gimana lagi, saya butuh uang untuk kebutuhan sehari hari…”, “Kasihan kamu,
kenapa tidak ikut orang tuamu saja?”, “Saya ingin hidup mandiri mbak”, “ooh,
hebat kamu ya, masih muda udah semangat kerja…”, “Kalau mbak Tias disini sama
siapa?”, “Saya juga sendiri saja dek”, “Kok sendiri mbak? Suami mbak kemana?”,
“Sudah cerai, ceritanya panjang, nanti kamu bisa lebih pusing lagi, kamu tampak
lelah begitu…” Iwan cukup kaget, perempuan secantik Tias ini ternyata sedang
menjanda. “Iya, ada apa ya mbak Tias ajak saya kesini?”, “Kamu istirahat disini
ya, dikamar saya saja”, “Aduh mbak, saya balik saja deh”, “Kamu kan gak ada
kendaraan, sudah gak papa, saya mau keluar sebentar, kamu jaga rumah saja,
gimana?”, “mm..iya sudah deh mbak”, “Gitu dong, kamu tidur saja dikamar, saya
tinggal dulu ya…” Lalu Tias meninggalkan Iwan, suara motornya tampak sudah
pergi.
Iwan memilih menuju kamar Tias. Iwan baru sadar rumah ini
cukup bagus, saat membuka kamar, ia sempat kaget dengan hiasan indah dikamar
itu. Saat mendekati kasur, ia melihat ada foto Tias bersama mantan suaminya,
anak 16 tahun itu cukup kaget, ternyata usia pernikahan Tias masih 1 tahun,
Iwan juga baru tau kalau Tias itu sekarang ternyata janda muda dengan Usia 26
tahun. Tak mau berfikir aneh aneh, Iwan memilih segera merebahkan dirinya
dikasur, bau wangi kasur itu persis bau parfum milik Tias. Karena sudah lelah,
Iwan segera tertidur dengan pulas dikasur Tias.
Siang itu, Iwan terbangun dari tidurnya, tapi matanya masih
tertutup. Saat ia membuka matanya, bukan main kaget, Tias sudah tidur
disebelahnya dengan mengenakan daster saja! Ia baru sadar Tias sedang memeluk
dirinya. Iwan melihat jelas wajah cantik Tias menghadap dirinya. Dari daster
itu Iwan juga bisa melihat gundukan bundar didada Tias, buah dada montok itu
membuat Iwan memikirkan yang aneh aneh. Tampak Tias tertidur dengan pulas,
tentu Iwan tak mau membangunkannya. Iwan melihat ada kesempatan, anak muda itu
tak mau menyia nyiakan momen tepat bisa bersama dengan perempuan cantik
dikamar. Iwan membalas pelukan Tias, kini anak 16 tahun itu makin erat memeluk
perempuan itu, buah dada Tias terasa menempel, sontak iwan merasa senang. Pelan
pelan tangan anak muda itu turun, dan menyentuh buah dada Tias, tentu Iwan
merasa betapa kenyalnya benda bundar dalam daster itu. Beberapa saat kemudian
Tias bergerak, Iwan tentu cukup kaget, namun Tias masih tertidur pulas.
Iwan makin kaget, Buah dadaTias kini terlihat hampir tumpah
keluar dari daster. Tanpa perlu lama, Iwan dengan perlahan memegang buah dada
itu, ternyata Tias tidak memakai bh! Perlahan Iwan mengeluarkan buah dada
kenyal itu dari daster, dan segera saja benda terindah itu membuat Iwan
melongo. Puting coklat Tias membuat buah dada montok itu makin mempesona. Iwan
sempat melihat kewajah perempuan 26 tahun itu, dan tampak masih tidur. Anak
muda itu melanjutkan aksinya, ia turun sedikit, dan kini kepalanya berhadapan
dengan buah dada montok Tias. Iwan memeluk Tias lagi, kini kepala anak muda itu
terbenam diantara buah dada montok. Wangi tubuh Tias membuat Iwan terangsang,
penis anak muda itu tampak sudah tegak dalam celana itu. Iwan lalu berusaha
membuka daster itu, kini Tias sudah telanjang dada. Iwan lalu menjulurkan
lidahnya, perlahan ia menjilati tubuh Tias, buah dada montok itu tentu bagian
favorit anak muda ini.
“mmmf…Iwan, Pinter juga kamu…” Iwan kaget setengah mati
mendengar suara Tias yang masih menutup matanya. Tias lalu membuka matanya, dan
ia segera tersenyum. “Aduh, maaf mbak, Iwan…”, "“Loh terusin dong wan,
kamu yang mulai, kamu yang selesain dong…”, “Tapi mbak, Iwan Cuma..”, “Udah,
kan emang kamu saya ajak kesini buat muasin gairah seksku…”, “aduh,tapikan mbak…mmmfgh!”
Tias langsung melumat mulut anak muda itu, kini iwan merasa lidah janda muda
itu sedang asyik bergerak didalam mulutnya. Tentu segera Iwan membalas,
lidahnya kini sudah beradu, bercumbu dikamar itu. “mmm…cup…mmm…slruuup...terus
ya dek…mmm” Iwan makin sigap, tangannya juga tidak tinggal diam, buah dada
montok Tias itu diremas remas dengan nikmatnya. “mbak Tias…mmm…cup…mmm…Udah
lama gak begini ya?”, “iya, mmm…cup…mmm...gak ada lawan mainnya… kamu mau kan
main sama aku?”, “Mau dong mbak, mbak Tias kan cantik dan sexy…”, “hehe,
sekarang buka pakaian kamu ya dek…” Iwan lalu berdiri dan melepas pakaiannya,
penis anak muda itu kini berdiri tegak dihadapan Tias. “Aduh, kontol kamu besar
juga ya dek, aummmf” Belum apa apa penis iwan sudah masuk dalam mulut Tias,
dengan cepat janda muda itu mengulum penis Iwan. “oooh, enak banget mbak,
uuuf”, “uuufgh..mmm..mmm..mmm…slruup..udah lama gak ngemut ginian
dek….mmm..mmm” Beberapa menit itu Iwan hanya bisa merem melek menikmati
penisnya diemut dan dijilati oleh Tias.
Crooot crooot crooot, anak muda itu sudah mengeluarkan
spermanya dalam mulut Tias. “mmm…gleeg… mmm…Mantep deh….mmm…” Tias menelan
habis sperma dimulutnya itu. “Kok ditelan mbak?”, “Iya dong, sekarang kamu
pakai ini ya…” Tias mengambil kondom dibawah bantal kasur itu, lalu
memakaikannya dipenis Iwan. “Mbak, mau ngapain lagi nih?” Tias lalu melepas
dasternya, janda muda itu tidak memakai pakaian dalam dari awal memang, kini
Tias sudah telanjang bulat didepan Iwan. Janda muda itu lalu merebahkan
tubuhnya dikasur, lalu membuka selangkangannya. “ Dek, tolong jilatin memiawku
ya… udah gatel, hehe..” Tanpa berfikir panjang Iwan melumat bibir vagina Tias
yang tampak ditumbuhi bulu bulu, lidahnya sudah asyik bergerak berputar
merasakan basahnya memek janda muda itu. “mmmf…aaaah….sepong terus
wan….oooh…mmmf…” Iwan makin bernafsu, lidahnya makin sigap menikmati lubang
senggama itu, tangannya juga sibuk memegang dan meremas buah dada Tias. Tak
pernah dipikiran Iwan ada kesempatan untuk menikmati memek janda muda.
Beberapa menit kemudian, Tampak Tias sudah ingin menikmati
kontol Iwan, “oooh…mmm…dek, kamu masukan kontol kamu cepet…uuuh…udah gak
tahan”, “Siap mbak Tias, pasti seneng deh…” penis iwan lalu menempel dibibir
vagina Tias, perlahan tapi pasti, sleeeb, Penis yang dipasangi kondom itu kini
sudah tenggelam didalam memek janda muda itu. “Aaaaah! Oooh, besarnya
kontolmu…mmmf”, Iwan sempat berhenti sejenak menikmati sensasi luar biasa,
dimana penisnya itu dihimpit dinding memek Tias yang basah dan juga hangat itu.
Lalu iwan memeluk erat tubuh Tias, “Mbak, terima kasih,memeknya mbak Tias enak
banget..” lalu penis itu perlahan bergerak, kini Iwan sudah mulai maju mundur
mengoyak memek Tias. “oooh, mmmf…..Iya wan, terus, oooh, kerasin dikit
sodokanmu…oooh!” Iwan makin hebat, kecepatan penisnya menabrak memek janda muda
itu makin meningkat, bunyi tabrakan tubuh Iwan dan Tias menghasilkan suara khas
persetubuhan yang nikmat.
“aaaah….aaah…aaah…sssh…uuufh…hebat kamu….oooh…iwan….mmmmf”
Iwan terus menyodok memek Tias, matanya
memandang buah dada montok yang bergoyang, juga wajah Tias yang sedang menahan
kenikmatan itu sungguh menggairahkan. Iwan makin hebat bergerak maju mundur
menikmati vagina janda muda itu, beberapa menit itu tak henti desahan Tias
mengikuti hentakan penis Iwan, Memeknya tampak berdenyut hebat karena kehebatan
Iwan. “Mbak, Iwan udah gak kuat”, “Aku juga wan, oooh….aku muncrat…aaah!”
crooot crooot crooot, iwan dan Tias sudah klimaks bersamaan. Penis Iwan segera
dicabut, lalu kondom itu dilepas, dan tampak sudah penuh air mani.
“Slruuup..mmm..makasih ya Iwan…” Tias meminum habis cairan dalam kondom itu.
“Maaf ya mbak, Iwan jadi gak sopan main sodok memeknya mbak Tias…”, “Aduuh, kan
emang saya pengennya gitu wan, makasih ya buat hari ini…” Lalu Mereka berdua
berpelukan dan tampak senyum puas diwajah mereka. Beberapa saat berlalu, mereka
berdua kemudian membersihkan diri, berpakaian dan segera iwan diantar kembali
kerumah bosnya.
Beberapa saat berlalu, Iwan dan Tias makin dekat saja, Iwan
juga sering meniduri janda muda itu. Iwan kini dipinjami motor oleh Tias untuk
digunakan bekerja menjual Koran. Akhirnya Iwan kini memilih tinggal bersama
Tias, dan hidup sebagai pendamping Janda muda itu.
Agen Judi Online
ReplyDeleteAgen Bola Online
Agen Bola Terbaik
Agen Judi Bola
Agen Judi Kasino
Berita Bola
Berita Bola Terupdate
Berita Bayern Munchen
Berita Terkini
Berita Terupdate
Agen Judi 75pkgames
ReplyDeleteAgen Judi Bola
Agen Judi Kasino
Agen Judi Sbobet
Agen Judi Casino Online
Agen Judi Ibcbet
Andy "/rif" Dilanda Rindu Usai Terima Ucapan HUT dari Anak
Duterte Ancam Akan Usir Seluruh Diplomat Uni Eropa dalam 24 Jam
Pergi untuk Kembali, Lagu Terakhir Djarot Saat Perpisahan
75PKGAMES TANGKAS ONLINE