Iwan hari itu kembali cemberut,
suasana hatinya sedang memburuk, "Sabar wan, rejeki udah ada yang
ngatur", "tapi udah sebulan ini, ngojek sepi pemumpang",
"kali aja hari ini rame wan", "mungkin bener kamu..." Iwan dan
teman seperjuangannya itu sudah siap sedia dipangkalan ojek, Iwan memang sudah
lama menjadi tukang ojek, namun akhir akhir ini bisa dibilang sepi penumpang.
Meski harapnya hari itu banyak penumpang, seperti sebelumnya, hanya satu dua
orang saja yang mengandalkan pelayanan ojeknya. Iwan pulang dengan kecewa,
sempat ia berfikir untuk mencari pekerjaan baru, dan berhenti menjadi tukang
ojek. Sore itu ketika ia pulang, terlihat ada seorang perempuan yang berdiri
dipinggir jalan, cantiknya perempuan itu membuat Iwan sempat terpesona,
bidadari seperti itu tak seharusnya berdiri dipinggir jalan sendirian, meski
akhirnya Iwan hanya melewatinya saja. Sesampai ditempat kostnya, ia segera
istirahat, memang iwan jauh jauh pergi kekota yang ramai itu demi mencari uang
sendiri. Namun meski akhirnya kini mengalami masalah finansial.
Esok harinya, Iwan segera pergi
kepangkalan ojek tempatnya mangkal. Setelah memarkir motornya, ia segera duduk
disudut bangku yang selalu ia tempati. "huft, nasiib nasib",
"sabar wan...", "gak tau lah, kalau hari ini tetep sepi yang
ngojek, gua berhenti ngojek ah", "dipikir dulu wan, nanti emang mau
kerja apa?", "gak tau dah..." Iwan mencoba melihat apakah hari
itu ia bisa mendapat penumpang lebih atau tidak. Setelah menunggu beberapa jam,
ketakutannya terjadi, seperti hari sebelumnya, sepi penumpang, walau sempat
beberapa orang baru ia lihat datang kepangkalan itu, temannya yang mendapat
kesempatan, dia tak sempat bergerak, dan itu membuat Iwan kecewa sekali. Iwan
kemudian memilih pulang, pikirnya besok tak akan kembali kepangkalan ojek.
Diperjalanan pulangnya, lagi lagi ia melihat sosok perempuan cantik yang
kemarin ia lihat, kini ia memilih berhenti, dan mencoba menyapa perempuan itu.
"mbak, nunggu siapa? nunggu angkutan ya?", "mm... iya
mas...", "kalau mau saya anter mbak, saya tukang ojek kok",
"wah, masak sih mas?", "iya mbak", "ke ******* brapa
mas?", "udah nanti aja mbak bayarnya, naik aja", "ooh, oke
mas..." perempuan cantik itu lalu segera mendekat, lalu segera duduk, kini
Iwan membonceng perempuan cantik itu. SEgera motornya itu berjalan menuju tempat
tujuan. Iwan menyadari perempuan itu duduk menyamping, karena ia menggunakan
rok mini. "mas, beneran tukang ojek kan?", "iya mbak, gak usah
takut", "bukan takut mas... heran aja", "kok heran?",
"iya masnya ganteng sih, masak tukang ojek, hehe", "haha, bisa
aja mbak" Iwan kini mulai merasakan kembali nikmatnya tersenyum, sudah
lama ia tak tersenyum seperti itu. Segera ia mengantar perempuan itu ke tempat
tujuan. Setelah beberapa menit perjalanan, mereka segera tiba ditempat tujuan.
perempuan itu turun dari motor, lalu mulai membuka tas kecilnya, "berapa
mas?", "gak usah deh mbak", "loooh, kok gak usah, ini
ini..." perempuan itu memberikan beberapa puluh ribu rupiah pada Iwan.
"makasih mbak... eh, kalau boleh tau mbak ini namanya siapa?",
"saya Via mas, kalau masnya?", "saya iwan, salam kenal ya
mbak", "hehe, iya, m... mas boleh tanya?", "iya?",
"kalau besok mas Iwan ketempat tadi buat njemput saya bisa?",
"wah, bisa banget mbak!", "hehe, kalau gitu ketemu lagi besok ya
mas, dijam yang sama...", "iya, makasih mbak" Iwan kemudian
pergi setelah melihat senyum manis dari Via yang cantik itu. Setelah pertemuan
itu, iwan memilih tetap mengojek saja, mumpung ia mendapat pelanggan cantik.
Esoknya, ia sudah kembali menuju
pangkalan ojek itu, "Wan, gak jadi gantung stir?", "gantung
stir? kayak pembalap aja, gak jadi, udah mikir lagi sih", "bener tuh,
disini aja, biar rame pangkalannya, haha" Kini Iwan sudah bisa mendapat
semangat kerjanya lagi. ia tetap tenang meski hari itu sepi pelanggan seperti
biasa. Sorenya Iwan sudah bergegas menyalakan motornya bersiap menuju tempat
Via menunggu, "Iwan, semangat banget", "iya, ada pelanggan
baru", "wah, semangat wan", "oke oke, makasih" Iwan
lalu bergegas mengendarai motornya pergi dari tempat itu. Beberapa menit
kemudian, Iwan sudah melihat Via menunggunya, ia segera menepi mendekati
perempuan cantik itu. "hai mbak Via...", iya mas Iwan, langsung ya
mas...", "tempat kemarin kan, yuk" Via segera naik kemotor, dan
segera Iwan mengantar perempuan itu lagi. "mbak Via kerja didekat situ
tadi ya?", "m... gak juga sih mas", "gak juga gimana
mbak?", "gak papa mas, mas Iwan kok beda dari kemarin ya?",
"beda gimana mbak?", "tumben wangi, hehe" Iwan memilih
diam, namun pria itu tersenyum, ia memang sudah bersiap agar pelanggannya itu
tetap senang dibonceng olehnya. Beberapa menit perjalanan, Iwan sudah berhenti
tepat ditempat kemarin, Via juga sudah turun. "Makasih mas" Via
langsung menyodorkan uang seperti kemarin, "iya mbak, besok saya jemput
lagi?", "iya mas, gak papa kan?", "iya mbak, hehe,
mari..." Iwan kembali pergi setelah melihat senyum indah Via itu. Kini
dalam perjalanan Iwan pulang, pria itu mulai berfikir Via itu tak hanya cantik,
tetapi juga ramah dan baik. Iwan menyadari sudah lama ia menyendiri, apabila ia
memiliki kesempatan menjadikan Via kekasih hatinya, mungkin hidupnya akan lebih
tentram. Dihari selanjutnya, Iwan menjadi ojek langganan Via seperti biasa,
mereka juga mulai kenal satu sama lain lebih jauh. Iwan mulai menaruh hati pada
perempuan cantik itu.
"makin hari makin semangat aja
wan ngojeknya", "iya dong, haha", "wah, pelanggan kamu itu
seperti apa sih? bisa bikin kamu kayak gini?", "wah, jangan ditanya,
cantik ramah dan baik pula", "waah, memang kamu beruntung wan", "iya,
haha", "lebih beruntung lagi kalau itu perempuan jadi istri kamu
wan", "aah, apa sih..." Teman temannya itu tertawa kecil,
membuat Iwan tersenyum, dan memikirkan kembali sosok Via yang cantik itu, Iwan
kini sudah menyadari ia memiliki rasa pada Via. seperti biasa, sore harinya
Iwan sudah mengandarai motornya menuju tempat Via menunggu. "Hai mbak
Via", "hai mas Iwan, bisa anterin ke taman kota dong mas",
"tumben mbak, gak langsung pulang", "iya, udah ayo mas" Via
sudah naik motor itu, dan segera Iwan menuruti Via, pria itu mengantar Via
menuju taman kota. Beberapa menit kemudian, mereka sudah sampai, "ini mbak
udah sampai", "udah ya? yuk mas" Via yang sudah turun dari motor
itu menarik tangan Iwan, "loh, mbak?", "mas Iwan temenin Via
ya", "mau kemana ya mbak?", "udah ayo" setelah motor
diparkir, Iwan mengikuti via yang menarik tangannya itu. tangan VIa terasa
begitu halus, sudah lama iwan tak menyentuh tangan perempuan. "Duduk sini
deh mas" Via duduk dibangku di sekitar taman kota, iwan lalu duduk
disampingnya. "m...mbak Via, mau nungguin siapa disini?", "gak
nunggu siapa siapa mas", "m.. terus?", "mau duduk duduk
aja, sama mas Iwan" Iwan hatinya sempat bedebar debar, mendengar ucapan
Via itu. sore itu cerah dan cukup tenang suasananya, Iwan melihat kewajah Via,
tidak biasa perempuan itu terlihat murung. "mbak Via kenapa?",
"m..mas Iwan, udah lama jadi tukang ojek ya?", "iya mbak, eh
iya, mbak Via kerja jadi apa sih?", "Saya... tukang tagih hutang
mas..." Iwan seketika kaget, ia tak percaya, "masak sih mbak? mbak
Via kan baik dan ramah!", "ya... sebenarnya suami saya yang rentenir,
saya juga sebenarnya dari luar kota mas...", "mm... jadi... mbak
Via...", "Aku kesini disuruh suami ku mas, nagih hutang keorang
ditempat yang mas Iwan biasa nganter aku...", "aduh mbak, aku masih bingung",
"ya, biasanya sampai disana, orangnya selalu bikin alesan, dan aku gak
tega nagih, tapi setelah balik, pasti suamiku telpon dan marah marahin
aku...", "Kok ndak suaminya mbak Via yang kekota ini aja?",
"dia sibuk ngurus orang orang yang dikota asalku mas, jadi aku terpaksa
berangkat kesini". Iwan masih merasa bingung, tapi ia mulai memahaminya,
ia tau Via itu sebenarnya baik sekali, ia menuruti perintah suaminya juga, dan
ia berusaha sebaik mungkin mengatasi masalah. "jadi... apa orang yang mbak
Via temui itu sudaha membayar", "kemarin sudah dibayar tuntas mas,
syukur deh...", "huft, untung saja, kalau begitu mbak Via bisa
pulang...eh mbak..." Via tiba tiba bersandar dibahu Iwan, "tapi mas
Iwan, aku takut disuruh pergi pergi lagi, padahal aku gak bisa naik motor, kan
repot juga..." Iwan hatinya terenyuh, sungguh ia ingin memeluk dan
memberikan support pada Via itu. "Semuanya terserah mbak Via, tapi kalau
menurut saya, mbak Via harus pulang, kasian suaminya mbak Via, saya juga takut
kalau disini terus nanti mbak Via juga dimarahin lagi kan", "...iya
mas... tapi... suamiku gak seasyik mas Iwan kalau diajak ngobrol" iwan
hatinya meleleh, tak pernah ia memikirkan Via mengucapkan kata kata itu.
"Ya... mbak Via yang bisa
menilai, tapi mbak Via juga yang bisa merubah suaminya mbak Via... mungkin
nanti dia juga sadar, mbak Via udah sepenuh hati menuruti perintahnya, juga
menjadi istri yang baik, aku percaya suaminya mbak Via pasti senang dan
berterima kasih saat mbak Via pulang", Via tiba tiba menangis, membuat
Iwan bingung, "hiks... mas Iwan..." Iwan mulai bingung, akhirnya ia
memilih mengelus rambut lurus Via itu, sambil menenangkan perempuan baik itu.
"Sudah mbak, jangan nangis, nanti aku yang dimarahin suaminya mbak Via
kalau ketahuan bikin kamu nangis..." Via beberapa menit kemudian sudah
berhenti menangis, lalu perempuan itu menyeka air matanya, lalu tersenyum
memandang Iwan. "Makasih mas Iwan...", "iya mbak Via..."
Iwan senang Via sudah berhenti menangis, tapi sebenarnya pria itu juga ingin
menangis lebih sedih dari pada Via. Iwan baru tau Via sudah menikah, pupus
harapan iwan menjadikan perempuan itu belahan jiwanya, hatinya porak poranda,
namun ia memastikan tak menunjukan rasa kecewanya, ia ingin Via tak merasa
sedih olehnya lagi. "mm... ayo mas pulang...", "pulang ke tempat
aku jemput mbak Via itu?", "iya, dideket sana aku ngekost",
"ooh, iya deh mbak, mari..." Via kemudian segera bersama Iwan
mengendarai motor. iwan kini membonceng Via, yang berbeda kini via bersandar
dipunggung Iwan, membuat Pria itu tersenyum lebar.
Beberapa menit kemudian mereka sudah
sampai. "Sudah sampai mbak", "mm... iya mas, mas iwan, aku boleh
minta satu permintaan lagi?", "apa itu mbak?", "m.. mas
Iwan kekostku sebentar dong...", "ooh, mau packing ya mbak buat
pulang besok?", "eh..mm... iya itu... iya..." Via tak seperti
biasanya, sedikit malu malu. "ya udah mbak mari..." Iwan lalu
berjalan bersama Via menuju tempat kost perempuan cantik itu. Setelah sampai,
terlihat seorang perempuan duduk didepan rumah kost itu. "wah mbak via,
tumben, itu siapa?", "Ini suami saya bu, mas kenalin itu ibu
kostku..." Iwan kaget seketika, Via mengatakan bahwa Iwan itu suaminya.
" Gak salah pilih istri kamu mas, mbak Via ini baiiik banget
emang...", "hehe, i...iya bu...", "bu... saya besok mau pulang,
jadi suami saya ini nyusul, mau packing, sekalian besok pagi pulang",
"jadi udah selesai ngekostnya ini mbak?", "iya bu",
"wah, kalau gitu saya ucapkan selamat jalan, juga terima kasih, sudah
ngekost dirumah ini", "iya bu, mm... bu..." Via tiba tiba
mendekati pemilik kost itu, lalu berbisik bisik, membuat Iwan makin bingung.
"oooh! wah, bagus itu, silahkan saja, gak perlu malu, hahaha, mas ini
namanya siapa?", "saya Iwan bu", "mas Iwan jangan keras
keras ya nanti, kalau terdengar kekamar, nanti saya bisa bingung, haha",
"oh, itu... iya bu..." Iwan masih bingung apa yang dimaksud orang
itu. "Mari bu..." Via meraih tangan iwan dan menariknya masuk kerumah
itu.
Iwan lalu sudah bersama Via didepan
suatu kamar, setelah kamar dibuka, Iwan dan Via masuk, terlihat Via sudah
selesai packing, juga sudah ada pakaian yang disiapkan untuk esok hari.
"mm... mbak Via, ini sudah selesai packingnya...", "iya emang
mas..." Via lalu mengajak iwan duduk dikasur dikamar itu, sambil tersenyum
memandangi Iwan. "mm... kalau udah saya balik aj...mmh!" Via tiba
tiba mencium Iwan, membuat Pria itu kaget sekali. "mm...mas
Iwan...cup...mm" Cumbuan Via begitu nikmat, baru pertama kalinya iwan bisa
merasakan kecupan manis perempuan. "mm... mbak Via.. bentar" Iwan
menghentikan cumbuan via, meski ia sebenarnya sangat menyukai momen itu. Via
lalu mendekati iwan dan berbisik padanya, "mas iwan, malam ini jadi
suaminya Via ya, aku mau tidur bareng mas Iwan...." iwan seperti terbang
melayang mendengar bisikan indah Via itu. "yang bener ah mbak...",
"sst... kalau ndak... via gak pulang, sebelum mas iwan mau..." iwan
hatinya terenyuh, ia bingung, rasa hatinya yang senang itu tak bisa ia bendung
lagi. Iwan langsung memeluk Via, sungguh ia tak kuasa menahan rasa, "Via,
aku... sebenarnya, sungguh mencintaimu, andai kita kan bisa selalu
bersama...", "mas... Via tau kok, Via juga begitu, tapi mas Iwan tau
kan...", "iya... aku... aku...", "makanya, malam ini, aku
padamu mas... kita ciptakan malam paling indah... iya..." Iwan
menghentikan pelukannya, lalu Via menyeka air mata yang belum sempat menetes
diwajah Iwan. Sungguh iwan bahagia, ia pastikan momen terakhir ini tak akan sia
sia.
"Via...cup...mmm" kini iwan
yang mencium perempuan itu duluan, dan Via tampak membalasnya juga. Iwan mulai
merasakan nikmatnya bercumbu, bibir via begitu nikmat untuk dicium.
"cup...mm...cup..." Via juga begitu semangat, perempuan itu ingin
memastikan Iwan tak kecewa. Via sambil terus bercumbu, ia melepas baju yang
dipakai Iwan. "m...cup...ooh", "cup... mas... bukain bajuku
dong..." Iwan mengikuti kemauan Via, ia melepas baju yang dikenakan via
itu, lalu juga melepas bh yang dipakainya. Iwan kemudian terkesima seketika,
ketika melihat Via telanjang dada. kulitnya putih mulus, lalu buah dada milik
Via itu juga membuat Iwan mulai terangsang. Iwan menggerakkan tangannya, jari
jarinya kini sudah sibuk mengelus tubuh mulus Via itu. Iwan menggelengkan
kepalanya, memang ia sungguh beruntung. jarinya merasakan lembut dan mulusnya
kulit perempuan cantik itu. "aahn... mas iwan..." Via menangkap tangan
iwan, lalu ditarik dan diletakkan dibuah dada milik perempuan itu. Iwan
mengerti, dan segera ia mengelus gundukan kenyal itu. Pengalaman iwan sungguh
mengesankan, buah dada kenyal itu tak bisa berhenti ia sentuh, "Via, kamu
memang bidadari...mm..cup..." Iwan mendekatkan kepalanya, lalu dengan
segera sudah mencium buah dada Via, ia juga menjulurkan lidahnya, menjilati
gundukan terindah itu. "Aaahn...ooh...mmmh" Via mendesah kecil,
perempuan itu ingin memastikan malam itu berkesan. Iwan yang kini sibuk menjilat
dan mencium puting coklat muda milik Via itu, pria itu sadar penisnya juga
sudah tegak dicelananya.
"Aahn...mas Iwan, hmmh" Via
kemudian duduk, dan ia meminta Iwan kini yang tiduran dikasur. perempuan cantik
itu kin membuka celana Iwan, dan penis tegak pria itu sudah tegak berdiri tanpa
halangan. Via menangkap penis Iwan, lalu mulai dikocok perlahan. gerakan tangan
Via mengocok penis iwan setiap gesekannya memberikan sensasi ternikmat yang
membuat Iwan geleng geleng gembira. "oooh...via...mmmh", "gimana,
Iwan sayang? hmm?", mendengar kata sayang, Iwan jadi makin senang,
penisnya jadi makin tegang. Via yang tadi sibuk mengocok penis iwan, kini
membuka mulutnya, lalu lidahnya yang menjulur keluar itu kini sibuk bergerak
menjilati kepala penis tegak milik Iwan. Geli yang begitu nikmat itu membuat
Iwan tak kuasa menahan kegembiraanya, senyumnya begitu lebar.
"ooh...wow... uuh", "hehe, enak kan mas?... oohmmh" Via
memasukan penis Iwan kemulutnya, kini penis tegak berdenyut itu asyik dikulum
oleh Via, kepala perempuan itu naik turun, mengoral penis Iwan dengan penuh
kenikmatan. Via sesekali mengangkat rambut panjangnya yang berayun turun karena
gerakan kepalanya. Kenikmatan luar biasa yang dirasakan Iwan itu tak pernah
terbayang, sungguh Iwan merasa beruntung. beberapa menit kemudian, Iwan tampak
sudah tak kuat, ia sudah klimaks, "Via... aduh...aku...mmh!" Croot
croot croot Sperma menyembur dari penis Iwan, mengisi mulut Via itu.
"hnnmh!" mmh...gleeg...uhuk uhuk...hmmh" Via menelan sperma Iwan
seketika.
Via lalu merebahkan tubuhnya, sambil
perlahan melepas roknya, juga celana dalamnya, Iwan kemudian segera terbelalak
matanya, ketika melihat vagina basah milik Via, yang dihiasi bulu bulu halus
diatas lubang surgawi itu. "mas Iwan... hehe..." Via tersenyum, menggoda
Iwan, tentu Iwan sudah tak bisa menolak keindahan didepan matanya itu. Iwan
lalu mendekati Via, Pria itu lalu mengelus kedua paha mulus milik Via,
"Via... memang kamu perempuan tercantik didunia...mm...cup..." Iwan
kini sudah menciumi paha mulus itu, ciumannya terus menjalar, dan segera
berhenti dibibir vagina via. Kini pria itu menjulurkan lidahnya, menjilati
pintu masuk diselangkangan Via itu. "aahn...ooh... mas...hnnh..." Via
mulai merasakan geliat nikmat lidah Iwan divaginanya, begitu geli dan sangat
nikmat. Iwan sudah mulai merasakan cairan didalam vagina itu, sesekali ia
hisap, merasakan nikmatnya adegan itu.
"slruup...mm...cup..mm...slruup" Via sesekali menggerakan tubuhnya
seperti orang kaget, sambil mendesah, "hmmh...ah...ah...hnnh...uuh"
Beberapa kali di oral vaginanya, Via ternyata masturbasi, cruut cruut, cairan
mengalir deras dari dalam vagina itu, Iwan yang kagum itu segera menghisap
hebat vagina Via. "hmm!... slruup...slruup...mm...slruup...mm...
aah", "aahn...ouh...mmmf... mas Iwan...ouh" Iwan begitu puas,
aksinya sangat menggairahkan.
"Mas Iwan, ayo mas,
dimasukin...", Iwan mengambil ancang ancang, penisnya kini sudah tepat
bersedia dipintu masuk pintu surgawi milik via. "Via... meski ku tak bisa
memilikimu selamanya, aku sudah bahagia...oooh!" Sleeb, Penis tegak Iwan
itu sudah mulai masuk kedalam vagina Via, membuat perempuan cantik itu
mengerang, "Aaaahn!... mas Iwan...ooouuhn", "via... kamu gak
papa kan?", "hnnh... iya mas, ayo mas, puasin aku...oooh" Iwan
mulai merasakan denyut hebat dinding vagina Via menyelimuti penisnya. Sambil
memandang wajah cantik Via, Kini iwan menggesek penisnya maju mundur perlahan,
segera sensasi nikmat itu membuat Iwan dan Via mendesah keenakan. Sambil terus
bergerak, Iwan terus memandang Via, yang juga memandangnya dengan penuh gairah,
sungguh Iwan sangat bahagia. Kini iwan menyetubuhi Via, Istri seorang penagih
hutang. "oooh, Via... bidadariku...",
"aahn...ssh...mmh...ouh...hnnh" Iwan kini menyodok vagina Via dengan
interval yang terus naik, bunyi tabrakan tubuhnya dengan via mulai meramaikan
suasana kamar kost itu. Dorongannya menusuk Via membuat tubuh perempuan cantik
itu ikut bergoyang, buah dada menggairahkan milik via juga ikut bergoyang, dan
tak lama kini sudah ditangkap oleh iwan, untuk meningkatkan kenikmatan bersetubuh
itu. "ooh...aahn...mas Iwan...uuh..." Iwan kemudian merangkul Via,
setelah itu membopong perempuan cantik itu, kini iwan tinggal mengangkat dan
menurunkan tubuh mulus Via, dan penisnya sudah dengan otomatis mempenetrasi
vagina perempuan itu. "oouh...
aahn... belum pernah ngeseks posisi gini mas...ouh... luar biasa..."
mendengar pujian itu, Iwan makin semangat, kedua tangannya dengan kuat
mengangkat dan menurunkan tubuh perempuan cantik itu, dan penis tegaknya
menusuk vagina Via dengan begitu cepat dan nikmat, Via memeluk erat tukang ojek
itu, perempuan itu sungguh heran dan bangga mempercayai Iwan memuaskan hasrat
seksnya malam itu.
"ooh...cup...hmmh...Iwan...cup..mm"
Via sesekali mencium Iwan, sambil terus mendesah, iwan membalasnya dengan penuh
nafsu. Beberapa menit mereka terus asyik bersetubuh, malam itu memang menjadi
malam terindah bagi mereka. "ooh... Via... aku mau keluar lagi...",
"aaahn...ooh, hnnh..." Iwan mengangkat tubuh Via, dan penis Iwan yang
tegak itu terlepas dari vagina Via. Via lalu memeluk erat Iwan, lalu mencium
pria itu. "mm..cup..mm... makasih Iwan...oh!" Crooot croot croot,
Sperma menyembur dari penis iwan, membasahi tembok kamar kost itu. Setelah
itu, Iwan dan Via yang puas bersetubuh
itu merebahkan tubuh mereka dikasur. "Via, kamu memang cantik, baik dan
juga luar biasa mempesona... terima kasih...", "terima kasih juga
Iwan, malam ini memang malam yang indah, hehe" Mereka tersenyum lega, lalu
menyudahi aksi mereka dengan pelukan hangat. Iwan dan Via kemudian tertidur
bersama dikamar itu. Mereka berdua sudah lega, meluapkan rasa yang sempat ada
dihati mereka.
Esok paginya, Via dan Iwan sudah
bangun, mereka sudah berpakaian lagi, dan Iwan kini membantu Via mengangkat
barang barangnya keluar kost. Setelah itu mereka berpamitan, "Terima kasih
bu...", "iya, hati hati ya..." Iwan dan Via kini sudah naik
dimotor yang sering mereka kendarai, namun kini sambil membawa banyak barang.
Iwan mengantar Via menuju stasiun kereta. Setelah sampai disana, Via tinggal menunjukan
tiket, dan sudah siap untuk pergi pulang kekotanya. Via kemudian memeluk Iwan,
sebagai tanda perpisahan. "mas Iwan, terima kasih ya, aku percaya, mas
Iwan orang terbaik yang pernah via temui", "begitu juga aku, kamu
adalah perempuan yang baik, semoga... kamu bisa tetap bersemangat menjalani
hidupmu...", "iya, terima kasih mas Iwan, sampai jumpa..." Via
kemudian membawa barang bawaanya masuk kekereta, dan setelah melambaikan
tangan, senyum perpisahan diwajah iwan dan Via segera berlalu setelah kereta listrik
sudah berderu pergi meninggal kan stasiun. Iwan kemudian langsung menuju
pangkalan ojeknya, menunggu penumpang lagi. "Wan, tumben baru
dateng", "iya, tadi ada urusan, haha", "ceria amat wan,
sekarang aku yang jadi kurang semangat ngojek, huuh", "loh, jangan
putus asa, rejeki udah ada yang ngatur...", "itu kalimatku dulu,
haha", "nah, itu tau, udah, semangat semangat, Hidup memang tak bisa
ditebak". Iwan sudah merelakan via pergi. Kini ia memilih tetap bekerja
menjadi tukang ojek, seperti apa masa depan nanti, ia siap menjalani hidupnya
sampai nanti dunia menghentikan langkah kakinya.
terimakasih infonya.
ReplyDeleteAgen SBOBET - Agen JUDI - Agen Judi Online - Agen Bola - Agen 988betlink
ReplyDeleteAgen Judi Online
Agen Bola Online
Agen Bola Terbaik
Agen Judi Bola
Agen Judi Kasino
Kans Kepa Arrizabalaga Berlabuh di Real Madrid Terbuka
Carvajal Takkan Lupakan Jasa Zidane Dalam Karirnya
Terus Tambah Koleksi Trofi Jadi Misi Carvajal di Madrid
Suu Kyi: Jangan Belah Myanmar dalam Agama dan Etnis
Pembunuh Bos Kedai Bakmi di Tangerang Ternyata Selingkuhannya